Forty Five

56K 2.9K 110
                                    

Ketika sudah tak ada lagi tempat, kenapa harus tinggal berlama-lama? Keputusan untuk pergi tidak perlu menunggu diusir.

~Penagenic~

•••••

Seekor serigala itu berlari cepat kearah hutan. Dia belari sangat cepat seolah mencari sesuatu yang hilang. Sesuatu yang sangat berharga di dalam hidupnya. Sangat berharga.

Serigala hitam itu tanpa sadar menitikan air matanya. Hanya sang rembulan yang menjadi saksi bisu keganasan dan auman frustrasi serigala itu.

Serigala itu menangis dan selalu mengutuk dirinya. Dia berusaha mencari belahan jiwanya yang hilang bak ditelan bumi.

Tapi nihil, bau seseorang yang menjadi sesuatu yang spesial didalam diri serigala itu tidak tercium. Tak hanya raga, tapi jiwa serigala itu tidak menerima kenyataan ini. Kenyataan yang sangat sadis dan sangat bodoh.

"Auuuu..." auman serigala itu dengan sangat keras. Membuat burung-burung yang mendekap di atas pohon berterbangan. Serigala itu bagaikan raja hutan yang sedang memerintahkan semua hewan di hutan ini untuk mencari cinta sejatinya.

"Kyaa..." teriak seseorang yang sebelumnya seekor serigala hitam. Seseorang itu berteriak dan berharap seseorang yang dia sayang itu mendengarnya.

"Raisa!!! Dimana kamu, sayang???" teriak seseorang itu yang sudah mendapatkan gelar Alpha itu.

Sial untuk apa gelar itu dia dapatkan, jika dia kehilangan cintanya? Untuk apa?

"Raisa!!! Maafkan aku!!!" teriak pria itu disertai lirihnya. Dia menangis dalam diamnya. Hanya emosi yang dia luapkan.

Sial kenapa jantung terasa sangat sakit. Jauh lebih sakit daripada harus mati di tangan ratusan Rogue. Tubuhnya merasakan jika ada yang hilang. Entah hati maupun setengah jiwanya. Peter tidak mampu merasakan ini semua.

Sial, apa ini yang dirasakan oleh Wolf lain saat kehilangan matenya? Dia bahkan ingin sekali menghancurkan dunia ini.

Angin terus berhembus disela-sela bulu yang ada di tubuh pria itu. Dia tidak merasakan hal apapun, dia hanya merasakan hatinya yang sakit. Sudah. Dan dia hanya membutuhkan gadisnya. Cukup.

"Raisa maaf..." lirihnya begitu membuat setiap kaum yang mendengar akan iba. Terlebih yang seperti itu ada seorang pria, berumur 30 tahun dan seorang Alpha.

Persetan dengan itu semua. Dia tidak peduli jika harus menjatuhkan harga dirinya. Dia tidak peduli dengan jabatannya. Dia hanya peduli dengan gadisnya, Raisa. Raisa yang hanya Peter butuhkan.

Tanpa Peter sadar di sudah membuat beberapa pohon tumbang karena pukulannya. Bukankah dia sudah mengatakan jika dia tidak peduli? Bahkan jika mau, jika bisa saja menghancurkan satu hutan ini. Itu jika dia mau.

Tapi apa daya. Dia bahkan tidak memperdulikan sekitarnya. Pikirannya kalut dengan kenangan yang pernah dia ukir bersama Raisa. Kenangan itu, sial menyakitkan sekali jika haru mengingatnya.

"Raisa, demi apapun aku tidak akan membuatmu menangis. I promise!"

"Raisa, kau tau aku menyayangimu lebih dari apapun. Tidak pernahkah kau membaca itu, Sayang?"

"Pernah ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Tapi tidak denganku, aku menyayangimu jauh sebelum aku mengenalmu."

"Kau tau, hanya kau yang kutunggu. Bahkan aku akan gila jika kehilanganmu barang sedetik saja. Yah, itulah yang aku rasakan saat bersamamu."

Peter terus saja mengutuk dirinya. Dia merasakan jika dirinya bajingan. Sialan!!! Dia seperti pria brengsek yang bisanya menyakiti hati seseorang yang bahkan adalah hidupnya.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang