Epilog

16K 1.2K 200
                                    

Aku berjalan menuju bagian imigrasi. Sebagai seorang pendatang tentu saja aku harus melakukan proses itu. Dan ternyata prosesnya tidak terlalu lama, karena aku terdaftar sebagai mahasiswa di salah satu universitas bergensi di Auckland. Aku hanya perlu memperlihatkan berkas-berkas pendidikanku lalu pihak imigrasi akan meloloskanku lebih cepat dibandingkan dengan yang lain.

Aku berjalan menuju pintu kedatangan bandara tersebut. Aku melihat banyak sekali orang yang sedang menunggu disana. Ada juga beberapa dari mereka yang memegang kertas bertuliskan nama seseorang.

Aku berjalan melewati mereka dan keluar dari pintu utama bandara ini. Aku melihat beberapa taxi yang berjejer saat aku keluar. Dan ketika aku mendekat, salah satu supir dari kumpulan tersebut menawarkan taxinya dan kuberikan anggukan tanda mengiyakan.

"2/10 Marlborough St" Aku berucap dalam bahasa inggris.

"Yes sir" Jawab supir tersebut.

Jujur saja aku tak tau dimana itu jalan Marlborough. Namun ayah memberitahuku bahwa itu merupakan salah satu tempat perumahan yang strategis dan letaknya di pusat kota Auckland. Ayah menyewa sebuah rumah sederhana sebagai tempat tinggalku disini.

Setiap jalan yang aku lewati tak pernah sekalipun aku sia-siakan. Aku baru pertama kali kesini jadi aku menikmati semua yang kulihat. Saat melewati jalan besar, aku ingat hal yang dikatakan ayah.

Bahwa toko-toko disini biasanya tutup pukul 5 atau 6 sore. Pasti kalian bertanya tentang hal itu, yang aku dengar dari cerita ayah. Bahwa itu merupakan suatu peraturan agar masyarakat disini lebih banyak menghabiskan malam mereka bersama keluarganya.

Hingga lebih dari 10 menit aku di dalam taxi. Aku berpikir, sepertinya harus membeli sesuatu untuk makan malam nanti karena ini sudah pukul 4 sore waktu Auckland.

"Where is this?" Tanyaku pada supir tersebut.

"Queen Street" Jawabnya singkat.

Aku mengalihkan pandanganku pada toko-toko yang ada disekelilingku.

"Can we just stop in front of that store" Ucapku sambil menunjuk toko yang ada di sebrang sana.

Aku ingin turun untuk membeli sesuatu. Namun aku juga melihat toko pernak-pernik lucu yang ada disana, hingga kuputuskan untuk turun disekitar sana.

"Sure" Ucap supir tersebut.

Aku lantas memberikan uang untuk membayar taxi tersebut. Aku berjalan keluar sambil membawa koperku. Aku tidak menggunakan koper yang besar, sehingga dengan mudah aku membawanya.

Aku membeli beberapa makanan yang langsung aku masukan ke dalam tas. Aku sempat bertanya pada pelayan di toko tersebut, mengenai peraturan yang mengatakan bahwa toko akan tutup pukul 5 sore. Ternyata tidak semua toko tutup pukul segitu. Rumah makan, mall tentu saja masih buka hingga malam hari. Yang tutup seperti itu bisanya toko kelontong atau toko-toko kecil.

Aku mengangguk tanda mengerti dan keluar dari toko tersebut. Aku berjalan-jalan di sekitaran jalan tersebut. Gila, trotoarnya luas banget, bahkan mungkin kalo pedagang kaki lima di Indonesia liat trotoar ini, bisa rebutan mereka.

Perhatianku tertuju pada satu toko kecil disamping toko yang tadi aku masuki. Aku bisa melihat pernak-pernik lucu yang ada di dalamnya. Memasuki toko itu ternyata aku lebih dibuat kagum lagi. Banyak hal luar biasa yang ada di dalamnya.

Aku berjalan menunju tempat gantungan kunci, dll. Namun perhatianku tertuju pada koleksi Gantungan kunci namun dalam ukuran besar. Bentuk-bentuknya sangat unik bahkan terdapat ukiran-ukiran khas New Zealand.

Pemilik toko tersebut lantas menjelaskan gantungan tersebut memiliki maknanya tersendiri. Dan hal tersebut terlihat dari perbedaan batu yang ada di tengah gantungan tersebut. Aku menyukai salah satu gantungan tersebut, aku menyukai gantungan dengan bulu-bulu berwarna abu-abu dan terdapat batu yang berwarna ungu terang di bagian tengahnya. Aku lantas membelinya tanpa menawar barang tersebut.

180 Days To Be Perfect Where stories live. Discover now