5. Toko Roti

4.3K 450 19
                                    

selamat membaca, cinta.

<3

Apa aku pernah bilang ke kalian kalau Andy bekerja di toko roti? Ya, di kerja di toko roti milik keluarganya. Bagaimana aku tahu tentang itu? Akan kuceritakan.

<3

Hari ini, sepulang sekolah. Ayah tidak bisa menjemputku. Aku tidak masalah sebenarnya. Aku bisa saja naik taksi atau bahkan jalan kaki. Ya, aku kali ini jalan kaki. Menghemat uang, untuk simpanan saat kuliah.

Aku dengar, Capitol wilayah Bij ada sekolah kedokteran yang bagus. Capitol yang aku tempati sekarang adalah Capitol Government. Ya, Capitol wilayah punya orang-orang bekerja di bidang politik seperti Ayahku. Cap-Go dan Capitol wilayah Bij benar-benar jauh. Aku tidak ingin merepoti orang tuaku.

Tik, tik, tik.

Hebat, sekarang hujan. Itu toko roti. Mungkin aku bisa memesan coklat panas atau apapun. Dari jarak aku berjalan sekarang sudah bisa membuatku kebasahan.

Aku pun berlari kearah toko roti itu. Sepi, saat kubuka pintunya hanya ada beberapa orang yang sedang membeli dan duduk hanya untuk minum teh.

"Selamat datang." Sapa ibu seumur ibuku dengan senyum yang super ramah, "Mau pesan apa, nona?"

"Cokelat panas dan 1 butter croissant, terima kasih."

"Cecilia, buatkan nona manis ini coklat panas!" Teriak ibu itu sembari kembali ke kasirnya. Aku melihat gadis lebih muda sekiranya 3 tahun di bawahku. Sangat-sangat menarik.

Gadis itu tersenyum ke arah ibunya, "Iya, ibu." Jawabnya.

Klinting. Ada seseorang yang membuka pintu toko roti itu agak keras.

"Siang, bu!"

"Ya, ampun, Andy. Kok kehujanan sih. Kenapa tidak tunggu di sekolah dulu aja?" Ibu yang ramah tadi menangkup muka Andy. Andy Pambudiega.

Otomatis aku menatap ke arah mereka berdua agak lama. Jadi, ini toko roti keluarga Andy? Aku harus cepat keluar dari sini.

Terlambat. Andy sudah melihat ke arahku. Aku langsung menunduk. Kenapa aku harus sesial ini?

"Sedang apa kau disini?" Tanyanya sambil tersenyum lebar seraya dia menyangga kepalanya dengan tangannya.

"Kau sebaiknya ganti baju, kau kehujanan." Kataku mengalihkan topik, tanpa melihat kearah matanya.

Andy tertawa, "Andi, Andi, kalau berbicara sama orang liat ke matanya, dong. Jangan menunduk seperti itu."

Uh, dasar laki-laki aneh.

"Ya, sudah. Aku ganti dulu ya. Jangan kemana-mana. Aku mau tanya soal pelajaran sejarah." Ucapnya sambil memberantakan rambutku.

Aku membetulkan rambutku dan memasang wajah kesal, "Ya."

"Oh, ya, bu. Meja ini tidak usah bayar." Kata Andy saat dia berdiri mau meninggal meja yang didudukinya. Dengan reflek cepat, Andi menarik ujung pergelangan hoodie abu-abu Andy.

"Tidak usah. Aku ada uang."

"Anggap saja, traktiran untuk menyambut kedatanganmu, Mont." Senyuman yang super freaky itu terbentuk dibibir Andy. Ada saklar otomatis yang membuatku ikut tersenyum juga.

Aku harus cari tahu sesuatu yang buruk tentang dia. Tidak mungkin dia sebaik ini. Aku tahu dia mempunyai kekurangan. Semua mahluk hidup punya kekurangan dan kalau dia benar-benar hidup, setidaknya dia punya.

<3

soooo, how was it? andi emang ta diem diem agak ngeselin ya. yaudah lah, itu mah twist nya.

keep voting and comment for feedbacks, cihuy!

s a l a m – s q u a c k

Andi dan AndyWhere stories live. Discover now