-Third Storm-

8.5K 921 415
                                    

Aku menggaruk mataku berkali-kali. Agak mengantuk... tetapi sepertinya aku harus bertemu dengan Tom malam ini, setelah terjebak selama entah berapa lama dengan Gash tadi. Kutatap pemuda yang duduk di sampingku, terpenjarakan rak-rak buku tak berdebu. "Kepalamu tidak pusing membaca buku dengan...." Aku mengecilkan suaraku. "Mata sebelah?"

"Kalau sudah terbiasa...." Tom membuka halaman bukunya, lagi. Bahkan hanya dengan satu mata di wajahnya, kecepatan bacanya tak berubah. "... Tidak terlalu memberatkan."

Kuelus pelan sampul keras buku yang kupegang. Aku asal mengambil buku ini dari rak. Buku tebal yang sudah menguning. Aku sama sekali tidak tertarik membaca buku ini. Namun aku takut kalau Tom akan mengusirku dari perpustakaannya.

Kali ini aku tidak akan bertanya tentang Valt Lender. Aku akan menanyakan sesuatu yang lebih membingungkan....

"Tom," panggilku lirih. Tom menurunkan sedikit buku yang nyaris menutupi batang hidungnya. Mata kirinya menatapku tajam. Mata satu-satunya. Aku menunduk, membiarkan rambut panjangku menutup sebagian wajahku. "Aku hanya penasaran, apa kau pernah dengar kata Ninox...."

Aku membuka kepalan tanganku, membaca catatan yang kutulis di sana. Sudah kupersiapkan sedari tadi sore setelah Gash memelukku selama berjam-jam. Gash bilang bahwa aku....

Kupikirkan nanti saja.

"Tentang sesuatu yang bernama Ninox Crauelle," ujarku lirih. Tom bergeming sementara, kemudian memalingkan wajahnya ke buku.

"Mereka hanya gerombolan orang," jawabnya dingin. "Gerombolan orang tak berguna yang suka mencari gara-gara. Sedihnya, terkadang kita harus berurusan dengan mereka."

"Karena apa?"

Tom menoleh ke arahku lagi. "Kau tahu mereka dari mana?"

"Aku bertemu salah satu dari mereka tadi pagi. Kelihatannya mereka tidak terlalu mengerikan...."

Pemuda yang duduk di kursi sampingku itu memalingkan wajahnya, lagi. "Kau belum lihat. Namun...." Tom menghela napas. "Kalau tidak salah Tuan Siegrain memberikanku pekerjaan lagi."

"Oh!" Aku menatapnya penasaran. "Siapa sekarang?"

Ia menatapku sinis. "Mengapa kau begitu semangat?"

"Tidak," ujarku lirih. "Aku hanya penasaran."

"Yah, kuharap kau tidak akan menjadi pembunuh berdarah dingin...." Tom membuka halaman bukunya.

"Aku... tidak mau...." Aku menutup wajahku, merasa agak tersinggung. "Aku sama sekali--"

"Aku tidak bermaksud mengatakan itu," sela Tom. "Jika kau benar-benar ingin tahu tentang mereka... kebetulan kita harus bertemu mereka untuk pekerjaan kita kali ini."

Semoga tidak ada hubungannya dengan Valt. "Kita akan membunuh seseorang dari sana?"

Tom menggelengkan kepala pelan. "Tidak... entah kenapa kali ini agak berbeda."

Aku mengernyitkan dahi. "Ada apa?"

"Ini misi penyelamatan," ujarnya datar.

"Kau serius?"

Aku segera menoleh ke belakangku. Kepala Gash menyembul keluar dari belakang sofa yang kududuki. Dari mana...? Kenapa aku baru sadar dia ada di belakangku selama ini?!

"Kau pernah lihat aku tidak serius?" tanya Tom. Sebuah seringai terbesit di wajahnya.

"Selama ini... sekali," jawab Gash, melipat kedua tangan di depan dadanya. "Ah iya, Erlyn melihatku menyelinap ke dalam tidak?" tanyanya tiba-tiba. Tatapan yang ia berikan ke arahku... agak berbeda dengan caranya dulu. Entah mengapa. Apa karena mata Tom? Tak mungkin Gash membuatku merinding seperti sekarang ini.

PetrichorWhere stories live. Discover now