[19] This Is Real

1.1K 118 19
                                    

Setelah satu persatu ingatannya terkumpul, dia tersenyum simpul dan menghembuskan nafas lega "Syukurlah semuanya hanya mimpi" Ucapnya dengan ceria.

Dengan perasaan girang dia bangkit dan berjalan menghampiri meja riasnya. Dia bisa melihat dirinya dari pantulan cermin. Kei langsung mengalihkan pandangan ke arah pakaian yang sedang dipakainya lalu sedetik kemudian dia meraba-raba baju itu, dia sadar kalau tadi malam dia belum sempat mengganti baju. Seolah menyadari sesuatu, gadis itu kembali menatap ke arah cermin.

Raut wajahnya berubah drastis, hati nya tiba-tiba kembali terasa sakit.

"Ternyata ini bukan mimpi, semuanya nyata! Ini benar-benar nyata" gumamnya pelan dengan nada yang seolah-olah masih tidak percaya. Dia masih berharap bahwa kejadian yang dialaminya tadi malam hanyalah sebuah mimpi buruk yang menjadi bunga tidurnya.

Saat Kei masih berdiri di balik meja riasnya, tiba-tiba dari arah luar kamarnya terdengar suara derap langkah kaki yang semakin lama semakin terdengar jelas.

"Keisha, ayo kita sarapan. Mom tunggu dibawah, okay?" teriak mom dari balik pintu.

"Okay" teriak Kei dengan suara yang cukup keras agar mom bisa mendengarnya.

Sejenak melupakan masalah yang sedang terjadi, dia segera pergi ke kamar mandi dan mengganti bajunya. Setelah selesai, Kei menghampiri mom dan dad di ruang makan untuk sarapan.

Dia segera duduk dan langsung melahap makanannya.

"Mom ingin bicara apa padaku?" tanya Kei setelah mengingat perkataan ibunya tadi malam.

Mom langsung tersenyum lebar, begitupun juga dengan dad.

Kening Keisha langsung berkerut samar "Kenapa?" tanyanya heran.

"Kau..." mom menggantung ucapannya dengan wajah yang masih tersenyum cerah.

"Kau.." ucap dad yang sama-sama tidak meneruskan ucapannya.

Kei mulai kebingungan dengan tingkah laku kedua orang tuanya ini, "Oh ayolah, jangan membuatku penasaran" gumamnya.

Mom menatap ke arah dad dan menganggukkan kepala memberi isyarat.

"Kau akan kuliah di Jerman!!!" ucap mereka bersama-sama dengan semarak.

Kuliah ke Jerman? Tubuh Kei seolah langsung membeku, dia tidak bergerak sama sekali. Wajahnya terlihat datar dan tidak berekspresi.

Kuliah ke jerman? Itu impianku sejak dulu. Dan sekarang aku mendapatkannya, aku mendapatkan kesempatan itu. Tapi kenapa aku sama sekali tidak merasa senang. Hal pertama yang terlintas dipikiranku saat mendengar itu adalah, Shawn. Jika aku pergi ke jerman, aku tida akan bisa melihatnya, aku tidak akan bisa lagi melihat senyumnya yang tulus, melihat matanya yang selalu membuatku merasa tenang, melihat wajahnya yang selalu ingin membuatku menghentikan waktuku agar bisa terus bersamanya. Aku tidak akan bisa lagi mendengar suaranya yang selalu membuat hatiku bergetar saat dia memanggil namaku. Apa yang harus kulakukan?

"Kei?" Panggil mom yang mungkin merasa aneh melihat Kei.

Kei tetap terdiam di tempatnya walaupun sebenarnya dia bisa mendengar ucapan mom.

"Kei, kau pasti sangat senang kan? sampai-sampai kau tak bisa berkata apa-apa!" sahut mom sambil tertawa ringan ke arah dad.

"Jerman?" tanya Kei.

"Ya! Bukankah itu impianmu sejak dulu? Kami sudah mengurus semuanya dan kau hanya tinggal berangkat ke sana" sahut dad dengan semangat.

"Kalian sudah mengurus semuanya? Tapi aku belum memutuskan apakah aku akan kuliah disana atau tidak" ucap Kei.

Winter MemoriesWhere stories live. Discover now