Bab 10

24 1 2
                                    

Dua hari sudah berlalu semenjak Yuda dan keluarganya datang ke rumah.

Aulia memutuskan untuk mogok.

Mogok dari makan, mogok kuliah, mogok keluar dari kamar.

Papah dan Bara menyadari itu.

"Lea masih engga mau keluar?" tanya Bara.

Papah menggeleng, "Cobalah kamu yang bujuk adikmu itu, mulut papah udah berbusa."

Bara menghela napas, "Ck, ck, ck, keras kepala banget si tuh anak," Bara mempercepat makannya.

"Jangan dikerasin, adik kamu itu kalo makin dikerasin makin engga mau dengerin," kata Papah.

Bara mengangguk, sekeluarga sudah tahu betul bagaimana kelakuan Aurelia..

---

Ah.. Elah.. Aulia lapar...

Makanan tadi siang sengaja ia tidak makan, dan alhasil perutnya kerucuk-kerucuk..

Ditambah Aulia meng-scroll tentang makanan di tiktok. Makin-makin saja lahh perutnya ini meminta asupan.

Matanya melirik ke pintu, kenapa tidak ada yang membujuknya si? Biasanya juga papah dan Bara jam segini sedang makan malam.

Kenapa tidak ada yang mengetuk atau membawakannya makannya gitu.

Papah dan Bara sudah tidak mau meladeni ambekan Aulia.

Apa Aulia ke bawah aja ya untuk mengambil makanan?

Perutnya sudah tidak bisa berkompromi lagi.

Iya. Aulia ambil sendiri deh..

Kakinya mulai menapakan ke lantai.

Tok..tok..tok..

Buru-buru wanita itu menyembunyikan kakinya dengan selimut.

Kembali ke posisi tiduran dan tangannya dengan sergap mengambil ponsel yang berada di sisi kirinya.

Wajah Aulia dipasang menjadi bete, seperti yang mereka tahu kalau Aulia mogok makan, tidak butuh makan.

Bara datang dengan sepiring Ayam Bakar Rujak kesukaan Aulia.

Wah.. aromanya saja mampu membuat selera makan Aulia melonjak 200 kali lipat.

Matanya melirik dari ujung mata. Tenang Aulia. Sabar. Tahan. Sedikit lagi.

Bara menepi ke kasur dan menatap adiknya, "Makan ni." Bara menyodorkan piring itu.

Aulia melengos, harus pura-pura gini dulu kan. Aulia harus jual mahal dululah...

Bara menghela napas kasar, piringnya ia taruh di meja. Sorot matanya sudah siap untuk berkoar.

"Eh, lu bakal terus kayak gini sampai kapan?" tangannya bertelak pinggang.

"Gua capek banget ya harus mesti ngebujuk-bujuk terus." Aulia melirik.

Dalam hati, ia ciut. Abangnya sudah kehilangan kesabaran.

"Dari baik-baikin sampai haus diomelin," Aulia mengalihkan pandangan.

"Lu ngambek kayak gini terus kalo lu sakit gimana? udah tahu punya gerd terus coba-coba buat engga makan tepat waktu. Yang susah siapa kalo lu sakit? gua lagi kan? Nyusahin banget lu!"

Aulia menatap tajam balik abangnya, "Kalau gua nyusahin ya udah engga usah diurusinlah susah banget si."

"Segitu lu engga maunya sama Yuda? Lu pikir pacar-pacar lu dulu itu lebih baik dari Yuda?"

hah? apa ni?

Aulia menaruh kasar ponselnya. "Engga usah ngeremehin gua. Lu urus aja kehidupan lu yang bener itu." Aulia masuk ke dalam selimut.

"Gua capek-capek nyariin cowok yang bener buat lu. Salahnya Yuda apa si? Sampai lu bener-bener engga mau sama dia?"

Tidak ada jawaban. Bara menghampiri kemudian membuka selimut yang membungkus itu.

"Jawab!"

"Engga ada, Yuda sempurna di mata semua orang," suara Aulia tak kalah kencang. Kemudian kembali ke dalam pembungkus itu.

"Jadi lu mau engga sama Yuda?" Bara memelankan suaranya.

"Engga mau,"

"Iyaudah kalau gitu,"

---

Aulia sudah kembali ke kehidupannya.

Kuliah. Dan makan bersama.

Tidak ada pembicaraan tentang Yuda beberapa hari ini.

Apa mungkin Bara sudah bilang ke Yuda untuk membatalkan pertunangannya. Bisa jadi. Semoga.

Malam ini Bara datang untuk makan bersama, Bara memang sering menyempatkan untuk makan bersama Papah dan Aulia di rumah papah.

Tidak ada suara selain gesekan alat makan di ruangan itu.

Hening.

Bara yang selalu usil tiba-tiba diam. Papah pun begitu.

Ada apa ini?

Apa mereka tau persoalan Lea yang ribut di kelas dengan pacarnya? Ahh... Kalau itu benar, sudah dipastikan Yuda sumbernya.

Mata Lea melirik dari ujung mata. Bara meng-gap-in. Buru-buru Lea mengalihkan.

"Kalau udah selesai, jangan langsung ke kamar, ada yang perlu diomongin," Kata Bara.

Glek.

---

HOMEWhere stories live. Discover now