Part 1 | Malam Panjang

570K 15.7K 170
                                    

Terdengar derap langkah kaki yang begitu mantap, lalu berhenti di sebuah meja.

"Nata, kau boleh istirahat. Aku harus pergi sebentar," kata seseorang dengan suara baritonnya.

"Baik, Pak," jawab perempuan bernama Nata tadi. Lantas lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Nata dan hilang ditelan lift.

Nata, seorang sekertaris direktur di perusahaan ini. Sebuah perusahaan properti terbesar di negaranya, dengan kantor pusat berada di London.

Sungguh pencapaian yang luar biasa. Dia yang lahir dari keluarga sederhana. Harus bekerja keras untuk dapat berdiri di perusahaan sebesar ini dan memiliki jabatan sebagai sekertaris direktur. Jabatan yang bukan main-main untuk seorang seperti dirinya. Terbayar sudah semua usahanya selama ini. Sekarang dia tinggal menikmati hasilnya.

Nata tersenyum manis. Dan kembali duduk di kursi kerjanya. Mengeluarkan sekotak bekal dari tasnya. Makanan sederhana yang sudah lebih dari cukup. Dia selalu berusaha untuk tidak mengeluh dan selalu berusaha mengucap syukur. Itulah pesan mendiang ayahnya. Sebab masih banyak di luar sana yang lebih kekurangan dari pada dirinya.

Nata mulai menyendokan nasi gorengnya dengan perasaan puas. Nasi goreng buatannya memang tiada duanya.

***

Ednan duduk di salah satu restoran mewah menunggu seseorang yang sangat berarti baginya. Separuh jiwanya yang baru pulang dari tour-nya.

Setelah satu bulan mereka tidak bertemu. Karena kesibukan kekasihnya yang seorang violis dengan segudang jadwal pertunjukannya yang harus keluar masuk negeri orang, membuat mereka jarang bertemu hanya untuk sekedar menghabiskan waktu bersama.

Itulah sebabnya hari ini Ednan akan menjadikannya hari yang spesial. Kesempatan yang harus dia manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ednan tersenyum lebar saat melihat seorang wanita memasuki ruangan.

Wanita yang sangat cantik dalam balutan gaun berwarna lavender yang memeluk pas tubuh proporsionalnya. Ednan merentangkan kedua tangannya dan wanita itu langsung berhambur ke dalam pelukannya dengan senang hati. Kerinduan dua insan manusia yang setelah sekian lama tidak bertemu. Melebur dalam sebuah pelukan.

Ednan melepaskan pelukan mereka. Menatap wanita di depannya dengan penuh cinta, "Kau sangat cantik, sayang," pujinya sambil menarikan kursi untuk kekasihnya lalu duduk di depannya.

Wanita itu menyunggingkan senyumnya yang menawan, "Bukankah aku selalu tampil cantik?"

"Selalu." Ednan membalas dengan senyum lembutnya.

Seorang pelayan lelaki datang dan memberi mereka buku menu. Setelah mencatat beberapa hidangan yang mereka pesan, pelayan itu segera melangkah pergi.

"Aku dengar konser tunggalmu berlangsung dengan sukses," kata Ednan memulai percakapan.

Wanita itu melebarkan senyumnya, "Ya, dan kau tahu? aku sangat senang. Mereka begitu antusias dengan konsernya," jawab wanita itu dengan wajah berbinar.

"Aku turut senang. Tapi maaf aku tidak bisa hadir secara langsung. Kau tahu, aku sangat sibuk akhir-akhir ini." ucap Ednan penuh sesal.

Wanita itu tersenyum pengertian, "Tidak apa-apa, Ed. Aku tahu posisimu sekarang yang sebagai seorang direktur. Pastilah sangat menyibukan."

Ednan mengembangkan senyumnya. Matanya memandang penuh cinta wanita di hadapannya. Ednan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jasnya. Dia membukannya. Sebuah cincin emas putih dengan berlian berwarna biru yang sangat cantik bertengger disana.

"Ednan?" pekik wanita itu sembari menutup mulut dengan jemari lentiknya.

Ednan masih memasang raut wajah cerahnya. Dia meletakkan kotak itu ke atas meja, lalu diraihnya jemari lentik kekasihnya dalam genggamannya.

Because Our Baby ✔Where stories live. Discover now