Bab 7

44 8 0
                                    

Aulia berlari ke kamar seseorang, "Papah," suaranya memelas meminta setidaknya sedikit belas kasihan.

"Ada apa?" Papa tidak bergemih dari kursi kerjanya.

Aulia mengalungkan lengan lelaki paruh baya itu seraya memohon, "Pah..,"

"kamu kenapa kaya gini si?" Bukannya iba. papahnya itu malah menghempaskan tangan anaknya dan pindah ke kasur.

Aulia ikut mengekori, "Papa beneran nge-iya-in omongannya Abang?"

"Iya,"

"Aaa....," Rengekannya semakin menjadi, seperti anak bayi yang tidak diizinkan membeli permen kaki.

"Papa jangan dong," perempuan itu duduk di lantai sembari memeluk kedua kaki orang tua satu-satunya.

"Kenapa emangnya? Bukannya kamu yg minta dicarikan?"

"Iya, emang Lea yang minta, tapi dari ribuan temen Abang kenapa mesti dia?"

Masalahnya bukan apa-apa. Aulia sudah tidak punya muka lagi untuk berhadapan dengan orang itu, dosen yang merangkum sebagai pengajar baru plus dosen killer yang paling dikutuki oleh seluruh mahasiswa di kampus.

"Emangnya kenapa kalo Yuda?" Papahnya melembut melihat anaknya yang tampak tidak berdaya.

"Pak Yuda itu dosen killer di kampus Lea pah,"

"Terus kenapa kalo dia dosen kamu? Bukannya bagus?" Keningnya naik. Bagus dari mananya? Ada juga hidupnya akan semakin menderita. membayangkannya saja Aulia tidak sanggup, rasanya ingin terjun ke tebing Everest.

"Pah, papa mikir engga gimana kalo ketahuan sama temen-temen Lea di kampus? Lea malu setengah mati," kaki wanita itu bergetar, Aulia tidak peduli dicap sebagai anak manja yang tidak tau umur, yang terpenting adalah bagaimana cara nya membuang nama laki-laki itu dari kepala papahnya.

"Kenapa malu? Harusnya kamu bangga dong,"

"Bangga kata papah? No.. no.. no.. aa... Papah...," yaa begitulah aslinya Aulia, anak bontot dari keluarga Hartanto, anak gadis yang terlihat berani diluar, dalamnya hmm... balita.

Papah mengambil tangan buah hatinya itu lalu membimbing untuk duduk sejajar, "Coba katakan, apa yang kurang dari Yuda?"

Aulia bungkam, untuk urusan sebagai seorang laki-laki siapa yang tidak mau dengan nama asli Yuda As-Shaka, anak tunggal dengan keluarga penguasa Furniture yang sangat menyukai dunia pendidikan, sementara untuk urusan sebagai pendamping hidup, Yuda sudah mapan lahir batin, tapi.... Aulia tidak bisa menerima sikapnya yang sangat amat 'najis' itu.

"Yuda tinggi, badannya proporsional, ganteng, udah s2, kerjaannya jadi dosen, keluarga terpandang, sopan sama orang tua, dan yang paling penting dia temen abang mu yang pasti abangmu sudah tau sifatnya seperti apa," itu semua bener, abangnya tidak akan sembarangan untuk memilihkan calon untuk adiknya, tapi tetap saja.. ini Yuda... seseorang yang pernah ia lamar ternyata beneran akan menjadi suaminya??

Dunia... ada apa dengan engkau? apa fungsi miliyaran makhluk hidup didunia ini tidak ada gunanya?

"coba bandingkan sama kamu, rapih kalo cuman jalan sama temen2 aja, engga akan mandi sampai badan bener2 bau kesemek, kuliah banyak bolosnya, ikut organisasi juga engga mau, hobinya cuman jingkrak-jingkrak, menang lomba juga engga, terus kalo dirumah kerjaannya tidur mulu atau engga drakoran," Aulia tidak membantah, karena itu semua.... benar

"Kalau dia beneran mau sama kamu, itu adalah tanda-tanda akhir zaman," papah mencolek hidung Aulia.

"papa gitu banget sama lea, masa membandingkan kelebihan orang lain sama kekurangan anak sendiri, engga adil dong itu namanya," Aulia membela diri.

"ya terus papa harus banggain apa dari kamu?"

come on Lea, pasti ada sesuatu yang bisa dibanggain.

"ya.. lea cantik kalo make up, Lea juga engga pendek2 amat, kalo abis mandi Lea wangi bunga, Lea juga kuliah di univ bagus, temen Lea banyak, Lea anggota cheerleader, terus juga lea..,"

aduh.. ko banggain diri sendiri aja bingung ya? apa segitu tidak ada indah-indahnya manusia ini?

"terus Lea apa?" papa menunggu jawaban selanjutnya.

"itu udah banyak kelebihan lea,"

Dalam hatipun, wanita itu juga tidak yakin dengan apa yang dikatakan.

"coba kamu bandingkan Yuda dengan kamu, setimpal tidak?" wajahnya datar, seakan-akan apa yang dikatakan Aulia tidak cukup untuk menutup semua boroknya.

"papa engga sayang sama Lea ya? Papa ko jadi bagus-bagusin anak orang si," makin lama Lea sewet.

"papa engga bagus-bagusin anak orang, papa cuman bagus bagusin calon mantu papa sendiri,"

Mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri. calon mantu? ble..

"coba sekarang papa tanya sama kamu, apa perilaku buruk Yuda sampai kamu menolak dia?"

krik.. krik..

"engga ada kan?"

bukannya tidak ada, tapi Lea tidak tahu harus menjelaskan bagaimana.

"Udah ah.. kamu sekarang belajar sana, besok papa mau ketemu orang tua Yuda sama Abang kamu,"

mata Aulia melotot, sekaget-kagetnya orang kaget, "pa, astaga papa, istighfar pa. ya ampun papa, ini bukan zaman situ Nurbaya, aduh si papa ini, bisa gila Lea lama-lama,"

"kamu yang minta di jodohkan, kamu sendiri yang nolak. Udah lah papa cape pengen istirahat, pusing lama2 dengerin anak engga waras,"

"Pah..,"

sudahlah lea... yang bisa ia lakukan sekarang adalah semoga laki-laki yang bernama Yuda itu metong saja.

---

HOMEWhere stories live. Discover now