8. Ksatria Baja Pelangi

3.3K 337 7
                                    

piriding, sayang.

<3

"Andisa."

"Apa, yah?" Aku menoleh ke arah ayah yang memanggilku.

Ayah menaruh korannya di atas sofa, membuat diriku yang sedang membaca novel tersempiti, "Andy itu teman kamu?"

Aku membelalakkan mataku dan ayah bingung dengan reaksiku yang tidak sopan, dengan cepat memasang muka biasa, "Bukan."

"Kenapa Ayah menanyakannya?"

"Oh, tidak. Tempo hari, waktu kamu ke perpustakaan Capitol sama Reno, dia datang membawa kotak berwarna cokelat. Lalu saat ayah tanya siapa, dia jawab ksatria baja pelangimu."

Ksatria baja pelangi? Apa-apaan?

"A-ayah kan pernah kenalan dengan dia, kenapa Ayah tanya siapa?"

Ayah menegakkan badannya, "Itu sebelum makan malam waktu itu, Disa."

"Oh."

"Hati-hati, ya." kata Ayah sambil mengambil koran dan melanjutkan aktivitas pagi di hari Minggu.

Aku menoleh ke arah Ayah, "Maksudnya?"

"Hati-hati, saja dengan laki-laki semacam dia."

Aku menghadapkan badanku ke Ayah, "Aku masih tidak paham."

"Andisa, ada Andy!" teriak Ibu dari depan rumah yang memecahkan ketegangan ini.

"Iya, bu!"

"Sudah sana, suruh Andy masuk."

"Tapi, yah–"

"Sudah sana." Ayah tersenyum tipis.

Aku berjalan ke arah ruang tamu, bukannya apa, cuman dengan model Ayah yang pendiam membicarakan hal yang ambigu itu bikin aku pusing setengah mati.

Di ruang tamu, aku sudah melihat Ibu dan Andy yang sedang berbincang dengan semangat. Melihat mereka seperti melihat acara kartun balita, banyak warna dan ceria.

"Sedang apa kau disini?"

Ibu dan Andy langsung mengalihkan padangannya ke aku, "Disa, Andy kesini mau belajar, masalah tentor itu lo."

"Tapi, ini hari Minggu, bu."

"Sudah cepat sana temani Andy."

"Oh, tidak usah, Nyonya Prawira, saya tidak ada keinginan untuk menganggu dia."

Dasar sok suci, mentang-mentang saja di depan Ibu dia berlagak seperti malaikat.

"Tuh, kan. Ya, sudah. Aku–"

"Andisa." Ibu menatapku dengan serius.

Aku menghela nafas dengan berat, "Baiklah."

"Ayo, sini."

Andy tersenyum lebar melihat keputusanku, dasar aneh.

"Emangnya kau mau tanya tentang apa? Minggu pop quiz, kan, masih 2 minggu lagi." Aku duduk di lantai.

Andy mengikutiku, "Ya, aku dapat soal esai tentang Perang Dunia ke 2 dari Bu China, untuk menambah nilai. Tolong bantu."

"Sebentar, aku ambilkan catatannya."

"Baik."

Buku catatan tentang Perang Dunia bertempat di lemari semi-perpustakan di sisi samping ruangan. Aku pun mengambilnya, ada bungkus cokelat yang terjatuh. Sialan, itu pasti dari Ksatria Baja Pelangi dengan tanda kutip.

Aku langsung menendang kotak itu ke samping tong sampah. Aku memastikan Andy tidak melihatku menendang bungkusan itu. Fyuh, untung saja tidak.

"Oke, ini bukunya, kerjakan yang bisa terlebih dahulu."

Andy membuka pelan buku catatanku. Aneh, hari ini dia terlihat serius. Aku tahu ini hal yang janggal. Aku tak bisa berhenti menatap wajahnya. Lama-lama kalau dilihat muka si Andy itu terlihat stiff-but-cute saat dirinya sedang serius. Apa-apaan?

"Ada apa?"

"Uh, ada yang menempempel di pipimu." kataku berbohong.

Ya, Tuhan. Andisa Jane Prawira, kau adalah orang terbodoh yang pernah di dunia. Ada jutaan wajah yang bisa kau tatap sampai matamu meletus, dan lelaki si senyum kuda ini yang ada di depanmu yang kau pilih. Capitol benar-benar membuatmu tidak waras.

"Mana?" Dia memajukan wajahnya ke arahku.

Kenapa hatiku berdetak kencang, sialan. Apa yang salah dalam diriku?!

Andy tertawa kecil, "Kau aneh."

Aku memberikan tatapan mati kepadanya untuk mendinginkan suasana. Andy menunjukan senyuman yang aneh. Lagi. Ugh, aku benci ini. Aku tidak suka perasaan apa yang sedang aku rasakan sekarang.

Bukannya apa. Cuman, aku tahu perasaan yang aku rasakan benar-benar hal yang positif. Darimana aku tahu itu? Perasaanku hanya berkata iya.

<3

"Terima kasih, Andi." Andy tersenyum kepadaku, "Omong-omong, jangan suka melamun, sayang." Dia tertawa sambil memakai helmnya dengan random dan meninggalkanku di depan rumahku. Oke, bukan rumahku, rumah dinas ayahku.

Aku hanya memutar bola mataku untuk mengakhirinya. Mungkin sekarang waktunya kubuka bungkusan lapis kertas cokelat itu.

Ibu memanggilku, "Apa bu?" Jawabku sambil memasuki sumber suara ibu.

"Bantu Ibu untuk makan malam!"

Bungkus cokelat, tunggu aku ya.

<3

Suhu di kamar mendukung untuk memejam mata saat detik ini juga. Aku memutuskan untuk istirahat sebentar. Spaghetti meatball buatan ibu membuat perut ini membuncit. Tanpa kusadari, foto Lily, Andre, dan aku menatapku di samping. Mereka temanku dan disini temanku cuma Andy. Kalau boleh aku ralat, Andy bahkan bukan temanku. Ugh, aku benci ini. Mungkin aku benar-benar butuh tidur.

Dug!

"Aw!" Aku menginjak sesuatu yang benar-benar keras. Bungkusan cokelat Ksatria Baja Pelangi.

Aku pun memijit pelan kakiku sambil membuka bungkusan sialan itu. "F?", saat kubaca tulisannya itu membuatku kesal sekaligus perasaan 'senang' yang super aneh yang seharusnya kutidak rasakan.

'Maaf, tapi nilai F benar-benar mengharuskanmu untuk berduaan denganku:)"

Kalau boleh jujur, aku tersenyum saat melihat map plastik tebal berisi nilai F untuk pop quiz dari Andy Pambudiega. Aku benci dengan bagaimana semua ini terjadi secara spontan.

Semuanya terasa begitu mudah jika bersamanya.

<3

andisa itu ya, sok-sokan gak suka andy tapi suka juga kan?

omg what did i just say?

keep reading and vomments, guys!

s a l a m – s q u a c k

Andi dan AndyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz