Part 12

3.5K 210 22
                                    


Bel pulang sudah datang,  sebelum aku dan Reigna beranjak pergi ke rumah Tesya . Reigna mengajakku ke Alfamart untuk membeli makanan untuk Tesya.

"Re jangan beli jeruk,  dia gak suka jeruk " Reigna kembali menaruh jeruk ditempat asalnya.

"Terus beli buah apa Ray? " tanyanya

"Mangga aromanis aja,  bakalan seger kali yaa"

"Iyaa deh,  tuh ambil" Reigna menunjuk tempat yang dia maksud

"Cuma ini doang?"

"Menurut gue sama susu ultra terus roti isi coklat kesukaannya soalnya"  Tesya memang menyukai roti isi coklat. Setelah selesai berbelanja aku dan Reigna menuju ke parkiran. Aku segera menghidupkan dan meranjak maju menuju rumah Tesya. Tidak perlu memakan waktu yang lama untuk menempuh rumahnya hanya membutuhkan waktu 15 menit saja untuk sampai dirumah Tesya.

"Ini motor si Aldino masih ada? " Reigna menyimpulkan suasana disini termasuk pikiranku.

"Ahh bikin males deh dia ada disini " aku membuka helmku dengan malas.

"Eitt,  inget Ray jangan egois. Loe harus bertahan oke . Ayo cepet ikut gue" Reigna menggusurku sampai didepan pintu.

Tingnong.... tingnongggggg.. es nong nong ehh wkwwk :v

"Ehh neng Raya,  neng ayo masuk" kami hanya tersenyum dan langsung masuk kedalam rumah.

"Silahkam duduk dulu,  bibi buatin minum yaa"

"Ehh gak perlu repot-repot bi,  lagian ini juga mau keatas . Dia masih kamarnya kan? "Mataku mengarah keatas tepatnya kamar Tesya.

"Iyaa neng,  sama cowo gitu, neng Caca kayanya sakit lagi yaa? "

"Iya bi,  tadi dia pas disekolah juga tidur diuks " jelasku

"Emmh gitu " bi minah mengangguk paham.

" yaudah bi, kita keatas dulunyaa " bi binah meninggalkan kami dengan senyuman dan anggukannya

" bentar Ray, nyokap nelfon . Loe duluan aja yaa " Reigna langsung beranjak pergi meninggalkan ku sendiri, tanpa ku jawab aku langsung memberanikan diri menuju kamar Tesya meski aku tahu betul diatas sana masih ada sesosok Aldino!

Sesampainya aku melangkah dianak tangga terakhir suasana kamat Tesya hening dan kulihat pintu kamarnya tidak tertutup rapat. Aku melangkah dengan pelan untuk bertemu dengannya. Aku segera membuka pintu itu pelan tanpa adanya suara. Dan apa yang aku lihat saat ini kacau! Kacau!  Aku melihat Tesya dan Aldino sedang berciuman yang membelakangi pintu keduanya. Aku melihat mereka sedang berbagi rasa satu sama lain. Aku menarik nafas pelan, mengatur pernafasanku untuk mengobati rasa sesak di dada ini . Namun sayang, tak dapat ku pungkiri dada ini masih terasa sesak. Aku meninggalkan mereka berdua dengan segera. Meski aku merasa kesal kepada Ale,  tapi aku tidak ingin merusak rasa kebahagiaan yang dirasakan oleh Tesya . Jika tidak memikirkan perasaan Tesya aku akan segera menonjok Aldino sampai habis.
Aku menuruni anak tangga secepat mungkin dengan rasa perih dihati ini. Aku mencari sesosok Reigna untuk menumpahkan rasa sedihku. Saat dia akan menginjak tangga paling bawah aku langsung memeluknya dengan sangat erat . Menumpahkan kesedihanku dipundaknya. Reigna mengusap ragu punggungku dengan ragu dan rasa penasarannya.

"Ray loe kenapa?  Kok nangis lagi? " dia melepaskan pelukankku sembari memperhatikan wajahku yang basah oleh air mata.

"Gue benci Aldino,  gue kesel Re" ucapku pelan dengan nada menangis karena takut terdengar oleh mereka yang sedah berdua diatas sana.

"Iyaa loe kenapa lagi?  Wajah loe sampe basah kaya gini" Reigna menghapus air matakku namun jejaknya masih terlihat.

"Gue gak mungkin cerita dari sekarang Re "

Why Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang