-Extra Part(s)-

14.5K 863 721
                                    

Halo! S.P di sini. Waktu itu ada yang minta bagian ekstra, ya?

Jujur gua bingung mau nulis apaan.

Anpe aku nanya... terus dapet dikit inspirasi... terus ada sempet nanya temen, dia bilang, "Sekalian survey aja, lol..." dst. Akhirnya kutulis aja part ini.

Sekaligus, ini selebrasi untuk Petrichor yang telah mencapai rank 1 di genre mystery/thriller! Yeaay~ Terima kasih banyak atas dukungan kalian semua! Walau cuman tadi siang karena malem ini udah kegeser jadi nomor dua lagi xD

Well, enjoy these small extra parts~

Valt & Erlyn @ Di Suatu Tempat Setelah Erlyn Nganu (Panjang juga judulnya)

"Aku...." Erlyn mengigit bagian bawah bibirnya. Tubuhnya yang meringkuk di atas aspal terasa sakit, tetapi beberapa saat kemudian menghilang. Bahkan rasa mengerikan yang terjadi pada kepalanya tidak terasa lagi.

"Kau bangun?" Sebuah suara familiar menyapa telinganya.

Erlyn terduduk. Ia mengusap wajahnya sebentar, kemudian mendongak untuk menatap pemuda yang berdiri di hadapannya.

"Kau tidak merasakan rasa sakit itu lagi, 'kan?" tanya sosok itu lagi. Sosok yang sangat familiar. Sosok yang pernah mengikis hatinya di masa lalu, kemudian memperbaikinya perlahan, kemudian menghancurkannya kembali....

Erlyn tersenyum tipis. "Mengapa kau ada di sini, Valt?"

Lawan bicaranya terkekeh. "Kau harus mulai terbiasa dengan kehadiranku."

Gadis itu mengernyitkan dahi. Ia beranjak berdiri, kemudian memperhatikan sekelilingnya yang... kosong. Tak ada hujan. Erlyn mendongak, mendapati bumi seakan-akan ditamengi awan hitam

"Apa yang terjadi?" Gadis itu bertanya.

"Jujur, aku sendiri belum terlalu paham," jawab Valt lirih. "Yang kuingat...." Ia terhenti.

"Apa yang kau ingat?" tanya Erlyn. Menatap wajah Valt yang mendadak muram itu membuatnya berpikir. Pada awalnya, mengapa ia berada di depan sebuah gedung raksasa? Mengapa tempat yang ia pijak basah, dan sekilas ia mencium aroma itu....

Petrichor dan darah.

"Aku bunuh diri," ujar Erlyn tiba-tiba. Gadis itu menatap kedua tangannya yang tak terluka sama sekali. Lalu badannya, kemudian kakinya. Namun semuanya masih lengkap, tak ada baret sedikit pun. Valt yang berdiri di sampingnya menelengkan kepala. Erlyn mengepalkan kedua tangannya. "Kalau aku seharusnya sudah mati...."

"Berarti wajar jika aku ada di sampingmu sekarang." Valt tertawa hambar. "Aku... meminta Gash untuk membunuhku... beberapa saat yang lalu...."

Gadis bermata hijau cerah itu mengerutkan dahi. "Mengapa?"

"Aku tidak ingin memberitahukannya sekarang," ucap pemuda itu pelan. "Aku... belum siap."

Erlyn menunduk. "Kau memintanya membunuh dirimu sendiri, dan aku terpaksa membunuh diriku... untuk melindunginya...."

Suara isakan keluar dari bibir merah muda sang gadis. Pemuda di hadapannya dapat mendengar isakan itu dengan jelas. Ingin ia menariknya, merangkulnya sekali lagi. Namun tangannya terasa berat....

PetrichorWhere stories live. Discover now