• prolog •

99.1K 4.7K 352
                                    

"Happy birthday ya, Kiara!" ucap salah satu teman sekelasku sambil menarikku ke dalam pelukannya.

"Thankyou for coming ya! Enjoy the party." Aku tersenyum ke arahnya sebelum berjalan ke arah lain untuk menyambut tamu-tamu yang datang.

"Cie, yang udah tujuh belas tahun," goda Kaitlyn atau yang biasa kupanggil Kate, sahabatku, yang malam ini terlihat memukau dengan long dressnya yang berwarna baby blue, sesuai dengan dresscode yang kuberikan. Aku tahu seberapa besar perjuangannya mencari baju ini untuk pesta ulang tahunku.

Yup, aku memang sudah resmi berumur tujuh belas tahun hari ini. Dan malam ini adalah pesta ulang tahunku. Memang sudah jadi tradisi jika perempuan berumur tujuh belas tahun, mereka akan mengadakan pesta besar-besaran. Tapi, aku tidak ingin menghabiskan uang papaku hanya demi pesta yang mewah. Aku lebih memilih pesta yang simple seperti malam ini. Aku memutuskan untuk membuat pesta di taman belakang rumahku yang cukup luas. Yang kuundang pun hanya teman-teman sekelas, teman dekat di kelas lain, dan juga keluarga dekat.

"Cowok lo mana?" tanya Kaitlyn sambil menyenggol lenganku.

Aku mengangkat kedua bahuku. "Mungkin masih lagi di jalan. Dan jangan sebut-sebut cowok gue, nanti anak-anak lain pada tau."

"Gue heran deh, kenapa sih dia gak mau murid-murid lain tau? Biasanya kan justru cewek yang gak mau hubungannya diumbar-umbar secara publik. Aneh deh dia," ucap Kate dengan heran.

"Yah, kan dia malu takut diledekin sama murid-murid lain. Lagian, kita juga sering pergi bareng kalau lagi hari libur. Dan sekarang kita hampir enam bulan pacaran. Jadi, gue sih gak ada masalah apa-apa."

"Iya sih. Cuma kan aneh aja, Ra. Biasa cowok itu suka pamer pacarnya ke orang lain. Cowok lo aja noh yang aneh."

"Hush." Aku memukul pundaknya pelan. "Udah, mending kita sapa yang lain."

"KIARA! HAPPY BIRTHDAY!" Suara teriakan perempuan terdengar dari arah belakang kami. Aku dan Kate berbalik bersamaan dan mendapati Amy, kakak kelas yang sangat akrab dengan kami berdua, sedang berjalan ke arah kami.

Aku juga ikut berjalan menghampirinya dan kami berpelukan. "Asik! Lo dateng!"

"Iya dong. Masa sahabat gue ulang tahun gue gak dateng," ucap Amy sambil melepaskan pelukannya.

"Kok lo tiba-tiba bisa? Bukannya kemaren bilang ada acara keluarga?" tanya Kate dengan heran.

"Gak tau tuh. Bokap tiba-tiba cancel acaranya. Jadi, gue bisa dateng deh," balas Amy dengan cengiran. "Eh, cowok lo mana?"

Aku memutar kedua bola mataku dengan malas. "Astaga, kenapa sih kalian berdua tanyain dia terus? Nanti juga muncul. Mungkin kena macet."

Amy mengangguk-anggukkan kepalanya dan kami pun berkeliling untuk menyapa tamu-tamu yang datang. Kami mengobrol, tertawa dan foto-foto. Tapi, mataku terus melirik ke arah pintu, berharap ia bisa muncul secepatnya dengan senyum di wajahnya. Aku sudah sangat merindukannya.

"Sayang, kita mulai acara tiup lilin ya?" ajak Mama sambil menarikku ke tengah-tengah taman, dimana kue bertingkat dua dengan design polkadot berada.

"Semuanya, ayok ngumpul ya. Acara tiup lilin udah mau dimulai." Mama berbicara dengan mic di tangannya. Dalam sekejap, suasana yang sebelumnya ramai berubah menjadi hening. Orang-orang mulai mendekat dan berdiri mengelilingku.

"Happy birthday to you.."

Lagu ulang tahun sudah mulai dinyanyikan bersamaan disertai tepukan tangan. Tapi, mataku masih terus tertuju ke arah pintu. Dimana sih dia? Kenapa masih belum datang juga? Apa terjebak macet?

Hidden TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang