21. Dilema Sebelum Kencan Tipuan

2.1K 218 13
                                    

jujur aja buat ini tengah malem. pas malem un b ing dan paginya un mtk dan kangen sama wattpad.

tau-tau buka aja gitu and I was like wh4444444T?!! 26k reader$$$!!1!1!

saya cri di tempat. terharu. padahal lom completed.

oke, selamat membaca, cintaku.

<3

"Andisa! Andisa! Andisa!"

Suara Cika menggemparkan rumahku. Dasar anak tidak tahu diri.

"Hm?"

"Kau tidak bakal percaya!"

Oh, ya, mereka bertiga sedang mampir ke rumahku. Aku tidak pernah berpikir kalau punya teman bakal semerepotkan ini.

"Andy katanya bakal mengajakmu kencan ya?"

Kayla meraih nail polish berwarna cotton candy purple yang dibelikan ayah saat dinas ke Bij, "Bagus sekali sih, Ndi, aku minta ya?" Tanpa persetujuanku Kayla sudah membuka botol berisi cairan pelapis kuku itu.

Mendengar topik pembahasan Cika, badanku terasa tersetrum belut listrik seperti yang ada di Sungai Ametis di Mont Utara saat aku pergi ke kamping musim panas. Belut listrik itu sendiri mengeluarkan tegangan sebesar 660 volt. Cukup untuk menyalakan listrik 3 rumah. Sepertinya aku sudah mati tersetrum. Tapi, aku tidak mau mati dan gagal berkencan dengan Andy.

Tidak akan.

Aku mengambil nafas dalam, "Ya, begitulah." Aku mulai merasakan pipiku merah seperti terciprat pewarna Allura Red.

"Alah, ya begitulah tapi kau senang." Arel menyaut, memimikan nada bicaraku.

"Jangan bicara seperti itu ke gadis, tuan muda!" Kayla menyenggol pundak Arel agak keras.

Oh, ya, Arel juga ada di kamarku bersama dua Tweedledee dan Tweedledum ini.

Arel mendengus, "Kau begitu cuma gara-gara kau mengambil nail polish milik Andi ... omong-omong, warna cocok buatmu, Kay."

"Ralat, meminta-dengan-baik-baik terdengan lebih baik ketimbang mengambil, Rel."

Aku cuma bisa menggeleng melihat mereka ini dan ...

Aku rindu Andy.

Hzzz, hzzz, hzzz, hzzz, bufet kecil di samping kasurku bergetar. Semua bola mata menuju ke arahnya. Benar-benar pencuri perhatian.

"Cie, chat terus ya sama si Andy? Ah, lucunya." Chika senyum-senyum seperti dia yang mendapat pesan dari Andy.

Ya, Tuhan. Apa iya getaran cintaku dan Andy begitu kencangnya dia sampai mengirimkan pesan terus menerus?

"Kau beruntung, Mont." ujar Kayla, masih asik dengan kuku-kukunya yang sudah perlahan berlapis berwarna turqoise, aku pikir ayah membelikanku nail polish berwarna cotton candy purple.

Aku terkikih pelan, sambil membuka kunci telepon genggamku dilayarnya. Hatiku sudah berdegup kencang. Semakin basah saja telapak tanganku. Aku bisa merasakan bibirku membuat senyuman non-stop.

Disa sayang, jangan lupa hangatkan makanan di microwave. Semuanya sudah ibu siapkan di lemari es.

Ibu xxxx

Cuma ibu. Tidak ada pesan dari Andy. Tidak ada panggilan masuk dari Andy. Bahkan tak ada tanda keberadaan Andy sama sekali. Apa permintaan kencan itu cuma bagian dari semacam lelucon dungu remaja hormon yang tak terkontrol?

"Gimana, gimana?" Cika melihatku dengan tatapan penuh harapan kalau sore ini bakal menjadi sore penuh cerita cinta yang romantis yang saking romantisnya kau ingin membeli kilin, qirin, atau nama lainnya unicorn. Walau aku tahu unicorn itu cuma mitos yang belum dibenarkan.

Aku tertawa dengan penuh riang (dibaca: palsu), "Aku tidak pernah sadar kalau dia sangat merindukanku."

"Aku telepon dia dulu ya. Sebentar." Aku keluar dan memasuki kamar mandi. Merebahkan badanku ke dalam bath tub yang sudah kering dan bersih. Karena memang sebenarnya kehidupan cintaku yang sama sekali tidak mulus itu tidak harus diketahui siapapun.

Terima kasih, Andy, sudah membuat sore ini kacau.

Tunggu, apa aku barusan bilang 'cinta'?

<3

galau ae andisa mah.

saya juga sih. ehe.

thx for every1 who reads comments votes this novel, im so madly in love with u!!!1!1

bai bitcHe$$$$

s a l a m – s q u a ck

Andi dan AndyOnde as histórias ganham vida. Descobre agora