Bab 3

67 10 0
                                    

Abang masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu, "Dek, ko lu engga pernah ngenalin pacar baru lu ke gue si?"

Tiba-tiba nanya itu?

"boro-boro pacar baru, sakit hati yang yang ini aja belom ilang," Aulia masih berkutik dengan ponselnya.

"lo si milihnya ngasal," Bara duduk disisi ranjang.

Aulia menghela napas, ia juga tidak mau ini terjadi tapi takdir berkehendak ia harus menjomblo lagi.

"Ya kan gua bukan Lo yg lulusan harvard dan dapet predikat cumlaude,"

Yess.. itu sindiran gaes..

"lo mau kawin kapan? Papa udah ngebet pengen punya cucu dari lo," Bara mengalihkan pembicaraan.

"Gua masih muda, masa depan gua masih panjang, masa udah mikirin caranya berojol aja," Aulia sewet, seharusnya Bara menghiburnya, bukan malah bikin ia semakin berasap-asap.

"terus lo engga mau kawin? Mau jadi perawan tua aja?"

Aulia mendecak sebal, "ya maulah, tapi gue pengennya langsung nikah, engga mau pacar-pacaran lagi, lu aja ke yang cariin, gua males kenal2an begitu,"

Lelaki itu menghadapkan badannya lurus ke Aulia, "beneran ya? gua yang cariin ni?" Matanya berbinar antusias.

"Iya, circle lo kan bagus, jadi gua percaya lah sama lo," wanita itu tidak melengos dari benda ditangannya.

"engga boleh nolak lo ya!" kakaknya memperingati. Bara engga mau sudah susah payah di Carikan, ujung-ujungnya dilepeh mentah-mentah.

"Iya, cerewet," abangnya berdiri.

"Nanti gua kasih kandidatnya ke papa terus papa yang milihin,"

Aulia melempar ponselnya ke kiri, "tapi awas Lo ya nyariinnya yang engga waras, gua timpuk pake cobekan dapur," mata wanita itu mengancam.

"Tenang, pilihan gua engga pernah salah,"

Yaa.. Aulia yakin kakaknya itu bisa mendapatkan calon adik ipar yang baik, pilihannya tidak pernah mengecewakan, lihat saja istrinya, seratus delapan puluh derajat lebih baik, lebih berkualitas, lebih cantik, lebih pintar, lebih berpendidikan dibanding Aulia a.k.a. adiknya yang hanya punya hobi jingkrak-jingkrakan.

Gadis 20 tahun itu akui kakaknya lumayan tampan, dan di tempat perusahaannya pun Bara mendapat posisi yang bagus.

Jadi, sejelek-jelek yang dicomot Bara pasti berbanding jauh dengan semenawan-menawannya yang didapat Aulia.

"Eh, oiya," kakaknya berbalik saat ingin keluar kamar.

"Besok temenin gua kondangan, Larisa soalnya engga bisa,"

---

Aulia dan Bara sedang dalam perjalanan menuju tempat acara pernikahan teman Bara.

"Lea," wanita itu menoleh.

Keluarga memanggil Aulia dengan sebutan Lea. Kadang Bara juga memanggil nya dengan 'dek'. Suka suka dia lah mau manggil apa.

"Tadi pagi gua udah kasih tau papa,"

"Soal?"

"Itu... cowok buat lo,"

Sebenernya Aulia tidak terlalu berharap dan begitu giroh tentang perjodohan yang ia usulkan mendadak itu.

"Terus?"

"Papa udah milih orangnya," Lea mengangguk pelan.

"Kayaknya nanti dia juga dateng deh, soalnya temen SMA yang nikahan," Aulia mengangguk lagi.

"Ntar gua kenalin lu ke dia ya," wanita itu menjawab sama.

"Gua rasa si lu kayaknya bakal tertarik sama dia, yaa dia sebelas dua belas lah kaya gua,"

"Iya liat nanti aja," sahut Aulia santai.

"Gua maksa si lu sama dia, dari dulu gua pengen banget ngenalin ke lu, abisan lu nyari cowok engga bener mulu, selalu ujung-ujungnya lu yang ditinggalin,"

Aulia menghembus berat, wanita itu belum bisa mengaplikasikan cinta dengan benar.

"Masa gua sama pacar sendiri jahat, kan engga mungkin,"

"Iya ini makanya gua datangkan laki-laki baik buat lu,"

"Dia nya mau engga sama gua, ntar gua naksir dianya engga," Aulia tidak mau itu terjadi.

"Dia engga mungkin nolak, gua juga udah bilang ke dia ko kalo mau ngenalin lu ke dia,"

Semoga semuanya berjalan sesuai apa yang di katakan. Aulia menerima teman kakaknya itu dan sebaliknya.

---

Bising suara dangdut an memenuhi gedung dengan lapisan bahan silk berwarna emas maroon di langit-langit.

Bara dan Aulia mengantri untuk mengabsen daftar kehadiran kemudian memasukan Hadiah kecil ke dalam kotak besar.

Mereka menyalimi kedua mempelai kemudian langkah nya menuju deretan prasmanan, lalu berjalan menepi sambil berdiri karena tidak ada bangku kosong yang tersisa.

"Temen lu yang cewek apa yang cowok?" Tanya Aulia.

"Cowok," kata abang dengan bibir masih penuh dengan serpihan semangka.

Saat Aulia sedang menghabisi isi dari gelas soda itu, tiba-tiba matanya menyipit. Ada seseorang yang sepertinya tidak asing.

Seetttt...

Badannya berputar 180 derajat.
Ya Tuhan... Itu bukannya.. pak Yuda?

Ngapain dosen itu kemari?
Aulia memalingkan wajah dengan senjata berbentuk persegi yang ia tenteng. Ia tidak mau lelaki itu melihat penampakan nya.

Wajahnya mengutuk diri sendiri. menyetujui ajakan Bara datang kesini adalah keputusan yang salah. 

Bagaimana caranya tuk lenyap? Detik ini juga ia berharap selimut harry Potter benar-benar bisa dia beli di toko oren.

"De, de, orang yang mau gua kenalin ke lu dateng," Bara menepuk lengan Aulia.

Hah? Berbarengan? 

Ahh.. Aulia tidak peduli seperti apa orang itu, yang terpenting ia bisa menghilang ke bawah tanah sekarang juga.

"Bang, gua mau ke toilet dulu ya," tangan Bara menarik.

"Eh, jangan kabur, gua kan mau kenalin orangnya," Aulia menghempas cepat.

"Nanti nanti gua pengen berak, engga tahan banget, masa tai gua nyeplos disini kan engga lucu," tangannya meraba bagian akhir dari pembuangan dunia.

"Tahan bentar,"

"Yuda,"

Hah? Si anak setan.

---

Hari ini aku update...
Makin banyak yg vote comment, aku usahain buat sering update...
Terimakasih sudah membaca..

HOMEWhere stories live. Discover now