"Untuk?"

"Untuk semuanya. Untuk menolongku. Untuk ada saat aku sakit. Untuk membuatku merasa dihargai, disayangi dan dibutuhkan. Walau aku tidak tau kau tulus atau tidak." Aku menitikkan air mata tanpa aku sadari. Aku menangis kali ini. Jujur, aku sangat bahagia karena ada seseorang yang peduli terhadapku.

Peter mengusap wajahku yang keluar air mata. "Ssttt!!! Kau tidak perlu berterima kasih sayang. Dan satu lagi, kamu kekasih aku. Kamu milik aku. Aku tulus memberikan apa yang aku berikan kepada kamu. Karena aku cinta kamu Raisa. Tak kah kau sadari hal itu." Aku sedikit terkejut saat mendengar kata 'karena aku cinta kamu Raisa'.

Apa benar yang dibilang olehnya. Aku berusaha menatap matanya. Mencari kebohongan dimatanya. Tapi nihil, semua matanya berkata bahwa itu semua tulus.

"I knew I loved you before I met you. I have been waiting all my life." Ucapnya sedikit lirih. Tapi kata-kata sangat ambigu.

Apa maksudnya dia mencintaiku sebelum bertemu denganku?

Aku bingung menanggapi semua perkataanya. Seakan banyak misteri yang belum terungkap dari kata-katanya.

"Aku tau kamu bingung. Nanti jika sudah saatnya kau akan mengerti Raisa. Yang terpenting bagimu adalah kesehatanmu." Sambungnya sangat santai dan mendamaikan pikiranku. Seakan kata-katanya mampu menghilangkan semua teka-teki dipikiranku.

"Terima kasih sekali lagi dan..." aku menggantungkan ucapanku dan membuatnya mengerutkan alisnya, "dan membuatmu kacau." Sambungku disertai senyuman.

Dia terkekeh mendengar ucapanku. Seakan dia tau apa yang aku katakan, "not what a pity. I'm okay when you're healthy again. Get well soon, dear!" Peter mengelus rambutku dan tersenyum.

Aku pun balik tersenyum. Yah, Tuhan terima kasih kau telah mengirimkan malaikat kepadaku. Betapa senang dan bahagianya aku. Apa bisa aku bersatu dengannya? Terlebih umur kami terlampau jauh.

Apa aku sudah mencintainya? Entahlah. Aku berharap ya. Sekarang ada yang aku takutkan. Aku takut kehilangannya.

"You're my angel Mr. Old." Dia tersenyum dan langsung mencolek hidungku.

"And you're my life Ms. Little girl." Aku terkekeh mendengar ucapannya.

Little girl? Tidak buruk.

•••••

Sudah tiga hari semenjak kesadaranku, akhirnya aku boleh pulang. Jujur, aku sangat tidak suka berada dirumah sakit. Terlebih lagi aku harus di infus dan diperban. Oh Tuhan, tersiksa banget. Udah makannya cuman pakai bubur doang lagi.

Aku hari ini sudah bisa berjalan, walau kadang-kadang kepalaku masih sedikit sakit. Aku memang memaksakan untuk pulang, karena alasan tadi.

Aku sampai berdebat dengan Peter. Tapi akhirnya aku yang menang juga. Dia tidak pernah meman tidak pernah menang jika berdebat denganku.

Oh ya selama tiga hari ini merasakan keanehan. Aneh karena banyak yang memanggilku dengan sebutan 'Luna'.
Aneh memang, padahal namaku adalah Raisa bukan Luna. Dan satu lagi, Peter selalu aja dipanggil Alpha. Tapi saat aku tanya ke Peter mengenai itu, dia hanya menjawab 'belum saatnya kamu tau'.

Aku mendengus saja saat dia berkata seperti itu. Tapi ya sudahlah, mungkin memang belum saatnya aku tau.

"Sayang kamu yakin kita pulang sekarang?" Tanya Peter yang sudah berada di tempat tidur rumah sakit.

"Yakin Peter! Kamu tau kan aku bosen." Aku menghela napas panjang. Selalu saja begitu, bertanya apakah aku yakin pulang sekarang.

Apa dia tidak mempunyai pertanyaan yang lain?

"Tapi aku takut kamu belum sembuh total sayang!" Peter merapihkan rambutku kebelakang telinga. Menatapku penuh keyakinan.

"Jika kau terus bertanya seperti itu, kau malah membuatku tambah sakit Peter." Peter langsung terkekeh mendengar ucapanku yang sedikit jutek.

Saat pertama aku bertemunya dan sekarang sangat berbeda. Dia lebih sering tertawa.

"Maaf sayang! Aku kan hanya khawatir terhadapmu. Maafkan aku my little girl!" Peter mencubit pipiku dengan lembut.

"Tidak apa my Mr. Old!"

Setelah berkemas aku dan Peter langsung berjalan kekeluar rumah sakit. Aku menatap sekekelilingku. Banyak pasang mata yang hormat kepada Peter dan aku.

Tunggu, apa Peter orang penting disini?

Ada yang tersenyum tulus kepadaku. Astaga bahkan aku baru menemukan orang setulus mereka.

Aku kemobil dengan menggunakan kursi roda. Dan Peter mendorongnya dari belakang. Sedangkan ada beberapa pengawal yang berjalan dibelakang kami.

Aku serasa seperti presiden.

Sampailah kami dimobil. Tapi saat aku melihat keluar, aku terkejut. Apakah ini hutan?

Rumah sakit ini seperti ditengah hutan. Bukan seperti tapi memang ditengah hutan. Aku baru tau jika ada rumah sakit tepat ditengah hutan.

Tapi aku menghiraukannya. Mungkin aku akan bertanya lain kali kepada Peter.

"Alpha! Silakan masuk!" Ucap seseorang yang lumayan tampan. Tapi tak setampan Peter tentunya.

"Oh Avian! Oke Raisa ini Avian! Dia adalah orang kepercayaanku." Aku tersenyum kepada sosok pria dihadapanku ini.

Kurasa umurnya lebih muda dia dari pada Peter. Secara Peter sudah tua. Ck.

"Suatu kehormatan bisa bertemu denganmu Luna. Saya Avian, Beta dari Alpha Peter." Ucapnya sangat ramah disertai senyuman.

"Senang bertemu denganmu Avian. Oh ya panggil aku Raisa jangan Luna. Namaku adalah Raisa bukan Luna." Aku merasakan kalau Peter terkekeh. Apa yang lucu? Memang benar bukan kalau namaku adalah Raisa.

"Silakan masuk Alpha! Luna!" Dia membukaan pintu.

Aku pun dibantu Peter untuk masuk mobil dengan cara di bopong. Setelah masuk Peter langsung masuk dan langsung duduk disampingku.

Tanpa rasa malu, aku sandarkan kepalaku kepundaknya. Berharap sakit dikepalaku cepat hilang.

"Tidurlah Raisa! Jangan pikirkan tentang semua yang kamu pikirkan. Dan perjalanan lumayan jauh." Aku menghiraukannya.

Aku memejamkan mata. Aku merasakan kepalaku di sentuh oleh Peter. Dia mengelus rambut dengan pelan.

Malam!

Aku update lagi nih! Dont forget vote and comment guys and thanks for read my story.

[5] I'm Alpha's Mate! ✔Where stories live. Discover now