24. Upaya Rujuk

1.8K 136 12
                                    


"Pokonya gue Enggak mau tahu, kalian harus traktir kita makan di restoran mahal!" seru Delia dan seketika mulutnya dibekap Ubit.

"Dasar cewek matre lo." ujar Ubit. Delia meronta-ronta minta dilepaskan kukungannya. "tapi janji lo jangan teriak-teriak kalau gue lepasin. Ini tuh di kafe bukan di hutan. Enggak malu apa lo kita diliatin seisi kafe." gerutu Ubit sesaat bekapan tangannya terlepas dari mulut Delia. Gadis penggila boyband EXO itu hanya mengerucutkan bibir seksinya. Sea yang hari ini menjadi topik pembicaraan dua orang sahabatnya itu, hanya pura-pura tidak menanggapi ocehan Delia.

"Sea, lo beneran jadian sama Bram?" tanya Ubit. Dibanding Delia, Ubit lah yang sedikit waras. "Terus Ardhan? Gue rasa lo nyembunyiin sesuatu."

Sea menghela nafas panjang. "Sebenarnya aku dan Ardhan sudah putus. Maaf kalau aku enggak bilang ke kalian dan apa alasannya aku masih belum bisa cerita." ujar Sea. Kedua sahabatnya pun hanya bisa saling menatap satu sama lain.

"Hebat lo, Sea. Baru putus bisa dapet pacar baru lagi. Ahh envy nih gue. Terima saja cintanya Bram daripada lo galau-galau enggak jelas." celetuk Delia memecah keheningan.

Sea mendengus sebal. "Dia enggak nembak aku secara resmi, Del." jawab Sea cuek sambil mengunyah kentang gorengnya. "Dia cuma minta aku buat jadi yang spesial. Sudah gitu doang. Enggak bilang 'Sea, mau enggak kamu jadi pacarku atau Sea mau enggak kamu jadi istriku'. Itu baru namanya nembak versiku."

Tiba-tiba saja Delia menoyor kepala Sea. "Nih cewek abis ditinggal sama mantan pacarnya, otaknya jadi seiprit. Itu sama saja dia nembak lo, dodol." sewot Delia. "Mas, kasih tahu deh nih anak. Itu sama saja Bram nembak kan? Iya kan?" tanya Delia semangat. Ubit yang sejak tadi hanya diam ikut tersenyum dan merangkul pundak Sea.

"Gue cuma pengen bilang sama sahabat gue yang tersayang ini. Kalau lo yakin sama Bram bisa bahagiain lo, bisa nawarin lo suatu hubungan yang serius kenapa enggak.."

Sea dan Delia diam menyimak sang kepala suku memberikan nasihatnya.

"..kalau suatu saat dia ngancurin hati lo, buat lo nangis, gue pastikan gue orang pertama yang bikin perhitungan sama dia."

Seorang Ubit memang bisa dipegang omongannya. Terbukti saat dulu Delia diselingkuhi mantan pacarnya, Ubit lah yang bertindak nekat dengan menghajar habis-habisan mantan pacar Delia tersebut. Berbeda hal dengan Ardhan. Kalau dia dari awal tahu Ardhan menyakiti Sea, mungkin dia akan melakukan hal yang sama seperti kepada mantan pacar Delia dulu. "Sayangnya gue ke lo dan Delia bukan tanpa alasan. Jadi gue akan jagain lo berdua. Gue duluan ya, girls!" mas Ubit menyambar kunci motornya dan bergegas keluar dari restoran meninggalkan dua sahabat ceweknya yang rempong.

Delia sibuk dengan gadgetnya sambil memilih-milih tas incarannya di online shop. Sedangkan Sea hanya menatap ke arah jalanan ibu kota yang lumayan ramai siang ini. Pikirannya mengelana jauh menyerap kata per kata yang diucapkan Delia. "Lo jangan mau dong kalau enggak dikasih kepastian gini. Lo kan cewek masa mau nunggu ditembak?" kata Delia.

Perkataan Delia memang ada benarnya. Tidak ada deklarasi resmi dari Bram yang memintanya untuk menjadi pacar apalagi jadi istri seorang Bram. Sea mengecek ponselnya yang sejak tadi dia pasang dengan mode silent. Tidak ada notif yang dia harapkan. Chat dari Bram misalkan. "Sudah enggak usah galau gitu, beb." Delia tiba-tiba bersuara. Lalu gadis itu meletakkan ponselnya dan mulai fokus dengan Delia.

"Aku enggak galau kok." bohong Sea.

"Terus kenapa dari tadi diem? Lo lupa kita sahabatan sudah berapa lama?" kali ini Delia yag mulai berbicara. "Jadi apapun yang ada sangkut pautnya sama kedieman lo, itu artinya ada yang lagi ganggu pikiran lo."

On Air ( Secret Admirer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang