"Perasaan tadi waktu kamu tidur ibu setrikain kamu baju deh." Kali ini ibu membuka lemari kayu milikku.

Menggeledah isi dari lemari dan mengeluarkan sebuah pakaian terusan berwarna biru yang digantung.

"Pakai ini." Ibu memberikan baju ditangannya kepadaku yang masih nampak kebingungan.

Memangnya ada apa sampai harus berpakaian rapih segala?.

"Jangan lupa dandan ya cantiknya ibu. Ibu tunggu diluar." Ujar ibu tanpa memberitahuku acara apa yang akan ku hadiri sampai harus berpakaian pesta begini.

Ibu keluar dari dalam kamar setelah mencium pipiku.

***

Lagi, seperti yang di mau ibuku, aku merias dan memakai gaun yang dipilihkan ibuku.

Ku tatap sekali lagi penampilanku pada cermin panjang dilemariku sebelum turun menemui ibuku.

"Nah, ginikan ayu.." puji ibu ketika aku berdiri disamping beliau yang kini sedang menuang gula kedalam cangkir diatas nampan.

"Ini ayo kamu bantuin ibu. Bawa camilannya ya, ibu bawa tehnya." Ibu memberikan aku nampan berisi aneka camilan ringan untukku bawa mengikuti ibu yang sudah lebih dulu keluar dari dapur menuju ruang keluarga.

Di ruangan hangat itu terlihat ramai dengan adanya beberapa orang yang tidak ku kenal. Dua diantaranya sebaya dengan ibu dan bapakku sedangkan dua orangnya lagi terlihat beda usianya.

Aku tersenyum ketika bapak memperkenalkan aku yang sedang meletakan nampan ditanganku, kepada para tamunya.

"Jadi ini yang namanya Hanif?." Seorang wanita seusia dengan ibuku, bangun dari duduknya hanya untuk memelukku dengan begitu hangat.

"Ya ampun, perawannya Lasmono." Beliau menyebut nama ayahku membuat ibu dan bapakku tertawa.

Wanita yang belum kukenal itu pun akhirnya melepas pelukannya. Merasa canggung meski beliau masih merangkulku, aku memutuskan untuk pamit untuk duduk disisi ibuku.

"Ayune, lho mbak anakmu ki." Aku tersenyum ketika beliau lagi lagi memujiku.

Aku tahu tante, aku ini emang cantik. Sombongku dalam hati.

"Eh, Sehun. Ayok kenalan dong." Beliau menyenggol laki laki muda disebelahnya.

"Hanifah, kenalin. Ini anak sulung tante, namanya Sehun." Aku tersenyum menanggapi teman bapakku yang memperkenalkan putranya kepadaku.

Sekilas ku lihat tampilannya, terlihat begitu kuno. Kemeja kebesaran dan juga celana bahan yang kebesaran melekat ditubuhnya.

"Nak Sehun malu malu gitu." Goda ibuku yang ditanggapi kerutan dikening laki laki bernama Sehun tersebut.

Aku terkekeh melihat reaksinya.

"Terpesona dia mbakyu lihat gimana calon istrinya yang katanya cantik pake banget ini secara langsung."

"Apaan sih, bun." Sehun menegur, kentara sekali kalau dia tidak suka diledek demikian.

Lagian, apa maksudnya coba calon istri? Emang siapa mau nikah?. Dia? Apa gue?.

Eh, jangan bilang..

"Sehun kerjanya lagi nggak sibuk?. Tumben lho ada di jogja." Kali ini bapakku ikut masuk kedalam pembicaraan setelah tadi beliau hanya menjadi penyimak yang anteng.

"Boleh hasil paksaan ini tuh Mas sebenernya. Kalau nggak dipaksa gini,  nggak bisa ketemu Hanif" lagi, ibu dari Sehun mewakili anaknya yang terlihat semakin tidak nyaman duduk ditempatnya.

"Si Hanif juga susah kalo disuruh pulang tuh. Alesannya banyak banget. Kerjaan terus dipikirin sampe lupa dia mikirin masa depannya dia." Ibuku, memang orang yang tidak pernah bisa menjaga aibku.

"Berarti keputusan kita buat jodohin mereka nggak salah ya, mbakyu." Teman ibuku itu tertawa dengan menutup mulutnya. Terlihat anggun dan begitu berwibawa.

"Hanif masih lama kan ya dirumah? Biar tante siapin dulu seserahan yang mau dibawa sebelum ngelamar Hanif buat Sehun." Tanya teman ibuku yang membuatku tercengang saat itu juga.

Jadi ngomong ngalor ngidul nggak jelas dari tadi itu ujungnya begini?.

Ibu dan teman ibuku ini bersekongkol jodohin aku sama laki laki kuno yang dari tadi diem aja itu?.

Siapa tadi namanya?

Bihun?

Mihun?

Sehun?

Siapapun itu, dia bukan tipeku sekali.

"Hanif." Aku tersentak ketika ibuku menyenggol lenganku dengan sedikit keras.

"Ditanya juga."

"Eh. Emm. Gimana ya tante maksudnya?. Seserahan apa sih?." Kataku nyengir pura pura tidak mengerti.

Jelas aku paham. Teman ibu itu secara nggak langsung nanya, mau dibawain apa ketika nanti mereka datang lagi untuk melamarku.

Lagi aku heran. Ini tuh jaman apa sih? Masih jaman gitu jodoh jodohan?.

Ya emang sih cari jodoh itu sekarang susah. Ya tapi nggak gini gini amat kali, bu.

"Ya seserahan sebelum kalian menikah gitu. Mungkin kamu mau minta tas? Minta cincin emas? Atau minta apa gitu?." Dengan sabar, ibu Sehun menjelaskan maksud dari perkataanya.

Aku terdiam seketika. Menolak pun rasanya aku sudah ditodong pisau dipinggangku oleh ibu jika aku benar benar melakukannya.

Tapi menyebut apa yang ku mau untuk dibawa nanti juga rasanya tidak benar.

Aku tidak mengenal siapa laki laki didepanku ini dan menurutku suamiku nanti haruslah orang yang aku tahu dia baik luar dan dalam.

"Hanifah ini pemalu lho, Ajeng. Pilihin aja yang Sehun mau kasih ke Hanif. Pasti Hanif suka. Iyakan sayang?." Ibu merangkul pundaku dan meremasnya membuatku tergagap ditempat.

"Gimana, Sehun?. Tante serahin semuanya sama kamu aja, ya nak." Ujar ibu kepada Sehun yang mengangguk seolah itu bukan masalah besar.

Hell! Kenapa coba dia iyain apa kata ibu.

MARRIED Mr. OhWhere stories live. Discover now