STEP 3 : BELAJAR MENJADI SEMPURNA

7.2K 704 12
                                    

(Bagian 1)


"Aku ga mau Fadi" Aku kembali menetskan air mataku.

"Biar kita tau ada luka atau engga" Fadi berusaha menenangkan ku.

Aku masih menggenggam tangan Fadi sambil menangis karena takut dan juga rasa sakit pada pergelangan kakiku. Fadi juga masih berusaha menenangkan ku. Sedangkan sahabatku yang lain ikut menatap khawatir padaku.

Kami sampai di rumah sakit dengan cepat karena Didi membawa mobil dengan kecepatan yang luar biasa cepat. Saat sampai disana aku langsung mendapatkan perawatan dari dokter. Aku berteriak keras saat dokter menyentuh bagian pergelangan kakiku.

"Arrrggghh... sakit dok" Aku meringis.

Dokter masih memperhatikan kakiku dengan lekat. Beberapa menit kemudian, akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan pengecekan dengan cara rongen atau scan bagian tulangnya. Aku hanya bisa menurut saja. Dan para sahabatku yang lain disuruh menunggu diluar.

Setelah pengecekan selesai, aku memilih untuk tiduran dan beristirahan sejenak. Sudah dipastikan pertandingan tadi bukanlah jadi milikku. Aku kalah dalam pertandingan tadi, dan aku pun sepertinya akan menjadi juara ke 4.

Beberapa menit kemudian teman-temanan ku masuk keruangan dimana aku berada. Mereka pasti khawatir sedari tadi menunggu ku. Bukan hanya itu saja, aku juga melihat Bunda datang dengan wajah yang sangat khawatir. Pasti mereka sudah memberi tahu pada orang tua ku.

"Kamu tidak apa-apa sayang?" Tanya bunda padaku.

"Nggak bun, ga apa-apa kok" Aku berusaha menenangkan bunda.

"Bunda kan udah bilang kalo udah engga kuat jangan dipaksa" Ucap bunda kembali padaku.

"Iya bun maaf"

Bunda hanya mengusap rambutku lalu menatapku masih dengan tatapan khawatir. Aku juga memperhatikan keempat sahabatku masih setia disampingku.

"Kalian masih disini?" Tanyaku pada mereka.

"Iya kita khawatir tau" Ucap Lucy.

"Hehehee.." Aku hanya tertawa kecil.

----------***---------

Sorepun tiba, para sahabat ku sudah pulang sedari tadi. Aku menyuruh mereka pergi supaya mereka punya waktu untuk istirahat. Apalagi Lucy dan Fadi masih harus bertanding besok. Sedangkan Didi dan Rara juga harus pergi ke sekolah besok.

Bunda masih setia menemaniku. Dokter juga tadi sudah memberi tahukan hasilnya padaku. Tidak ada luka yang serius pada kaki ku. Hanya saja aku terlalu memaksakan kakiku, sehingga terjadi cidera ringan pada otot di bagian pergelangan kaki dan menimbulkan pembengkakan. Hal itu juga yang mengakibatkan rasa sakit.

Dokter juga menyuruhku untuk beristirahat dari kegiatan berat. Dan mungkin selama seminggu ini aku harus beristirahat total di rumah. Saat petang tiba, ayah dan Kak Arru datang menjengukku bersamaan. Aku bisa melihat tatapan khawatir mereka, sama seperti yang bunda perlihatkan padaku sebelumnya.

"Gimana keadaannya?" Tanya ayah pada bunda.

"Ga papa kok, hanya terlalu dipaksain aja, jadi kakinya agak sedikit bengkak" Bunda menjelaskan pada ayah kronologisnya hingga aku sampai di rumah sakit ini.

Ayah sempat menghela nafas di sela-sela mendengar penjelasan dari bunda. Aku tahu ayah sedari tadi menghawatirkan aku. Namun pekerjaan yang banyak di kantor membuat dia hanya bisa menjengukku saat pekerjaannya telah selesai. Dan aku mengerti hal itu.

Begitupun dengan Kak Arru yang sedari tadi menatapku khawatir. Aku lantas mengalihkan pandanganku padanya. Dan bertanya mengapa dia menatapku seperti itu. Kak Arru hanya menjawab bahwa ia khawatir.

180 Days To Be Perfect Where stories live. Discover now