[8] He Saved Me

1.4K 150 4
                                    

"KEI? KEISHA? KAMU DIMA----" ucapannya terpotong, langkahnya tiba-tiba terhenti seolah ada sesuatu yang menghalanginya. Hati kecilnya terus mengatakan bahwa dia harus mencari ke tempat lain. Dia harus pergi ke tempat lain.

Shawn sudah mencoba untuk tak menghiraukan itu semua dan berniat untuk terus melanjutkan pencarian bersama-sama. Tapi dia tidak bisa melakukannya.

Karena tidak bisa melawan kata hatinya, akhirnya Shawn memutuskan untuk memisahkan diri dari para tim penyelamat. Dia akan berjalan ke arah yang berlawanan.

"Sir, I will try to find kei elsewhere" kata Shawn.

"Okay" Jawab singkat salah satu tim penyelamat.

Shawn memisahkan diri setelah meminta izin kepada salah satu tim SAR. Kakinya dengan mudah terus melangkah, seolah ada yang menuntunnya ke tempat Kei berada. Dia berjalan menyusuri tempat-tempat yang sama sekali tidak dikenalinya.

Cuaca semakin dingin. Shawn mempererat jaketnya. Seharusnya ia memakai sarung tangan. Dia menggigil dan menjejalkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. Uap putih keluar dari hidung dan mulutnya seiring dengan setiap hembusan napasnya. Dingin sekali. Salju yang turun semakin menebal.

"KEII!! KAMU DIMANA??" teriaknya lagi dan lagi.

Shawn mengedarkan pandangan. Dan kedua bola matanya terpusatkan pada sesuatu di ujung sana. Dia menangkap sosok wanita yang sedang duduk tak berdaya di bawah pohon besar yang sudah dipenuhi salju.

"Apa itu Kei?" gumamnya.

Dia menyipitkan kedua matanya, berusaha memastikan.

"KEI!!!"

***

Malam itu..

Kei mengedarkan pandangannya, pikirannya seolah dipenuhi dengan tanda tanya. Dia beranjak bangun dari tempatnya dan melangkahkan kakinya menyusuri pohon-pohon yang menjulang tinggi di tengah kegelapan malam, seolah ada yang memberinya petunjuk untuk terus berjalan. Entah berapa lama dan berapa jauh dia melangkah.

Tiba-tiba tubuhnya tersentak. Napasnya memburu. Gadis itu langsung membelalak lebar, seakan ada mantra yang menyadarkannya setelah sekian lama kehilangan kesadaran. Wajah Kei yang awalnya penuh ketenangan sekarang digantikan oleh ekspresi bingung.

Kedua bola matanya berputar memperhatikan keadaan sekitar. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya kebingungan. Keringat dingin mulai membasahi pelipis dahinya.

"Aku dimana?"

"Kemana Para Magcon?"

"Kemana Shawn?"

"Kenapa aku bisa ada di sini?

Semua pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di pikirannya. Otaknya dipaksa untuk terus berpikir, walaupun dia tahu tidak akan bisa mendapatkan jawaban apapun.

Rasa takut mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Dia pun berlari, berusaha mencari keberadaan para Magcon.

"SHAWN.. CAM.. AARON.. NASH----" Teriaknya menyebutkan satu persatu nama anggota Magcon.

Mata birunya terlihat bersinar karena terkena pantulan cahaya bulan di tengah kegelapan malam. Air mata mulai bercucuran di pipinya, menumpahkan segala kegelisahan, kemarahan, kesedihan, sekaligus ketakutan yang sedari tadi dipendamnya.

Keisha sudah berjalan sangat jauh. Tapi dia tidak menemukan apapun, yang bisa dia lihat hanyalah pohon-pohon yang menjulang tinggi di sepanjang perjalanan. Dia tak mengerti apa yang sudah terjadi padanya. Kenapa dia bisa ada di tempat yang sama sekali tidak ia kenal. Jelas sekali di dalam ingatannya bahwa tadi dia sedang berada di dalam tenda dan keluar untuk mencari udara segar. Apakah ia baru saja berhalusinasi?.

Dengan pasrah Kei menjatuhkan tubuhnya keatas tanah dalam posisi duduk. Dia menyeret-nyeret tubuhnya berusaha untuk menyandarkan punggungnya ke sebuah batang pohon besar.
Dia melipat kedua kakinya dan membenamkan wajahnya di antara kedua lutunya dan menangis dalam diam. Hanya bahunya yang bergetar hebat.

"Sha..wn" Ucapnya tersedu-sedu.

Yang ada di pikirannya saat ini hanya Shawn. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya saat ini. Tapi memang Shawn lah yang dia harapkan bisa menemaninya dan berada di sampingnya saat ini.

Tanpa ia sadari hari sudah mulai terang. Kei terbangun dari tidurnya. Dia mengerang pelan dan mengerjap-ngerjapkan matanya.

Kei menghela nafas panjang. Dia memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan berjalan tanpa tujuan, berharap bisa bertemu seseorang yang bisa menolongnya.

Sudah hampir lima jam dia berjalan. Tubuhnya sudah sangat lemas dan Perutnya seolah meronta-ronta meminta makanan.

Tiba-tiba dia merasakan bulir-bulir es berjatuhan membasahi tubunya yang sudah tidak berdaya. Salju mulai turun. Dia terkesiap kaget dan lagi-lagi tak kuasa menahan tangis saat menyadari kenyataan bahwa dirinya sedang tersesat, tanpa makanan, pakaian hangat, atau apapun.

Semua syaraf-syarafnya seolah tak berfungsi lagi. Wajahnya sangat pucat dan bibirnya mulai membiru karena kedinginan. Kedua matanya bengkak akibat terus menerus menangis. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi, dia terjatuh tepat di bawah pohon besar yang sudah dipenuhi salju.

Saat dirinya sudah mulai putus asa, terdengar suara lembut yang sudah tak asing lagi di telinganya.

"KEI!!".

Dia langsung terperanjat. Kedua bola matanya menatap seorang pria yang sedang berlari menghampirinya. Pandangannya sulit dijelaskan, antara takjub dan tidak percaya.

"Sha..shawn!!" ucapnya dengan terbata-bata.

Dengan spontan Shawn merangkulnya, membenamkan wajah Kei di pelukannya. Akhirnya dia bisa menemukan Kei. Kalian bisa bayangkan betapa bahagianya dia? Rasanya seluruh beban dan kekhawatiran yang selama ini menyelimuti pikirannya hilang seketika.

"Kamu harus kuat Kei" ucap shawn dengan nada cemas.

"Ja..jangan tinggalkan aku" seperti kehabisan tenaga, suara Kei mendadak terdengar parau.

"Aku akan tetap disampingmu, aku tidak akan meninggalkanmu" Jawabnya sambil terus mengusap kepala Kei yang saat ini masih terkulai lemah di pelukannya.

Terukir jelas seulas senyuman di kedua sudut bibir Kei. Dia tidak begitu mengerti dengan apa yang ia rasakan, namun perasaan hangat mulai memenuhi relung hatinya. Tanpa ia sangka-sangka pria yang sedang memeluknya ini membuatnya merasakan sesuatu yang selama ini tidak pernah ia sadari.

Shawn melepaskan jaket dan kupluknya untuk melindungi Kei sehingga tubuhnya hanya dibalut oleh kaus tipis yang bisa dengan mudah diterjang dinginnya salju.

"Ayo Kei, kita harus pergi dari sini. Apa kamu masih kuat berjalan?".

"Ya aku bisa" jawabnya tidak meyakinkan.

Shawn membantunya untuk berdiri dan mengaitkan lengan Kei di pundaknya. Tapi Kei kembali terjatuh, dia tak kuat bila harus berjalan. Akhirnya Shawn menggendongnya. Kei hanya terkulai lemas di pangkuan Shawn. Perlahan dia kehilangan kesadarannya.

Shawn harus segera membawanya ke pos penyelamatan dimana para Magcon berada, Kei harus segera mendapatkan perawatan medis. Jika tidak, keadaannya akan semakin memburuk.

Shawn mempercepat langkahnya, jarak yang harus ia tempuh masih sangat jauh. Kedua tangannya sudah sangat sakit menahan beban tubuh Kei. Kakinya mulai bergetar, dia berjalan dengan langkah kaki diseret-seret. Tubuhnya menggigil hebat dan Shawn sudah sangat lemas, dia sudah tidak dapat merasakan tubuhnya lagi. Dia terus menguatkan hatinya untuk bisa bertahan agar Kei dapat diselamatkan. Tapi sepertinya dia tidak akan kuat lagi. Hanya satu yang saat ini Shawn harapkan, dia berharap Magcon datang membantunya.

To be continued..

Leave vote/comment, please :)

***///***

So take my hand and we'll be alright.

-Shawn Mendes-
A Little too much

Winter MemoriesWhere stories live. Discover now