Bab IV: Now or Never

Start from the beginning
                                    

"Urusan apa sama lo, Bang?" tanya Ilza cuek.

"Ya urusan gue lah. Dia kan juga calon adik ipar gue" jawab Kak Ilham, ia menatapku lagi sebentar.

"Gue sama dia udah putus" jawab Ilza. Kemudian ia menunduk.

"Hah?! Kok bisa?" kak Reza akhirnya ikut-ikutan.

"Salah gue juga sih. Gue suka sama sepupunya dia, namanya Tasya" jawab Ilza malas.

"Lo sepengecut itu?" tanya kak Reza.

"Ya sebenernya gue nggak mau. Ya tapi gimana lagi? Ini urusan hati Bang, bukan otak gue yang milih. Gue sebenernya juga sayang sama Mala. Tapi dia nggak bisa nerima itu" jawabnya lagi. Kak Ilham dan Kak Reza menatap Ilza nanar. Tepatnya seseorang dibelakang Ilza, Mala.

"Lo perjuangin lagi dong. Jangan nyerah gitu aja" kata kak Ilham lagi.

"Dia cuman mau jadi temen gue. Dan gue sekarang bisa apa?" tanyanya kemudian menatap kak Ilham. Akhirnya Mala berdiri pelan, dan mengisyaratkan agar kak Ilham dan kak Reza untuk tidak memberi tau bahwa Mala dibelakangnya, mereka mengangguk samar.

**

Mala kembali mendekat ke kak Lili, kemudian duduk disebelahnya dan menyandarkan kepalanya dipundak kakak kembarnya itu, ia memejamkan matanya sebentar.

"Kenapa?" tanya Lili sembari menoleh kearah Mala sebentar.

"Capek kak, ngantuk" jawab Mala pelan.

"Dick, ambil tenda deh. Udah hampir sore nih. Kita nginep sini aja" ujar Lili.

"Sendiri? Yang bener lo Li" dumel Dicky lalu berdiri dan menarik Rangga berdiri juga.

"Dua orang pun nggak kuat Li" Rangga kemudian menarik Tasya.

"Apa nih? Loe tega nyuruh adek lo yang kelewat unyu ini buat ngangkatin barang-barang berat begitu?" protes Tasya cepat kemudian duduk kembali.

"Dari lo bertiga, ada yang bersedia bantu?" tanya Dicky akhirnya, menatap 3 orang didepannya. Bisma, Rafael dan Morgan.

"Emang seberat apa?" tanya Bisma.

"Ya kalo ada 3 orang yang bawa sih lebih ringan daripada dibawa sendirian" jawab Rangga.

"Orang bego juga tau" jawab Bisma kemudian menendang pantat Rangga.

Akhirnya mereka bertiga yang berangkat. Mala masih menyandarkan kepalanya dipundak Lili yang masih asyik berbincang dengan Rafael dan Morgan.

"Duduk sendiri napa, capek ini pundak gue" kata Lili. Mala mengangkat kepalanya dari pundak kakaknya dan kembali duduk tegak.

"Segitunya sama adek sendiri. Tega amat" dumel Mala.

"Sini aja Mal, bahu gue siap" jawab Rafael kemudian terkikik.

"Maaf om, nggak minat" jawab Mala kemudian berdiri, dan belum sempat menoleh, dibelakangnya ada seseorang berbicara.

"Lo berdua mau nginep sini?" tanya orang itu.

"Mau balik nih? Nunggu Bisma bentar" jawab Rafael. Mala akhirnya berbalik dan menangkap keterkejutan manusia didepannya sekarang ini.

"Mala?" panggilnya memastikan.

"Apaan?" tanya Mala.

"Sejak kapan disini?" tanya Ilza.

"Bukan urusan kamu" jawab Mala lalu duduk kembali.

"Oke emang bukan, tp kenapa nggak bilang? Kan bisa barengan" jawabnya lagi setelah berhasil duduk disebelah Mala.

"Teman itu nggak posesif Za" jawab Mala.

"Iya tau, tapi mantan masih boleh posesif" jawabnya kemudian terkikik.

**

Pada malam harinya, Tasya mengomel entah karena apa. Dia merengek minta pulang. Mala dan Lili yang satu tenda dengannya menatapnya malas. Ini udah jam 9 malam dan dia minta pulang? Minta digorok papa mama apa gimana?

"Ini udah jam 9 Sya. Kira-kira dong kalo mau ngajakin pulang" dumel Mala malas.

"Gue lupa bawa Dazzle. Duh pasti boneka gue itu lagi nangis-nangis karena nggak diajakin" jawabnya. Hanya karena boneka kucing super besarnya itu dia ngerengek pulang? Oh my god! Gue juga gitu sih kalo hello Kitty kesayangan gue nggak dibawa. Untungnya Rangga inget gue nggak bisa tidur tanpa boneka.

"Udah, Dazzle aman dirumah. Daripada disini dia kedinginan" jawab Lili sembari menahan tawa.

"Ah, kalian tidak membantu" jawabnya kemudian keluar tenda dan menghampiri tenda Rangga dan Dicky.

"Rang, ayo pulang" teriak Tasya sembari menggoyangkan badan Rangga agar terbangun.

"Apaan sih Sya? Udah tidur sono lo" jawab Rangga kesal sembari menarik selimutnya lebih keatas.

"Dazzle sendirian dirumah Rang"protes Tasya lagi.

"Dazzle aman sama Aunty Tisya"jawab Rangga lagi.

"Lo apaan sih Sya? Malem-malem nggak jelas gini. Lo tomboy akut tapi lupa nggak bawa boneka aja bingung amat"

"Lo nggak ngerti sih jadi gue. Mangkanya punya cewek, biar ngerti gimana rasanya milikin sesuatu yang dikasih pacar. Lo cupu sih" kesal Tasya.

"Nggak bawa-bawa status juga kali Sya. Gue emang jomblo, tapi hati gue nggak jomblo" jawab Dicky kesal, dia tersinggung. Kemudian berjalan cepat menuju tenda Mala dan Lili.

"Lah.. Lah.. Lah.. Kok lo marah sih? Gue kan ngomongin fakta, Dick" Tasya berdiri dan mengejar Dicky.

"Gue bakal buktiin kalo gue nggak jomblo" jawab Dicky datar kemudian masuk kedalam tenda Mala dan Lili.

"Apaan sih Dick? Ngapain disini?" teriak Mala kesal.

"Li, lo jadi pacar gue ya?" ucap Dicky tiba-tiba.

"Hah?"Lili menatap Dicky dengan tatapan super anehnya.

"Bilang iya, please!" pinta Dicky lagi.

"Ya tapi nggak gini juga kali Dick"jawab Lili. Masih dengan ekspresi anehnya.

"Gue tau lo suka sama gue, jadi jawab kalo lo mau sekarang juga, atau nggak selamanya"

TBC.

REDEEM (SMASHindonesia)Where stories live. Discover now