Bab 11

43 4 0
                                    


Larisa membawakan teh dan buah ke ruang tamu kemudian berlalu.

Disana tentu sama papah dan Bara.

Dari sorot mata kedua laki-laki itu tersirat ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan, bener-bener membuat Aulia salah tingkah.

"Lea," Bara membuka pembicaraan.

Lea mengangkat kepalanya.

"Gimana kuliah kamu?"

Basa-basi

"Baik-baik aja,"

"Uang saku kamu masih cukup?"

Aulia mengangguk bingung, "Masih,"

"Motor kamu udah di servis kan minggu kemarin?"

"Udah,"

Ada apa ini? Tidak seperti biasanya.

Kemudian hening. Tak tahan dengan kecanggungan ini wanita itu angkat bicara.

"Kenapa si bang?" Dengan nada sedikit ditekan.

Bara melirik papah sedetik.

"Kamu abang anggap udah gede sekarang, jadi untuk permasalahan keluarga kayaknya kamu perlu tahu dan abang minta mengerti keadaan nya,"

Hah? Kenapa tiba-tiba jadi serius?

"Papa yang ngomong," Bara mempersilahkan ke papah.

"Kamu aja," Papah menunjuk Bara.

Loh kenapa jadi lempar-lemparan gini si?

Bara menghela napas panjang, "Papa selama ini sakit,"

Deg

Mata Lea langsung tertuju ke papah.

"Udah tiga tahun papah sakit, dan papah harus ngejalanin transplantasi hati," Mata Lea tidak bisa menahan sedih.

"Papah dan abang mutusin buat engga ngasih tahu karena takut kamu kawatir dan fokus kamu jadi ke ganggu buat masuk kuliah,"

Benarkah apa yang dikatakan Bara? Selama ini kalau ada masalah apapun Aulia selalu tau tapi kenapa hal sepenting ini Aulia tidak diberi tahu?

Papah mendekat ke samping Lea. Dipeganglah tangan anak kecilnya itu, kemudian tersenyum untuk mengisyaratkan tidak akan ada perubahan diantara keluarga mereka.

"Papah baik-baik aja," Lea terhanyut dalam kesedihan.

Ia merasa seperti anak yang egois karena tidak tahu apapun  persoalan orang tua satu-satunya itu.

Dulu...

Saat mama meninggal, Lea pun tidak tahu sama sekali karena waktu itu Lea sedang belajar bahasa Inggris selama 1 tahun di kampung Inggris.

Sekarang pun begitu....

"Organ hati papah udah rusak jadi harus transplantasi," Bara berusaha tegar untuk mengatakan nya.

"Abang udah nyari dan itu ada di Singapur,"

"Kenapa jauh banget, bang?" Dengan Suara serak Lea.

"Iya, Abang dan Larisa nyari yang terbaik buat papah,"

Larisa, istri Bara adalah seorang dokter bedah.

"Papah kawatir kamu engga ada yang jagain nanti, itu alasan papah ingin cepat menikahkan kamu. Papah tau betul Yuda seperti apa, dan mana ada orang tua yang ingin menyerahkan anaknya ke sembarang orang,"

Tidak ada orang tua yang tidak mau anaknya bahagia.

"Papah percaya kalau Yuda bisa bahagia in kamu, ngelindungin kamu seperti yang papah lakukan,"

Tangis Aulia semakin pecah.

"Tolong Terima Yuda, ya?"

Diantara isakannya Aulia mengangguk.

Aulia menerima Yuda sebagai calon suaminya.

---

Bara masuk ke kamar setelah pembicaraan itu selesai.

Larisa menghampiri suaminya.

"Gimana hasilnya?"

Bara terkekeh kecil, "Mau juga dia,"

Larisa menghelanapas berat, disatu sisi kasihan dan disisi lain ia lega mendengarnya.

"Kasihan adik kamu dikerjain kayak gitu, apalagi ini persoalan pernikahan,"

Yes...

Dari pernyataan Larisa sudah bisa ditebak kalau Aulia di.....

"Ilah.. Tenang aja, abisan itu anak pura-pura engga mau," Bara menuju kasur lalu ke posisi tiduran.

"Coba deh, yang kurang dari Yuda apa si? Ganteng, pinter, baik, sopan, mapan," Bara menghitung menggunakan jarinya apa saja kelebihan sahabat nya itu.

Larisa mengikuti posisi Bara.

"Aku aja sebagai cowok klepek-klepek sama Yuda, ini si Lea laga-laga an nolak cowok spek kayak Yuda, katanya apa tuh galak lah, ini lah itu lah, ih sok cantik banget Lea," Mata Bara memutar dan bibirnya manyun-manyun mengejek persis seperti ibu-ibu arisan sedang menggosipi tetangga.

Larisa tertawa kecil terdengar lucu perkataan dan ekspresi Bara.

"Tapi engga mesti di-prank kayak gini juga kan? Nanti dia marah loh kalo tau kamu gituin dia. Masa menyetujui pernikahan di-prank? Kalau di pernikahan nanti Aulia engga cocok sama Yuda gimana?" Larisa engga setuju dengan cara Bara yang terkesan main-main tentang pernikahan.

"Harusnya kasih waktu buat saling suka sebelum menikah, setidaknya saling mengenal lah,"

Menikah dengan orang yang disukai, adalah impian semua orang, bukan?

"Yuda udah suka lama sama Aulia, makanya dia lama jomblo kan,"

Larisa mengerutkan alis, "Beneran? Kamu tahu dari mana?"

"Aku tahu Yuda, yang kayak gini-ginian mah gampang ditebak," Kata Bara.

"Aulia sama Yuda engga pernah ketemu dah perasaan,"

Yuda sering ke rumah Bara dan tentu saja beberapa kali melihat Aulia tapi wanita itu tidak menyadari keberadaan Yuda.

Dengan sifat Aulia yang cuek dan pelupa pasti tidak mungkin ingat wajah teman abangnya. Aulia hanya sibuk dengan urusannya sendiri.

Dan keyakinan Bara diperkuat dengan Yuda pindah mengajar di tempat Aulia kuliah.

---

HOMEWhere stories live. Discover now