TWENTY

24.3K 1.4K 2
                                    


"HEEEE?!" Pekik mereka kaget lalu langsung membekap mulut mereka.

"Kita akan ketahuan bodoh!"

"Ma-Maaf"

"Bagaimana kalau dia ta-"

Wush!

Seketika mereka mematung setelah sebuah panah melesat dan menancap ditanah tepat disamping mereka.

"Who is there?!! Leave in the bushes now or I kill you!!" Reo dan teman temannya membeku. Mereka tak bisa mengeluarkan suara ataupun bergerak. Keringat dingin telah membanjiri mereka.

"I can see you now, waiting there and i will kill you" ujar Chrissy semakin mendekat ke semak semak. Reo dkk mulai berkomat kamit membaca doa apapun untuk diberi kepanjangan umur.

"i can see your shoes! Oh! It's color Red! I love red, red make me remember blood" ujar Chrissy saat melihat sepatu milik Morin. Reo mengumpat pelan saat tau bahwa sepatu Morin terlihat. Reo dkk menahan nafas saat melihat sebuah tangan putih mulus mencoba menyibak semak semak dihadapan mereka.

"Get out now, baby. I-"

"Skyy!!! What are you doing here?! are You crazy? Kau belum sembuh!" gerakan Chrissy terhenti. Ia menatap org yg menganggunya, ternyata org yg mengganggunya kekasihnya sendiri. Reo dkk menghela nafas lega.

"Stupid Rakan!" ujar Chrissy lalu menyibak semak itu dgn sekali hentakan dan ternyata hanya sebuah sepatu berwarna merah di semak itu. Chrissy mengambil sepatu itu heran lalu membuangnya kesembarang arah.

"Apa yg kau lakukan?" Tanya Rakan bingung.

"Aku mendengar suara suara di balik semak. Ku kira itu penyusup, aku telah menembakkan panah dan tak mengenai apapun. Ternyata tak ada org sama sekali di balik semak" ujar Chrissy. Rakan tersenyum lalu mengacak-acak rambut Chrissy.

"Ternyata org ug teliti dan punya insting tajam seperti mu bisa salah juga yah?" Ujar Rakan.

"Diamlah! Ayo kita masuk"

"Oke, sweetheart"

*

*

*

Ternyata saat Chrissy dan Rakan sibuk berbicara, Reo dkk kabur dr semak, dan meninggalkan sepatu Morin yg terlepas.

"Syukurlah kita tak jd mati"

"Ya tuhann! Thank you banyak! Aku masih bisa mencium bau kue!!" Pekik Morin bahagia.

"Bodoh! Hanya makanan yg kau pikirkan!" Seru Grason kesal

"Hehe, bagaimana kalau kita kdlm?"

"Ide bagus, lg pula aku masih sedikit tegang karna kejadian td. Mungkin saja didlm bisa merilekskan tubuh"
"Setuju kuadrat!"

Skip

"Hoi! Untung saja kita tdk mati" ujar Grason tiba tiba.

"Kau benar, itu akan ku ingat seumur hidup! Aku mempertaruhkan nyawa" ujar Morin dgn lebay seraya memakan kue nya.

"Btw cafe ini unik yah? Biasanya kan cafe bergaya eropa. Sdngkan ini seperti kutub selatan, hawanya disini juga dingin" ujar Louise sesekali mengusap usap kedua tangannya lalu menempelkan ke telinga.

"Namanya saja Frozen cafe" Grason memutar mata nya bosan melihat tingkah konyol teman teman nya.

Mereka sangat menikmati Frozen cafe hingga berjam jam didlm ruangan bersuhu 10°c. Mereka tak sadar bahwa mereka sdh lebih 3 jam berada disini. Sampai sebuah lonceng tanda seseorang masuk atau keluar dr cafe ini. Grason yg menyadari nya menoleh dan menatap pintu tp tak lama matanya terbelalak.

Grason segera menepuk bahu teman temannya kencang hingga mereka berseru kesal.

"Ada apa sih?!"

"Itu... i...ituuu! Li-hatttt!" Mereka ber-4 menganga tak percaya sebelum menutupi wajah mereka dgn buku menu. Mereka berbisik bisik pelan meski menutupi wajah mereka dgn buku menu. Mereka mengumpat saat tau bahwa org yg mereka hindari malah duduk di belakang meja mereka.

Dgn segenap keberanian mereka mencoba menguping pembicaraan 6 org berseragam yg tengah mereka selidiki.

Org org itu, Chrissy, Rakan, Sofia, Michelle, Andre, dan Rio.

Skylarza Pov

"Chriss, lama tak bertemu" aku tersenyum tipis menanggapi rekan ku, Andre. Meski jarak umur ku dgn umurnya berbeda 10 tahun tp kami telah menjd Rekan sejak 3 tahun yg lalu.

"Apa mereka masih meneror mu?" Aku mengangguk. Benar yg dikatakan Andre. Sejak aku menjebloskan Liam Randez dan Jeri Ferman ke penjara, aku merasa diriku diawasi. Dan surat surat tak jelas mulai berdatangan.

Aku menduga bahwa yg mengirim ku surat surat tak jelas itu adlh Naila. Anak dr Liam, knp aku menuduhnya? Karena aku sempat melihat seringai yg ditunjukkan pd ku saat penangkapan ayah nya meski saat itu wajahnya berlinangan air mata. Tp mata ku masih bagus untuk melihat seringai kejam itu dibibir Naila. Aku yakin ia merencanakaa sesuatu.

"Sky? Kau melamun" aku menoleh saat Rakan memanggil ku. Aku tersenyum lembut pd nya sebelum menggeleng.

"Bangke lu! Giliran gua ama Miche yg manggil lu kagak ada respon! Giliran Rakan yg manggil lu langsung nengok! Wowww! Lo pengkhianat bangsa men!" Aku tertawa pelan mendengar penuturan Sofia.

"Kan Rakan pacarnya, Sof! Lo kok gak connect sih!" Protes Michelle seraya menoyor kepala Sofia gemas. Aku hanya tertawa pelan melihat tingkah kedua sahabat ku.

"Hoi! Sdh kubilang jgn menggunakan bahasa asing kesini!" Bentak Andre. Sofia dan Michelle saling mengangkat tangan mereka membentuk tanda V

"Sebaiknya aku pulang. Besok aku harus mencari senjataku yg hilang" aku berdiri ingin meninggalkan sebelum berhenti karena melihat seseorang memakai sepatu merah yg sama dgn yg ku lihat di semak dekat gedung.

"Sky?" Aku menutup mulut Rakan dan menyuruh mereka semua diam. Aku mencoba melihat kaki yg lain, apa sepatu itu ada atau tidak. Kalau sepatu satunya tidak ada, berarti aku tak salah tentang penyusup itu.

Aku terus memperhatikan kaki yg memakai sepatu itu hingga...

"Arzaaa!" Segara aku menoleh ke pintu masuk cafe. Ternyata disana ada Vito dan kak Rio.

"Huh? Apa yg kau lakukan disini?" Tanya ku heran setelah mereka berada di hadapan ku.

"Apa apaan baju aneh ini? Kalian sedang merayakan apa? Kompak sekali?" Ujar kak Rio. Aku dan yg lain saling menatap mencoba betelepati siapa yg akan menjelaskan.

"I-ini hanya... eum... seragam untuk..."

"Merayakan hari jadi Rakan dan Skyyyy!!!" Pekik Sofia dgn nyaring memotong pembicaraan Michelle.

"Yakk!"

Aku menepuk jidatku pelan.

"Hah? Bukannya mereka baru 2 minggu jadian yah?" Tanya Kak Rio heran.

"Eumm... haha.. haha, karena Rakan org nya agak lebay. Jd, baru 2 minggu pun ia anggap 2 thn"

"Yak!" Rakan memukul kepala Michelle dgn sepatu nya saat Michelle mengatakan bahwa ia lebay.

"Sekarang itu tak penting, yg penting! Sky ayo ikut dgn ku!" Vito segera menarik tangan ku dan menyeret ku entah kemana.

"Lidiaaa! Minuman ku dibayar oleh Michelle dan Sofia! Mereka berjanji membayarkan ku! Tagih uangnya pd mereka!!" Teriak ku. Sempat ku lihat Michelle dan Sofia melotot.

Biarkan saja mereka berdua menderita. Aku memang pengkhianat bangsa!

Next Chap ~~

TBS [1] : Cold Girl [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang