Bab 1

101 10 10
                                    

"Yud, mau dateng ke sport center engga?" Tanya seseorang.

Yuda menoleh, "Emang ada acara apaan disana?"

"Itu, ada lomba cheerleader, liat yuk, siapa tau ada mahasiswa cantik," kata dosen muda yang masih mencatat status jomblo diusia 27.

Yuda tersenyum miring sembari menggeleng, "Ada-ada aja, masa nyari jodoh di kampus, sama mahasiwa sendiri lagi," Yuda menyeruput kopinya.

"Kita kan masih muda, masih cocoklah sama gadis 20tahunan,"

Yuda tertawa kecil mendengar perkataan rekan ngajarnya.

'gadis muda'? Yang benar saja.

Umurnya memang masih dibawah 30 tapi seleranya bukan anak bocah yang masih merengek jika dibentak dosen, dan suka protes apabila dikasih tugas banyak.

"Gua engga berminat," Yuda menaruh gelas.

Renald mendecak, "ah, engga seru lu, masa diajak ke situ aja engga mau,"

"Kalo kesana mau ngapain emang? Ngeliat paha doang?"

Kalian taulah pakaian Cheerleader seperti apa, bukan pakaian syar'i yang menutupi sampai mata kaki.

"dari kepala, lekukan, lutut kaki, semuanya, itung-itung kita kan baru setahun disini dan belum pernah kesana, sekalian silahturahmi sama warga sekolah, ayo lah yud temenin gua,"

Satu tahun lalu mereka baru lulus s2 di Harvard.

Yuda mempunyai squad bertiga yang sudah bertahan semenjak SMA tapi teman satunya lagi bukan ngambil jurusan pendidikan, hanya mereka berdua yang bekerja jadi dosen.

"Iya iya gua temenin, tapi engga lama-lama ya,"

---

Sorak-sorak bergema keseluruh gedung.

Yuda dan Renaldi memasuki gedung berwarna putih dan duduk.

"Pak Yuda, pak Renaldi," sapa mahasiswa yang diajar mereka.

Renaldi tersenyum sopan sementara Yuda hanya melirik sedikit kemudian membuang pandangannya lurus ke lapangan.

Kedua wanita itu tersenyum kaku dan pergi setelah mendapat respon tidak baik dari Yuda.

Ya begitulah, Yuda tidak terlalu suka basa-basi. Apalagi untuk urusan anak murid.

"Selanjutnya dari kampus tuan rumah kita, GoodGirl," diikuti oleh tepuk tangan yang meriah kemudian gadis-gadis dengan berpakaian biru berlari ketengah lapangan.

"Eh itu dari kampus kita," Renaldi menepuk pundak Yuda antusias.

"Iya gua tau, tadi kan gua denger,"

Yuda baru tau kalau cheerleader juga masih dipakai perlombaan untuk tingkat universitas, biasanya hanya sampai sekolah menengah atas saja.

"Cantik-cantik banget ya," Renaldi melebarkan bibirnya melihat orang-orang disana tersenyum dengan percaya diri.

"Lu mah cewek bening dikit dibilang cantik," Yuda memutarkan bola mata.

"Tapi ini beneran yud, tuh lu liat engga yang diangkat keatas?"

Para gadis itu bersorak sembari membentangkan tangannya keatas mengangkat temannya.

Yuda melirik ke gadis yang dimaksud Renaldi.

Gadis itu tersenyum manis. Tanpa sadar, bibirnya ikut tertarik.

"Cantik kan?" Yuda tidak menjawab. Ya... Lumayanlah..

Setelah itu gadis-gadis itu membentuk formasi, dan..

Bukk...

Seseorang jatoh.

Tunggu.. tapi ini lucu.. jatuhnya kejedot tiang besi yang bahkan bisa dilihat oleh orang minus 10.

Sakit? Seperti nya Tidak terlalu.
Malu? Hm.. luar biasa.

"Hahaha.." Renaldi tertawa sembari menujuk gadis yang wajahnya sudah merah semereah tomat.

Yuda ikut terkekeh pelan.

Tapi bibir wanita itu kembali melengkung dan berlari ke posisi seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Padahal seantero bangunan itu udah dipenuhi oleh suara tawa.

Yuda tersenyum, perempuan itu, sangat profesional. Menarik juga.

---

Keesokan harinya.
Jam 1, waktunya makan siang, Yuda menuju kantin.

Ia sedang berdiri, matanya meneliti menu.

"Pak Yuda?" Lelaki itu menoleh ke sumber suara. Wanita itu tampak ragu melanjutkan bicaranya. Dan sesekali melihat ke belakang.

Tunggu.. Wanita ini.... Bukannya yang kemarin jatuh pas lomba?

"Ada apa?" Tanya Yuda datar. Matanya men-scanning jidat perempuan itu, terdapat perban disana.

Apa lukanya parah? Ah kenapa jadi memikirkan wanita yang tidak ia kenal?

"Pak, bapak mau engga nikah sama saya?"

Dalam hati perempuan itu, plis plis jawab engga jawab engga, tapi engga mungkin juga kan ini dosen jawab iya, paling cuman dikatain gila.

Raut wajahnya nampak tegang, berdirinya sedikit tidak seimbang. Pasti wanita ini sedang disuruh teman-temannya untuk meng-nge-prank Yuda.

Lelaki itu menoleh lurus ke belakang wanita itu, Yap benar saja, disana ada gerombolan yang sedang terkikih sembari menunggu jawaban apa yang akan Yuda berikan.

Seluruh penjuru kampus tau, Yuda adalah dosen yang sangat disegani berkat tugas nya yang bikin ubun2 berasap sampai ke akhirat.

Kalian pikir bisa mengerjai saya seenak jidat?

"Kalau saya bilang mau, kamu siap jadi istri saya?"

mampus.

---

Halo guys gimana ni awal cerita nya.. vote yuk supaya aku makin semangat bikin part selanjutnya...

HOMEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu