-Electrocuted-

Start bij het begin
                                    

Kuhembuskan napas berat. "Terserah kau saja kalau begitu."

"Kalau terserah apa kataku, berarti kau harus menemaniku. Kita biarkan saja Lymm si pemalas menjaga rumah. Kita bersenang-senang di luar!"

Aku langsung menegakkan tubuhku. "Bukan itu yang kumaksu--"

Dash menempelkan telunjuknya ke mulutku. "Diam, ikuti saja apa yang kuperintahkan," ujarnya angkuh. Aku mengerutkan dahi. Kutepis telunjuk kurusnya.

"Aku pergi ke tempat Elle saja."

Dash terbelalak. Entah itu acting atau bukan. "Don't you dare!"

Aku melipat kedua tanganku di depan dada. Dash merengut.

"Kenapa sepertinya kau peduli dengan orang itu?" tanyanya ketus.

Aku mengedikkan bahu. "Entahlah. Aku akan pergi ke apartemennya." Aku beranjak dari kursi. "Sekarang." Aku pun meninggalkannya ke kamar.

Dash mendengus. "Setidaknya habiskan telur sialanmu itu!"

Aku menutup pintu perlahan. Aku tidak tahu gadis itu akan mengamuk atau tidak. Dengan cepat aku mengganti bajuku, lalu keluar tanpa berkata apa-apa lagi ke Dash.

Waktunya terlalu siang untuk dikatakan pagi. Cahaya matahari sudah menyengat kulit. Kaus kebesaran yang kukenakan menempel ke badanku yang agak berkeringat. Ah, sudah lama rasanya aku tidak merasakan cahaya matahari sehebat ini....

Seperti biasa aku menggunakan bus untuk berpergian. Seturunnya aku dari sana, matahari seakan-akan ingin memanggangku. Syukurlah. Kukira seumur hidup ini aku hanya akan membeku karena hujan.

Jujur, aku tidak tahu hari ini hari apa. Jalanan lumayan ramai. Hari Sabtu atau Minggu mungkin? Anak-anak yang lewat tidak membawa tas sekolah di punggungnya. Aku tersenyum melihat mereka tergelak bersama kawan-kawannya, bermain di taman berumput hijau segar dan awan putih di langit.

Lumayan lama aku berjalan. Apartemen Elle tidak berubah sama sekali... baguslah. Kuharap wanita itu ada di tempat. Kalau tidak, seisi bus dapat mendengar tangisan perutku yang ingin sekali mengemis makanan.

Aku mengetuk pintu perlahan. Hm... atau ada bel di sini? Aku telah melupakan banyak hal sepertinya. Terlalu banyak pikiran? Sepertinya tidak... walau akhir-akhir ini aku senang berbicara sendiri. Bahkan Dash sempat mengata-ngataiku gila. Padahal aku dan Lymm tahu dialah yang sering sesenggukan tiap malam.

Kehilangan Gash sangat mempengaruhi keluarga kecil ini.

"Siapa di depan sana?" teriak seseorang dari sana.

"Erlyn," jawabku sekeras mungkin. "Ini aku, Erlyn!"

Hening sejenak. Kemudian suara nyaring besi beradu dengan besi terdengar, dan pintu terbuka menampilkan wanita berambut pirang berantakan dan wajah lesu yang menyiratkan sedikit kebahagiaan.

Elle merentangkan kedua tangannya. "Kau kembali!" Ia memelukku erat sekali. Kubalas pelukannya, seraya mengelus-elus punggungnya yang terasa hangat.

"Kak Elle, kau terlihat tidak terlalu baik hari ini...," bisikku pelan. Wanita itu tertawa pelan. Ia lepaskan pelukannya dan mempersilakanku masuk.

"Ya, aku merasa tidak enak badan beberapa hari ini," ungkapnya. Ia memintaku untuk duduk saja di sofa. Ia pun duduk di kursi tangan seberangku. Kurapatkan kedua kakiku melihat tatapan sayu Elle.

"Apa yang membuatmu ingin datang ke sini?" Elle tersenyum lembut. Aku meneguk ludah. Rasanya agak canggung setelah pertemuan terakhirku dengannya di café.

"Maaf aku datang hanya pada saat aku butuh bantuan Kakak," ujarku lirih. Wanita pirang di hadapanku dengan tenang tetap menatapku penuh perhatian. Sesekali aku melirik ke arah lain, berusaha untuk lari dari tatapannya. "Kak Elle, Kakak tahu ke mana kita pergi?"

PetrichorWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu