Thirty Nine

48.4K 2.7K 259
                                    

Ketika Tuhan mengambil sesuatu dari genggamanmu, dia tak menghukummu, namun hanya membuka tanganmu tuk menerima yang lebih baik.

~5CM~

•••••

Raisa berdiri di kamarnya. Menghadap pemandangan yang membuatnya tenang. Berusaha menyelaraskan hati yang hancur dengan indahnya alam yang berada didepan mata.

Hatinya sakit, hancur dan hilang. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Hidupnya mati. Raisa ingin pergi dari sini. Dia butuh ketenangan.

Dia benci suasana seperti ini. Di saat dunia mempermainkannya, di saat pula Peter memang tidak mencintainya. Lengkap sudah penderitaannya.

Semua khayalan bak putri Cinderella hanya semu semata. Semua hilang saat Peter berkata dirinya tidak mencintainya. Raisa tidak sanggup untuk mengingat semuanya.

Hanya ada suara kicauan burung yang menemaninya. Dia butuh udara segar. Dia membutuhkan kebahagian sejenak. Dia sangat membutuhkan itu semua.

Jika dia mengingat saat pertama kali bertemu Peter. Dia hanya tersenyum saja. Peter adalah guru baru dan mempunyai wajah bak pahatan dewa yunani. Semua mengangguminya, termasuk Raisa yang jatuh akan pesonanya.

Lalu Peter yang dingin itu berubah menjadi posesif bahkan mengklaim dirinya milik Peter. Peter melakukan apapun deminya, demi kebahagiannya dan senyumnya.

Di saat itu hidupnya sudah bahagia sampai akhirnya wanita itu datang. Wanita yang datang mengaku sebagai sahabat. Tapi Peter masih perhatian kepadanya.

Lambat laun semua berubah. Peter tidak pernah ke kamarnya. Dia selalu tertawa dengan Devira. Melupakan Raisa yang hanya berdiri melihat mereka dengan tatapan sedih.

Sampai suatu kisah dimana Peter membela Devira dan membentaknya. Oh bahkan mengusirnya. Raisa berpikir mungkin itu hanyalah emosi Peter yang kelelahan.

Tapi tidak sampai situ. Semua harus menerima kenyataan, terutama Raisa yang sakit hati saat Peter berkata bahwa Peter tidak mencintainya. Peter hanya ingin memainkan takdirnya. Petet mempertahankannya hanya karena Peter ingin menyakiti dirinya lebih dalam.

Flashback On

"TIDAK SIALAN!!! DIA MILIKKU, DAN KAU TIDAK BERHAK UNTUK DIRINYA. DIA MILIKKU, SIALAN!!!" teriak Peter dengan tidak terima.

Semua terkejut dan tidak menyangka. Bahkan Raisa pun seperti itu. Dia tidak percaya jika Peter berkata dirinya milik Peter. Sangat tidak menyangka.

Bahkan dia sudah menatap mata biru Peter. Itu Peter yang dulu, walau tidak sepenuhnya. Tapi dia merasakan jika Peter kembali.

"Tapi bukankah kau menolak matemu? Berarti aku saja yang mencintainya. Lebih baik kau bersama wanita itu, siapa nama kau? Devara? Denada? De- siapa aku tidak peduli, yang pasti Raisa milikku sekarang!" ucap Thomas tidak mau kalah.

Hey siapapun yang melihat jika Peter itu sangat labil. Tadi dia menolak mentah-mentah Raisa, lalu sekarang mengaku miliknya. Oh apa pria itu baru saja puber?

"Tapi dia milikku bodoh!!! Dia mateku dan aku yang berhak untuk dirinya bukan kau!!!" ucap Peter yang berusaha menenangkan dirinya.

Tapi tetap, tatapannya sangat marah dan mengeluarkan aura permusuhan. Mata birunya seakan tidak menerima jika Raisa dimiliki oleh siapapun. Rahangnya mengeras, tangannya menggepal seakan sudah siap melayangkan pukulan ke pria yang memeluk gadisnya itu.

Thomas terdiam. Begitupun Devira. Ini di luar rencana Devira sedangkan Thomas hanya terbingung. Thomas pun tersenyum. "Tapi untuk sekarang dia bukan matemu, melainkan dia adalah mateku. Alpha Peter Mark Brayden!!!" ucap Thomas disertai senyum sinisnya.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Where stories live. Discover now