7. Another Cinderella Story

3.8K 353 24
                                    

piriding, sayang.

<3

"Aku mendapat kabar kalau kau menjuarai tim olimpiade tulis Sejarah di Anti dulu." Bu China membuka pembicaraan setelah menyuruhku untuk duduk.

Oh, ya. Aku juga punya prestasi.

"Iya, Bu."

"Disini ada kekosongan di tim debat Sejarah untuk wilayah Cap-Go. Kalau ini bisa maju ke tingkat internasional, bisa-bisa kau melawan teman-teman tim debat di Mont sana."

Sejarah? Satu-satunya hal yang aku mampu. Tapi, ugh ... debat? Oke, ayo cek arti kata debat di kamus tebal yang ada di salah satu lemari bukumu.

debat/de-bat/dé bat (n):
pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai satu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.

Ya, tertulis 'saling memberi alasan'. Memberi adalah salah satu bentuk komunikasi. Ya, komunikasi antar mahluk hidup. Tidak ada sedikit pun ketertarikan dalam diriku terhadap kata itu.

"Tertarik?" tanya Bu China mengaburkan lamunan omong kosongku, "Kalau tertarik, sebaiknya kau hentikan kebiasaan melamun itu, Nona Prawira."

"Ter-tertarik."

Bu China memajukkan selembar kertas dan bulpen ke arahku, "Oke, tanda tangan disini, dan kau bisa keluar sekarang."

"Terima kasih, Bu China." ucapku seraya berdiri dan keluar dari ruang Bu China. Ya, Tuhan, apa ini keputusan yang bodoh?

Aku berjalan kearah luar XIX Cap. Semua tampak sepi. Untunglah, semoga tidak ada yang melihatku sekarang. Setelah kejadian tadi di kelas, bertemu dengan siswa di XIX Cap bukanlah hal yang terbaik.

"BOOOO!"

"YA TUHAN!"

Tawanya yang super annoying terdengar dari kupingku, kau pasti sudah menebaknya siapa yang sedang aku bicarakan. Siapa lagi yang bakal keluar dengan jokes yang payah dan super garing?

"Dasar gila." cetusku seraya meninggalkannya.

"Hei, Cinderella. Ada barang yang ketinggalan." teriaknya. Itu Andy, siapa lagi.

Aku melirik ke bawah, mengecek keberadaan sepatu yang kupakai, "Sepatuku masih aku pakai, kau–"

Dia datang menghampiriku sambil menaruh telunjuknya di bibirnya, "Ssst, kau ini bisa ramai juga ya."

"Ini." Dia mengeluarkan sesuatu lalu mengasih tumpukan buku tebal yang ternyata bertuliskan 'History Afterworld'.

"Huh?"

"Ini." Lagi-lagi dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Banyak sekali barang yang ada pada tasnya. Mungkin disana terdapat purwa-rupa tulang Mamenchisaurus.

Aku mengambil kertas yang disodorkan, "Tugas tentor?"

"Iya, Andisa sayang," katanya, panggilan sayangnya itu membuatku ingin muntah, "bagaimana lagi, nilai pop quiz jelek, Bu China merekomendasikan kamu."

Ini tidak mungkin. Aku tidak akan memberikan tentor kepadanya setelah kejadian tadi. Bukan, aku tidak mau memberikan tentor kepadanya setelah kejadian tadi.

Dia menarik tanganku, "Sudahlah, ayo."

"Tidak mau."

"Ayolah, Andisa. Kau, kan, pintar sejarah? Waktu itu saja, setelah kau mengajariku sejarah tentang background pelukisan The Starry Night-nya Van Gogh, semua jadi jelas."

Andi dan AndyWhere stories live. Discover now