TWO OWNERS × Part 02

623K 24.3K 778
                                    

Author POV

Dua pria memperhatikan dokter yang sedang memeriksa seorang gadis. Gadis itu pucat dan terbaring di atas ranjang.

"Bagaimana keadaannya?" tanya pria tampan berpakaian casual.

Wanita yang mana seorang dokter tersenyum. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia hanya butuh istirahat dan saya heran, gadis yang masih sangat muda ini tekanan darahnya tinggi. Saya sarankan jangan membuatnya emosi atau akan terjadi masalah dalam tubuhnya yang lebih fatal. Okay?"

Si pria berpakaian casual mengangguk mengerti, lalu dokter memberikan resep obat yang harus ditebus kepadanya. Setelah dokter pergi, pria berpakaian casual itu melemparkan tatapan tajamnya kepada sang adik yang berpakaian tuxedo.

"Allard! Apa kau sudah gila? Mendorong gadis ini dari lantai tiga. Jika aku tadi tidak menangkap tubuhnya, dia pasti sudah mati!" ketusnya.

Allard mengangkat bahunya, tampak tidak merasa bersalah. "Biarkan kalau dia mati. Gadis bodoh ini saja yang menyuruhku untuk mendorongnya. Well, aku turuti saja mumpung aku sedang baik hati. Right?"

"Ck! Perbuatan baik katamu? Keterlaluan. Berhentilah bersikap kasar pada wanita, apalagi tindakanmu tadi sesuatu yang sangat jahat. Kau mau jadi pembunuh? Memalukan!"

Allard memutarkan bola matanya dan melangkah pergi. "Aku sedang malas berdebat denganmu."

"Apalagi aku, sangat bosan..." balas sang kakak yang merasa jengkel kepada adiknya itu.

Ia sudah terbiasa berdebat atau bertengkar dengan Allard. Dua kakak beradik itu tidak pernah terlihat akur semenjak orangtua mereka tiada. Mereka seperti orang yang bermusuhan. Namun, jauh dari lubuk hatinya ia menyayangi Allard sang adik satu-satunya.

Ia selalu menasehati Allard untuk berubah, misalnya pensiun dari reputasinya sebagai pemain wanita. Akan tetapi, Allard selalu menentang dan tidak mau mendengarkan kakaknya. Konyolnya lagi, Allard bilang memainkan perasaan wanita adalah hobby-nya. What kind of hobby is that?

Pria berpakaian casual itu duduk di tepi ranjang dan memperhatikan wajah gadis yang belum siuman.

Gadis yang manis, kasihan sekali. Pasti dia shock. Allard memang keterlaluan, batinnya.

Tak lama kemudian ada pergerakan yang menandakan gadis itu akan tersadar. Perlahan kedua matanya terbuka.

"Hai!" sapa pria tadi dengan seutas senyum.

Gadis itu terkejut lantas mengambil posisi setengah duduk dan spontan menarik selimutnya sampai menutupi dadanya. Dia malu, malu karena mini dress yang ia gunakan dibagian dadanya rendah dan itu menampilkan sedikit belahannya. Sedikit saja baginya sangat membuatnya malu.

"Si-siapa kau?" tanya Harsha dengan waspada.

Pria berpakaian casual tertawa pelan. "Kau jangan takut padaku. Aku tidak akan macam-macam meskipun kau memakai gaun seksi itu, lagipula percuma kau tutupi sekarang. Aku sudah sempat melihatnya saat kau pingsan."

Gadis itu jengkel ia menatap pria di depannya dengan kesal lalu melempar sebuah bantal kepadanya, namun pria itu berhasil melesat.

"Kurang ajar! Bisakah kau keluar?" ketus gadis itu.

"Hey! Tenanglah! Apa kau tidak ingat jika aku yang menyelamatkan hidupmu? Aku yang menangkap tubuhmu yang jatuh dari lantai tiga, karena adikku."

Gadis itu tercenung lalu ia ingat semuanya. "Jadi kau yang menangkapku? Untuk apa kau lakukan itu? Biarkan saja aku mati."

TWO OWNERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang