Duabelas.

3.8K 194 7
                                    

"Sayang, tanya aku deh."

"Heum?. Tanya apaan mas?."

"Tanya aku suka apa."

"Emang kamu suka apa, mas?."

"Kamu. Mas suka kamu."

°°°

Menjadi ibu rumah tangga ternyata tidak seburuk yang ku pikirkan. Selain semakin handal dalam hal bersih bersih rumah, kalau suami pergi kerja kita juga bisa menyalurkan hobi yang selalu saja tertunda. Tidur.

Mau tidur sampai jam berapapun nggak akan ada yang ngelarang. Tapi catatan khusus juga harus dibuat. Jangan tidur dijam pulang suami. Jangan aja deh pokoknya.

Hal lain yang menguntungkan dari seorang istri adalah malasnya tidak ada yang melarang selama suami pulang rumah rapih. Pakaian kerjanya wangi dan disetrika dengan licin. Dan yang paling utama sih service diranjangnya memuaskan. Urusan lainnya kalau suami kerja, itu gampang.

Apalagi suami tipe mas Sehun yang nggak pernah nuntut apapun. Semakin membuatku merasa kalau mas Sehun terlalu mendukung aksi malas malasanku ini termasuk niatku pergi ketoko furniture beberapa hari yang lalu sampai hari ini belum juga terealisasi.

"Lagi ngapain sih emang kamu?. Asik banget gitu sampe aku dicuekin gini."

Aku melirik mas Sehun yang terlihat sedang sibuk dengan kaca matanya, melalui layar ponselku. Kami sedang video callan sekarang.

"Nyemil sukro. Sisa kemarin yang kamu makan buat temen nonton bola." Jawabku dengan mulut penuh kacang yang dibalut dengan tepung terigu.

"Ngemil terus. Ndut lho nanti." Ledeknya yang tidak ku tanggapi.

Masalahnya, berat badan naik sudah bukan urusanku lagi. Sudah ada suami. Aku sudah laku jadi tidak masalah kalau aku gemuk. Lagipula, sepertinya tidak ada perubahan apapun ditubuhku jadi aku biasa saja.

"Berisik ahh." Balasku yang disambut gelak tawa mas Sehun.

"Udah mandi belum kamu?. Jangan bilang belum." Mas Sehun tahu kalau akhir akhir ini aku malas mandi.

"Udahlah. Kan mau pergi hari ini."

"Dari jam 10 tadi kamu bilang gitu terus lho sayang." Ujar mas Sehun membuatku reflek menengok jam didinding ruang tamu. Sudah jam 1 siang rupanya dan aku harus bergegas pergi.

"Jam 1 lagi, mas." Desahku malas membuat mas Sehun tertawa lagi diseberang sana.  "Apa nggak usah aja ya?."

"Kan mas udah bilang. Besok aja tunggu mas libur."

"Tapi lama." Protesku mendengar usulan mas Sehun.

"Ya udah kalau gitu gih berangkat." Usir mas Sehun membuatku berfikir.

"Ya udah nggak jadi. Besok aja sama mas." Dan mas Sehun menertawakanku yang membuatku kesal sampai mengakhiri sesi video call kami secara sepihak.

***

Aku terbangun ketika aku merasakan tangan besar mas Sehun menepuk nepuk pipiku. Meski pelan, tetap saja mampu mengganggu tidur yang entah ini siang atau sore karena tadi aku tidak sempat melihat jam berapa aku tidur. Rasanya mengantuk sekali sampai aku tidak bisa lagi menahannya.

"Sayang bangun dulu deh. Ada bunda diluar." Dan mataku sontak terbuka, melotot menatap mas Sehun seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Bunda?. Emang ini hari apa?." Aku mencoba mengingat hari apa hari ini dan juga jadwal kedatangan ibu mertuaku.

Setelah ku hitung hitung dengan otakku yang belum sepenuhnya bisa diajak kerja sama karena baru saja sadar dari tidur, ibu mertuaku harusnya datang 7 hari lagi.

MARRIED Mr. OhWhere stories live. Discover now