4. Andy Pambudiega

4.6K 481 32
                                    

heyo, kalo pada mau tanya langsung straight to the comment box ok?

btw, piriding, sayang.

<3

Andy Pambudiega, lelaki muda seumur denganku. Sesekolah denganku. Seangkatan denganku. Orang asli Capitol. Pemain basket SMA XIX Capitol. Hobinya memamerkan senyum kudanya yang super freakish. Anehnya, cuma punya satu mantan.

Itu adalah penjabaran hal-hal yang kuketahui tentang Andy. Oh ya, satu hal lagi, tukang memaksa!

Karena sifatnya itu aku harus duduk di seberangnya, memakan santapan favoritku, mashed potato buatan ibu tiba-tiba berubah jadi rasa makanan kalengan yang rasanya aneh. Malam ini seharusnya menjadi malam yang tenang bagiku. Aku sudah lelah bertemu orang-orang di sekolah. Beradaptasi lebih tepatnya.

Ya, aku lelah beradaptasi dengan hal baru, ugh.

"Jadi, kamu satu sekolah sama Disa?" Tanya Ibu setelah mempersilahkan Andy untuk duduk makan malam bersama keluargaku.

Andy menunjukkan senyum giginya, "Iya, Nyonya Prawira."

"Andi diam sekali, ya?"

Apa-apaan? Dia membicarakanku seakan-akan aku tidak ada di hadapannya.

Ibu tertawa kecil, "Betul. Ini anak dikasih makanan dulu baru mau diajak berbicara."

"Ibu." Aku memutar bola mataku.

"Oh, di sekolah dipanggil Andi? Sama sepertimu ya? Andy?" Tambah Ayah.

"Iya, biar banyak gerak kayak saya!" Jelasnya dengan ceria.

Kenapa aku harus bertemu dengan laki-laki seperti dia? Terlalu ramai, terlalu aktif.

<3

"Woah, kamarmu lebar ya." Ia tersenyum saat memasuki kamar tidurku. Kalau bukan karena ibu menyuruhnya, ia takkan pernah aku izinkan memasuki ruangan paling privasi bagiku.

Aku mengambil buku catatan yang 'katanya' ingin dipinjamnya, "Ini."

"Terima kasih."

Andy mengambil pigura berisi fotoku dan Reno, "Ini siapa?"

"Adikku."

"Tadi dia tidak ikut makan malam?"

"Iya, menginap rumah temannya."

Andy duduk di kasurku, "2 hari pindah dan sudah punya teman. Hebat."

"Berdiri."

"Oh, maaf." Ia langsung berdiri.

"Hei, siapa ini?" Lagi-lagi dia memegang barang-barangku, lebih tepatnya foto Andra.

Lelaki ini harus diajari sopan santun, atau di Capitol tidak ada sopan santun? Aku sungguh tidak peduli. Kecuali, jika merugikanku. Aku benar-benar angkat tangan.

"Kau sebaiknya keluar."

"Perempuan sepertimu bisa juga jatuh cinta."

"Jangan berani kau katakan itu!"

"Ups, terlanjur."

"Hati-hati saja, kau akan menyukaiku."

"Santai, Andisa. Mungkin kau yang akan menyukaiku." Andy memberantakan rambutku.

"Pintu keluarnya lewat sini." Aku membukakan pintu untuknya.

Aku lupa memberitahukan satu hal yang penting. Andra adalah pacar Lily dan aku menyukai Andra. Tanpa sepengetahuan Lily maupun Andra. Jangan salahkan aku dulu. Aku yang menyukai terlebih dahulu. Cuman, Lily lebih menarik dan dia beruntung.

Bagi kalian-kalian disana yang mengira aku tidak pernah menyukai sapa-sapa. Itu salah. Tentu kau pernah menyukai seseorang. Setidaknya, satu orang dalam hidup mortalmu.

"Dis." Panggil Andy.

Aku mengaburkan lamunanku, masih dengan muka yang emotionless, "Sekali lagi, Andy, jangan berani kau memanggilku Disa."

"Iya, iya, Andi." Ada penekanan pada namaku saat dia mengucapkannya.

Ia tersenyum menghadap kearahku, "Andi."

"Apa?"

"Senyum dong. Cantik tahu." Jawabnya sambil ketawa kecil, keluar dari kamarku.

Saat aku menoleh kearah cermin, tanpa kusadari pipiku memerah.

<3

thanks for reading this!
keep reading and vomments, love.

s a l a m – s q u a c k

Andi dan AndyWhere stories live. Discover now