Dash terpana, entah kenapa. Ia menggaruk-garuk. "Aku... tidak tahu," jawabnya lirih. "Mungkin mencarinya di tempat favorit orang itu? Bertanya dengan orang-orang terdekatnya?"

Bukannya mendapat jawaban, malah pertanyaan yang ia lontarkan. "Mungkin saja," ucapku, memasukkan sedikit unsur riang di dalamnya. "Ngomong-ngomong, kau pernah dengar nama Valt Lender?"

Ia melirik ke arahku. "Pacarmu?"

Aku terperangah. "Kau tahu?"

"Gash memberitahukanku beberapa hal tentangnya. Namun aku tidak mau membantumu mencarinya."

Aku tidak memerlukan bantuanmu. "Tidak, aku tidak mencarinya. Aku hanya bertanya," sanggahku. "Lagi pula, kenapa kau tidak mau mencarinya?"

"Curiosity killed the cat...."

Aku mengernyitkan dahi. Dash beranjak, menaikkan celana jeansnya, lalu menaruh kedua tangannya di pinggang.

"Kusarankan kau tidak mencarinya. Apa kata kakakku nanti?"

"Aku tidak tahu," jawabku. "Ini bukan tentang...." Aku melirik ke arah jendela yang setengah tertutup tirai. "Ini bukan hal itu."

"Memang bukan hal itu yang kubicarakan, Nona Muda." Dash menggelengkan kepalanya. "Definitely not it. Kau tidak tahu apa yang kubicarakan. Walau aku tahu sedikit tentang orang itu, aku tahu yang terpenting darinya." Dash menatapku dingin. "Dan kau tak tahu apa itu."

Aku mendengus. "Terserah. Aku juga tidak mau tahu," senyumku. "Toh, aku tidak terlalu memikirkannya. Aku sudah bukan aku lagi, bukan?"

Dash bergeming. Aku jadi takut aku telah mengatakan hal yang salah. Namun gadis jadi-jadian itu menaruh tangannya ke kepalaku, lalu menepuknya lembut beberapa kali.

"Aku... akan keluar sebentar," ucapnya. "Tolong jaga rumah ya, Erlyn."

Aku mengangguk. Kuikuti Dash hingga ke pintu depan. "Hati-hati di jalan!"

Dash menyeringai. "Itu sudah pasti! Ngomong-ngomong, aku sepertinya akan kembali nanti sore. Tolong bilang ke Lymm kalau aku tertidur sekaligus terkunci di kamar mandi saja ya!"

Aku terkikik, berpura-pura hormat. "Siap, laksanakan!"

Dapat kulihat Dash berlari meninggalkan rumah seraya bersiul. Mungkin hanya perasaanku, tetapi semakin Dash menjauhi rumah, semakin kelam langit di atas. Ini waktu yang tepat untuk meninggalkan rumah. Aku tahu rumah ini dapat menjaga dirinya sendiri.

Tanpa buang-buang waktu, aku mengambil pisau pemberian Dash (dan baru beberapa hari yang lalu aku tahu benda ini memiliki nama jenis, Butterfly Knife), menahan diri untuk tidak berteriak saat mengunci pintu, menunggu beberapa menit agar tidak bertemu dengan Dash... dan akhirnya aku pergi.

Aku tidak tahu Valt menyukai tempat seperti apa. Ia hanya mengajakku berjalan sesekali, ke restoran-restoran kecil atau membelikanku beberapa manisan. Tidak banyak... tetapi itu bagaikan seseorang membelikan sebuah rumah untukku. Namun... walau Valt adalah pemuda yang baik, Gash selalu ada di sudut kepalaku. Karena aku tidak punya satu petunjuk, aku memilih untuk datang ke rumahnya, ke ibunya.

Sebuah rumah yang megah bergerbang perunggu. Tingginya nyaris dua kali lipat tubuhku. Mendadak aku ingat di saat Valt mengajakku ke sebuah pesta. Butuh kira-kira enam langkah dan satu lambaian tangan agar Valt berhenti memperhatikanku. Sayang, pesta saat itu berakhir dengan tidak menyenangkan. Namun apa yang terjadi selanjutnya tidak sekelam itu, untungnya.

Tidak ada suara dari dalam. Apakah mereka pergi? Gerbangnya digembok, aku juga sudah menggoyangnya berkali-kali sampai seekor anjing tetangga menyalakiku. Sepertinya memang tidak ada harapan di sini. Tidak ada gunanya. Seharusnya aku--

PetrichorWhere stories live. Discover now