Part 5

5.6K 298 12
                                    

Raya POV

"Pulang duluan yaa" aku segera meninggalkan Tesya dan Aldino yang sedang merasakan kebahagiaan. Aku tidak sanggup melihat seseorang yang aku cintai akan dimiliki orang lain. Aku melihat mereka mengejarkan, tapi aku menghiraukannya.
Kata-kata yang keluar dari mulut Aldino membuat hatiku tersengat begitu saja. Kedua mataku kini terasa hangat, aku menangis didalam mobil dengan semua egoisku . Aku tidak bisa mengontrol emosi ini. Tesya, perasaanku tersengak dan begitu rapuh. Aku cemburu sangat cemburu. Aku tidak bisa menerima kamu bersama orang lain, tidak denganku!  Apa aku harus memulai jujur pada Tesya?  Aku masih ragu, aku takut dia menolak setelah itu membenciku. Aku tidak mau hal itu menimpaku. Tesya,  aku hanya butuh waktu untuk membongkar rasa yang mematikan ini . Rasa cinta yang sangat sulit diungkapkan.

Tesya POV

Aku tidak mengerti kenapa kak Raya pergi begitu saja. Sepertinya dia marah. Tapi,  apa yang membuat dia marah? Apa karna aku terlalu sibuk dengan Aldino? . Jika itu alasannya,  aku sangat menyesal. Harusnya aku sadar dan mengerti perasaan kak Raya karna aku terlalu sibuk dengan Aldino.  Inikan yang aku inginkan melihat kak Raya yang sangat peduli dan sayang terhadapmu. Saat ini aku mengejarnya ditemani Aldino.

"Cepet kejar kak Raya" ucapku khawatir

"Iyaa, ini udah cepet kok" Aldino fokus pada jalan sedangkan aku fokus pada mobil yang berkecepatan tinggi dan semakin melesat.

"Yahh, kita kehilangan jejak" ragaku mulai lesu bersandar pada punggung Aldino.

"Sabar yaa, Sya. Aku lagi berusaha kok" Responku hanya mengangguk lesu.

Untung saja ada Aldino yang membantuku mencari kak Raya. Jika seandainya dia todak ada aku tidak bisa mengendalikan motor dengan kecepatan yang cepat seperti ini.

Suara Adzan magrib sudah berkumandang menuntun kami agar segera melaksanakn solat. Kami berhenti sejenak disebuah mesjid dipinggir jalan.

"Kita solat dulu yaa,  Sya" Aldino mulai menaruh standar motornya ditanah.

"Tapi,  nanti kita lanjut cari kak Raya yaa ?" Aku mengamati disekitar sini, berharap kak Raya muncul tiba-tiba . Tapi ternyata pada kenyataannya tidak ada.

"Iyaa, kamu tenang aja yaa" Senyum Ale meyakinkanku.
Sungguh beruntung aku bisa dipertemukan dengan Aldino yang berhati tulus dan selalu mengingatkanku tentang adanya sang pencipta kami.
Pasangan yang baik menurutku dia yang mengakku solat tepat waktu. Hanya itu, simple!
Aku dan Aldino duduk sejenak didepan mesjid setelah selesai melaksanakan solat magrib,  tapi hati masih tidak tenang mengingat kejadian tadi menyangkut kak Raya yang pergi begitu saja dan membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Semoga kak Raya baik-baik saja.

"Kamu keliatan cape banget, Sya" Aldino melirikku,  memperhatikkan wajahku yang lesu.

"Tapi, kak Raya gimana? " kini mataku berkaca-kaca merasa bersalah walau aku tidak mengerti dengan sikapnya itu.

"Oke, kita cari dia sampe jam 8 yaa,  nanti orang tua kamu khawatir " ucapnya

"Tapi----" ucapku terpotong olehnya.

"Kalo kak Raya tau kamu sakit, dia pasti marah" telunjuknya yang dingin tertumpang dibinirku yang mulai dingin juga. Aku yang asalnya membrontak kini mulai diam,  mengangguk paham apa yang telah dibicarakan Aldino. Yang jadi pertanyaan,  kenapa Aldino tahu betul sosok kak Raya terhadapku?  Mungkin karna dia satu sekolah,  aku baru ingat aku ini kan murid baru.

"Yaudah yukk" ajakku kini bangkit dari teras mesjid.

Aldino mulai menyalakan motornya dan bersiap mencari kak Raya yang pergi dengan sikap anehnya. Kami mulai mencari kembali dan mengamati disekitar jalan berharap aku menemukan sosok kak Raya. Andai saja handphonenya aktif,  jadi aku tidak akan sekhawatir ini. Kak Raya?  Dimana sekarang? :(

Why Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang