Chapter 18

18 1 0
                                    

Yeosin keluar dari kamarnya. Ia yang sudah biasa berolahraga di pagi hari terbangun lebih dahulu, ketika yang lainnya sedang bergelut dengan selimut, Yeosin sudah berlari mengelilingi taman di area vila yang cukup besar. Setelah ia rasa cukup untuk membuat tubuhnya berkeringat, yeoja itu berhenti dan melakukan pemanasan guna merenggangkan otot-ototnya. Seorang namja berlari menghampiri Yeosin dari arah belakang punggung yeoja itu.

"Ya! Kenapa tidak membangunkanku?" tanya namja itu sambil mengatur nafasnya yang kelelahan setelah berlari, namun Yeosin yang di tanya hanya melirik tidak peduli namun tetap menjawab.

"Memangnya, apa yang akan kau lakukan jika aku membangunkanmu pagi-pagi?" ujar Yeosin.

"Tentu saja menemanimu olahraga" jawab Myungsoo sekenanya. Myungsoo, namja itu memang selalu bangun terlambat. Yeosin menghentikan kegiatannya lalu menghadap ke arah Myungsoo dengan tangan yang terlipat diatas dada.

"Menemaniku olahraga? Kau baru lari begitu saja sudah sesak nafas" ejek Yeosin. Myungsoo langsung memicingkan matanya kesal.

"Eih, aku tidak selemah itu. Aku memang tidak pandai berlari, tapi aku bisa melindungimu dari namja-namja berbahaya yang akan mengganggumu" Myungsoo mengepalkan kedua tangannya dan meninjukannya ke udara menirukan gaya peninju kelas atas. Yeosin hanya mendesis melihat tingkah sahabatnya itu.

"Cih, dasar!" ia pun melanjutkan lari paginya dan pergi meninggalkan Myungsoo yang hendak protes, namun akhirnya namja itu ikut berlari mengejar Yeosin.

.

.

.

Seulbi berjalan keluar villa setelah selesai mandi. Ia bermaksud untuk mencari sesuatu untuk mengisi perutnya. Karena ia merasa sangat lapar dan cacing-cacing diperutnya sudah meronta. Ia pun berjalan dengan hening sampai akhirnya ada seseorang yang menyapanya.

"Ohayou~" sapa seorang namja dengan logat jepangnya yang faseh. Seulbi menoleh lalu memutar matanya jengah.

"Mworago? Aku tidak mengerti bahasamu" Seulbi hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, namun si namja mencengahnya dengan mencekal pergelangan tangan Seulbi.

"Kajima" pintanya. Seulbi memandang kesal saat Seung Ho mulai berani menggenggam tangannya.

"Lepaskan!" ancam Seulbi.

"Shireo" Seung Ho menjawab dengan menatap mata yeoja itu.

"Apa maumu, Yoo Seung Ho-sshi?" Seulbi menggeertakan giginya menahan emosi.

"Aku.. Aku masih-" ucapan Seung Ho terhenti melihat namja lain datang di tengah-tengah mereka.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Hyunwoo, namja ketiga di antara mereka.

"Masih apa?" Seulbi masih menatap Seung Ho dan mengabaikan Hyunwoo yang sempat bertanya. Seung Ho yang di tatap hanya menggeleng dan tersenyum lembut.

"Aniya. Gwaenchana.." Seung Ho hendak membalikkan tubuhnya. Saat itu Seulbi memejamkan matanya, ia merasakan sedikit kekecewaan di hatinya. Entah sadar atapun tidak, Seulbi sudah menahan lengan Seung Ho untuk tidak pergi.

"Apa kau akan terus seperti ini?" suara Seulbi bergetar. Hyunwoo yang mendengarnya jadi memperhatikan yeoja itu dengan kekhawatiran.

"Seulbi-ah?" kedua tangan Hyunwoo meremas pundak Seulbi. Tapi, yeoja itu mengabaikan dan ia masih mencoba menahan langkah Seung Ho untuk meninggalkannya.

"Kenapa kau melarikan diri? Bukankah kau ingin mengatakan sesuatu padaku? Katakan Seung Ho-ya!" Seulbi berteriak. Hyunwoo sedikit terkejut karena tubuh yeoja itu kini ikut bergetar. Seung Ho jadi kembali membalikkan tubuhnya dan menatap Seulbi. Seseorang yang sangat spesial untuknya. Matanya melihat sekilas ke arah kedua tangan Hyunwoo yang berada di pundak Seulbi. Matanya seakan mengisyaratkan 'tolong lepaskan tanganmu dari yeojaku'. Hyunwoo menangkap itu dan ia bersikap mengalah. Ia rasa Seulbi memang sedang membutuhkan namja yang ada dalam pandangannya itu untuk memperbaiki sesuatu yang terjadi diantara mereka.

U RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang