9] TAHU

13.4K 1.5K 1.2K
                                    

Losta Connecta by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Aku ingat rapat evaluasi MOS hari Rabu yang lalu. Di sana kami membahas segalanya, dimulai dari banyak jadwal yang bergeser sampai kelakuan anak-anak baru yang dianggap kurang hormat pada kakak kelas. Sementara itu, pemilihan ketua OSIS baru juga akan diadakan dalam waktu dua bulan lagi. Setiap kelas sebelas akan mewakilkan satu orang untuk menjadi kandidat. Kami para anggota OSIS tidak ingin ketua baru berasal dari luar OSIS. Walaupun sejujurnya aku tidak keberatan, tetapi yang lain sangat mempermasalahkan itu. Padahal obrolan itu didengar oleh panitia MOS yang bukan anggota OSIS, seperti Aldi, Janet dan Lia. Akan tetapi, kami percaya mereka tidak akan menyebarluaskan hal itu.

Selama Radit menjadi ketua OSIS, aku melihatnya hanya meneruskan kinerja ketua OSIS sebelumnya. Tidak ada sesuatu perubahan yang berarti. OSIS masih dianggap sebagai organisasi sombong yang seperti membanggakan diri dari siswa lain yang bukan pengurus OSIS. Sering sekali aku dipanggil anak OSIS, padahal namaku Lana Anggarda Praja. Aku malah lebih suka dipanggil Lap.

Aku punya satu orang yang aku percaya akan merubah OSIS. Dia ada di hadapanku sekarang, Reno. Dia adalah sosok yang tenang, punya wibawa, tegas sekaligus sopan. Reno tidak tampan, dia biasa saja, tetapi sorot matanya sangat khas, tajam dan berfokus. Prestasinya di OSIS, yaitu saat dia memimpin penyelenggaraan bakti sosial di Pandeglang. Caranya memimpin benar-benar rapi, semua acara tersusun dengan baik dan masalah-masalah terselesaikan dengan cepat. Aku tidak perlu ragu lagi untuk mendorongnya menjadi ketua OSIS, Aku sudah akan lepas dan digantikan yang baru, tetapi perjuanganku tidak boleh berhenti, setidaknya ada orang yang aku percaya menjalankan organisasi yang selama dua tahun ini aku masuki.

Sekarang aku sedang bermain basket. Ada anak-anak kelas sepuluh yang nonton, jadi secara tidak langsung aku jadi merasa kece dan cool. Kayak di sinetron-sinetron remaja pastinya pemain utamanya ekskulnya basket dan kemudian digilai cewek-cewek yang bersorak-sorak untuknya. Mainstream memang, tetapi pengin mencoba saja.

"Oper ke sini!" teriakku pada Reno.

Reno melempar bola basketnya ke arahku. Aku segera menangkap dan melakukan dribble sembari melihat peluang, menerobos lawan dan segera melemparkannya ke keranjang. Aku membalik dan berteriak penuh kebanggaan sembari membuka kaus, tetapi anehnya tidak ada yang bersorak maupun bertepuk tangan. Aku sadar saat Reno mengatakan bahwa bolanya tidak masuk. Aku langsung diam menahan malu sembari memakai kausku kembali.

"Aku ke aula, Ren," kataku yang segera kabur meninggalkan lapangan basket.

Aku suka merusuh di ekskul lain, tetapi tidak sering. Sekarang aku menuju aula untuk bertemu Erna, Kina dan Cakra. Ekskulku itu hanya sedikit yang berminat, sebenarnya banyak, tetapi yang datang segitu-segitu saja. Kelas sebelas cuma Yuni sama Ike, sedangkan kelas sepuluh belum tau. Semoga tambah banyak.

"Erna!" teriakku pada Erna yang sedang menghitung pedang plastik untuk latihan.

"Angga, ternyata kau datang juga," kata Erna yang sepertinya merasa kecewa yang hadir hanya segitu-segitu saja.

Aku melihat di samping Erna ada beberapa orang. Ada Yuni dan Ike yang tengah mendata anak-anak baru yang jumlahnya tidak sampai sepuluh itu. Ada cowok dua dan cewek empat, cewek-cewek itu sepertinya melirik padaku. Akan tetapi, dari keempatnya tidak ada yang aku kenal. Tidak ada Hana! Aku sungguh kecewa.

"Di mana, Cakra dan Kina?" tanyaku ke Erna.

"Mereka lagi nyari Pak Harsono buat melatih kita," kata Erna yang kini berdiri dan menoleh ke arah enam anak baru itu.

Losta Connecta 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang