-Fortieth Rain-

8.9K 920 436
                                    

Lymm mengusap-usap dagunya. "Tidak, aku tidak pernah mendengar namanya."

Aku mendesah putus asa. Aku terlalu berharap orang-orang ini mengetahui segalanya. Haha, mana mungkin mereka tahu siapa pemuda yang telah mengakui mengintai keseharianku?

Lymm mengerjapkan matanya beberapa kali. "Aku bisa mencarinya kalau kau mau."

Aku menggelengkan kepala pelan, menatap jendela di balik pemuda di hadapanku. Tidak ada siapa-siapa di baliknya. Hanya beberapa tetes air hujan yang berjatuhan, jalan yang lengang dan rerumputan. "Tidak, aku hanya bertanya saja...."

"Terserah saja. Kau hanya menghabiskan waktuku," ujarnya ketus. "Jaga rumah, aku harusnya sudah berada di tempat lain sekarang. Dan, awasi Dash."

Ia berjalan melewatiku, kemudian menutup pintu ruang tamu. Aku mendecak kesal. Lymm dan perhatian lebihnya kepada Dash. Andaikan Gash ada di sini. Bukan hanya dia akan membuatku bahagia setengah mati, tetapi ia pasti tahu apa yang dilakukan Valt. Selama ini kelihatannya mereka memiliki... hubungan yang misterius. Namun aku juga belum terlalu yakin.

Aku benar-benar bingung dan penasaran dengan apa yang terjadi pada Valt, atau Chris, terserah orang itu. Tentang Don, tentang bunuh dirinya, tentang perubahan identitasnya, tentang mengawasiku....

Apakah dia tahu aku sekarang seorang pembunuh?

Aku takut ia mengetahui fakta ini. Memperhatikan gerak-gerik seseorang beralasan sayang... ini agak menggangguku. Aku tidak terlalu yakin Valt melakukan ini karena kemauannya sendiri. Maksudku... dia memperhatikanku seakan-akan dia mencurigaiku. Seakan-akan suatu ketika ia akan menangkap basah diriku yang tengah membunuh seseorang, dan membawaku ke kantor polisi. Ditambah fakta akhir-akhir ini aku makin dekat dengan Gash.

Apakah dia cemburu? Aku menggelengkan kepalaku perlahan. Tidak, aku terlalu percaya diri. Aku terduduk lemas di atas sofa ruang tamu. Aku sudah mencoba menelepon Valt dengan ponsel Tom. Tidak diangkat. Mungkin juga dia menggantinya dengan yang baru. Semuanya serba baru.

Aku tertawa kecil membayangkan ia punya pacar baru. Itu tak masalah. Hanya saja, sekarang aku terlihat seperti perempuan menjijikkan yang selalu berganti-ganti pasangan.

Aku benar-benar menjijikkan. Mungkin aku harus mandi lebih bersih pagi ini. Baru saja membuka pintu kamar, Dash meneriakiku.

"Aku benar-benar bosan!" Dash menenggelamkan wajahnya ke bantal. "Tidak ada yang seru sama sekali. Padahal aku harus melihat darah...."

"Kau terdengar menyeramkan," ujarku datar. "Kamarmu ini belum dirapihkan lagi?"

"Untuk apa dirapihkan jika nantinya akan berantakan lagi? Buang-buang waktu saja!"

"Ucap seseorang yang menganggur di atas kasurnya," sindirku. "Kau mirip dengan Lymm ya?"

Dash mendecak. "Yang benar saja," gumamnya ketus. "Aku... tidak mirip dengannya sama sekali!" Ia memeluk bantalnya erat-erat. Manusia yang satu ini....

"Hei, Dash, aku mau menanyakan sesuatu."

Dash langsung duduk bersila di kasurnya. "Tanyakan saja," ujarnya. "Namun, jangan tanyakan apapun tentang Lymm."

"Aku sama sekali tidak tertarik dengan orang itu!" Aku terkikik. Kurapihkan selimut Dash yang bertaburkan remah biskuit lalu duduk di sampingnya.

Aku menatapnya dalam-dalam. "Bagaimana caranya kita mencari orang yang sudah lama hilang?"

PetrichorWhere stories live. Discover now