Nine

103K 6.6K 184
                                    

Dari jauh, aku merajut tulus dalam doa; untukmu yang membahagiakanku, semoga padamu pula, kebahagian memeluk mesra.

~Irwana~

•••••

Sudah seminggu setelah kejadian Peter membentakku. Semakin hari tingkahnya semakin aneh. Aku bingung akan sikapnya. Dia semakin posesif. Bahkan dia berani merangkul aku didepan guru.

Oh Tuhanku, kenapa aku harus seperti ini. Bahkan dia tidak meminta maaf karena sudah membentakku, melainkan dia hanya bersikap seperti biasanya. Ralat semakin agresif dan posesif.

Tapi entah kenapa aku sedikit nyaman dengannya. Walaupun dia sangat aneh, menurutku tapi dia selalu baik kepadaku.

Dan juga hidupku berubah seutuhnya. Aku merasa sangat dihargai dan disayangi olehnya.

Apa aku mulai jatuh cinta? Oh tidak mungkin. Dia mungkin hanya pria yang arrogant dan mempermainkan wanita. Lagi pun umur kami sangat jauh. Dia sepantasnya aku panggil paman.

"Apa yang kamu pikirkan Raisa?" Aku menengok kearahnya. Dia sedang fokus mengendarai mobilnya. Mata sesekali melihat kearahku.

"Tidak ada. Memang apa yang kamu lihat?" Tanyaku balik.

Dia langsung memegang tanganku erat. "Aku melihat masa depan yang cerah nantinya diantara kita." Blush.

Astaga dia berbicara apa? Pipiku sekarang memanas karenanya. Aku hanya menunduk menutupi maluku darinya.

"Kau tambah cantik jika sedang salah tingkah." Ucapnya disertai kekehan. Sekali lagi aku malu. Astaga belajar dari mana dia. Dasar tua bangka tapi tampan dan dingin.

"Berisik kau pak tua!" Aku langsung mengalihkan pandanganku dijendela. Menetralkan rasa maluku karenanya. Memandangi betapa padatnya kota ini.

Aku mendengar dia tertawa terbahak-bahak. Seakan aku ini sangat lucu matanya.

Aku sesekali menengok kearahnya. Entah mengapa dia akhir-akhir ini sering tertawa. Padahal sebelumnya dia sangat dingin. Apa ini sisi aslinya? Friendly.

"Kau sangat lucu Raisa. Aku tidak sabar menikahimu Raisa." Ucapnya asal.

Aku hanya melotot saat mendengar ucapannya. Sudah berapa kali dia berbicara mengenai menikah. Awalnya aku hanya menanggapinya bercanda, tapi kelamaan aku bingung menanggapinya. Antara serius atau bercanda.

"Dan aku tidak sabar ingin melenyapkanmu pak tua!" Dia hanya tertawa mendengar ucapanku lagi.

Menurutku dia aneh. Saat aku hina dia, dia tidak marah. Tetapi saat aku mengelak aku bukan miliknya, oh dia langsung mengeluarkan mata hitamnya.

Itulah saat-saat aku takut padanya. Tapi aku berusaha tidak takut. Aku bingung dengannya. Kenapa dia bisa mengganti matanya dalam sekejap. Apa dia punya kelebihan?

Entahlah aku tidak berani bertanya. Aku terlalu takut dia mengeluarkan mata hitamnya lagi.

"Kita lihat nanti Raisa, siapa yang akan mendesah diranjangku nanti." Aku langsung memukul pundaknya. Mesum sekali otaknya.

Dia memang tidak bisa disebut sebagai guru.

"DASAR MESUM PAK TUA!" Dia langsung tertawa terbahak-bahak didepanku.

Aku langsung membuang muka kejendela. Melihat suasana kota Los Angeles yang padat dan ramai.

•••••

Peter's Pov

Hari ini aku sedang mengantar gadisku pulang. Memang sebelum pulang, aku mengajaknya untuk makan dulu disalah satu restaurant ternama.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Where stories live. Discover now