4. Stalker

2.7K 209 6
                                    


Ini sudah hampir seminggu Ardhan tidak memberi kabar kepada Sea dan itu sukses membuat Sea murung dan uring-uringan. Terlihat dari status di facebook miliknya penuh dengan tema galau versi Sea. Seluruh followersnya pun banyak yang simpatik dan tidak jarang pula masih menanyakan keberadaan Bram si pria penelepon misterius itu.

"Sea, besok nge-gym yuk di Healty LiFe. Lagi ada promo gede-gedean loh." ajak Delia dengan semangat. Hari Selasa seperti ini Sea memang libur untuk siaran. Maka dari itu dia memilih untuk main-main ke MX Radio menemani Delia yang mengisi acara Siang-Siang Adem bersama Ubit.

"Emang ada sejarahnya seorang Sea Cihuy nge-gym? Sampe Zayn Malik nyanyi dangdut juga nggak bakal dia mau." timpal Ubit. Kalau saja Sea sedang berada di level high emotion, akan dipastikan Ubit dapat rentetan penganiayaan oleh Sea. Namun Sea hanya diam tidak menanggapi.

"SEA!!" teriak Delia. Habis sudah kesabaran Delia.

"Norak deh kamu, Del pakai acara teriak-teriak di telinga aku? Sakit tauk!" balas Sea sambil mengusap-usap telinganya yang merah. Sea menarik nafasnya dengan rakus. "Ardhan enggak ada kabarnya sudah seminggu." gumam Sea namun masih bisa didengar kedua sahabatnya.

"Ya hubungin dong Sea cantik. Ini sudah masuk era globalisasi jangan kayak orang jaman dulu deh. Lo kan bisa telepon kek, sms kek, bbm, email dan sejenisnya lah." sambung Delia sambil mencelupkan potongan kentang goreng ke saus.

Tanpa diduga, Sea menyenggol tangan Delia dan alhasil membuat bibir Delia berlumuran saus sampai ke pipi. "Sorry sengaja. Aku juga enggak bodoh-bodoh banget kali. Aku sudah coba neleponin dia, hubungin di facebook, kirim email tapi hasilnya enggak ada. Aku takut dia selingkuh." gumam Sea.

"Mas Ubit, noh ada yang galau. Bantuin kek kasih solusi." semprot Delia yang melihat Ubit sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa sih Sea? Lo tuh bukan Sea yang gue kenal deh. Santai saja kayak bang Haji Rhoma."

Sea menghembuskan nafasnya kasar. "Kalian enggak bisa diajak diskusi deh. Malah bikin aku tambah bete akut. Bye aku duluan." Sea mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja siaran lalu pergi meninggalkan Delia dan Ubit di studio.

"Eh Sea kenapa lo jadi ninggalin gue. Kutu kupret dah nih anak." seru Delia.

Sea

Punya temen kok gitu banget ya. Bukannya kasih solusi malah buat otakku mendidih. Aku mengendarai mobilku santai di malam hari begini. Aku lirik jam di dashboardku. Rupanya sudah pukul 22:15. Setelah aku mogok bicara dan menjawab panggilan mas Ubit maupun Delia sampailah aku di warung angkringan yang menjual nasi kucing. Awalnya aku kira nasi kucing itu kita makan barengan sama kucing. Hell no! Sayangnya aku enggak suka kucing. Membuatku alergi karena bulu-bulunya.

Baiklah, sepertinya memesan segelas susu jahe bisa membuatku rileks. Saat pesananku tiba, aroma jahe yang menengankan langsung hinggap di hidungku lalu aku hirup dalam-dalam aromanya. Oh ya, aku jadi teringat dengan pak Dedi--security apartemen—atau yang sering aku panggil dengan nama 'bapake', suka sekali dengan susu jahe. Akan kubawakan bapake sebungkus susu jahe untuk menemaninya bertugas. Tepat pukul 00:00 aku tiba di apartemen. Seperti biasa bapake akan menyambutku dengan senyum.

"Baru pulang mba Sea?" tanyanya dengan ramah sambil memberikanku paket untukku.

"Nggak kok aku habis ke tempat teman. Aku parkir dulu ya sebentar." aku memasuki pelataran parkir khusus penghuni apartemen. Spot favoritku menaruh si merah adalah dekat tangga turun persis di sebelah kantor pengelola di basement. Sial, spot favoritku ada yang menempati. Siapa yang berani menempatinya? Mobil BMW silver ini sepertinya punya penghuni baru. Selama aku disini, aku kenal dengan beberapa mobil milik penghuni lain. Baiklah aku akan mencari tahu nanti. Aku parkirkan mobilku persis disebelahnya lalu aku pun turun dengan sebungkus susu jahe untuk bapake.

On Air ( Secret Admirer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang