Chapter 5

16 3 0
                                    

Seulbi berjalan santai di koridor, walaupun kelasnya sudah di mulai tapi seulbi tidak peduli dan memilih untuk berjalan-jalan di wilayah kampus, lebih tepatnya di depan ruangan lektor kesayangannya.

'Dia sedang apa ya..' Seulbi mengintip ke cela jendela ruangan itu, namun kegiatan Seulbi terganggu dengan seseorang yang tiba-tiba menepuk punggungnya.

"Sedang apa kau?" tanya namja bersuara bass tersebut.

"Kau yang sedang apa, eh- aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.. Mahasiswa baru?" Seulbi menatap namja itu dari ujung kepala sampai kaki.

"Wae? Kau tertarik padaku, hum?" sang namja yang memiliki postur tinggi itu membungkukkan badannya dan mendekatkan wajahnya pada Seulbi.

"Naneun, Jisoo imnida"


***


Yeosin dengan telaten mengusap keringat dingin Myungsoo sambil terus mengomel. "Sejak kapan kau jadi mahasiswa rajin begini, sudah tau sakit tetap saja memaksakan kuliah. Dasar!" Myungsoo mendelik kesal.

"Aku ini namja. Sakit begini saja tidak ada apa-apanya bagiku" Myungsoo merebut handuk dari tangan Yeosin dan mengelap keringatnya sendiri. "Terserah.. Kalau terjadi apa-apa padamu aku tidak mau bertanggung jawab" Yeosin mengangkat kedua tanganya.

"Siapa juga yang menuntut tanggung jawabmu. Ahh.. bilang saja kau menghawatirkanku. Iya kan?" Myungsoo tertawa jail. Mereka berakhir dengan saling memberi pukulan-pukulan kecil satu sama lain, tanpa mereka sadari namja lain tengah memperhatikan kegiatan mereka dengan wajah yang sulit untuk di tebak.


***


Seulbi p.o.v

Aku melihat dengan mata tajamku. Aku sendiri juga bingung kenapa aku ada disini. Mungkin kalian berpikir semua ini tidak masuk akal. Aku bahkan mau menemani seseorang yang sebelumnya tidak pernah aku kenal. Dia seorang namja. Dia memperkenalkan namanya adalah Jisoo. Sekarang dia sedang duduk dihadapanku dan senyuman dibibirnya terus aaja berkembang, membuatku frustasi melihatnya.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan padaku? Kenapa kau mengajakku ke kantin? Kita juga tidak saling mengenal satu sama lain." Aku cukup heran dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa mengiyakan ajakan seseorang yang tidak aku kenal.

"Sebenarnya, aku tidak begitu mengerti kenapa aku ingin mengajakmu mengobrol seperti ini." Jawabannya sukses membuatku terbelalak. Sedangkan namja itu malah kembali tersenyum dan menatapku berbinar.

"Aku rasa aku tertarik padamu. Aku kira pandangan pertama itu hanya dalam film saja. Tidak aku sangka, aku mengalaminya sekarang." Ia tertawa renyah dan begitu bahagia. Aku memutar bola mataku, memahami namja dihadapanku, apa untungnya bagiku. Dan kenapa aku harus terbelit dengan namja sepertinya. Aku rasa pikiranku sedang tidak bekerja dengan baik, sampai-sampai aku terseret kedalam hal yang tidak masuk akal seperti ini.

"Jogiyo. Maaf karena mungkin aku akan berkata kasar. Ani, aku akan mengatakannya. Mian, kau tidak seharusnya tertarik padaku. Tidak seharusnya juga aku mengiyakan ajakanmu. Kita tidak saling mengenal satu sama lain." Ungkapku mencoba tegas padanya. Dia menatapku dengan pandangan yang tak bisa aku artikan. Dia tidak kecewa, tidak juga terlihat bahagia atau semacamnya.

"Aku akan mengatakannya sekali padamu. Jangan berurusan denganku! Jangan muncul di hadapanku lagi! Kau paham kan? Aku menolak." Ini lebih baik. Aku tidak harus berlaku baik pada namja yang tidak aku kenal sama sekali. Terdengar kasar, tapi itu lebih membuatku nyaman.

U RМесто, где живут истории. Откройте их для себя