Delapan Belas

2.8K 450 72
                                    

Setelah hampir setengah jam perjalanan, Michael memberhentikan mobilnya di depan sebuah tempat pemakaman.

Kenapa dia membawaku ke sini?

"Michael?" panggilku sambil menatap Michael bingung. "Kenapa kita ke sini?"

Michael menghela napas, lalu dia menatapku. Raut wajahnya terlihat sangat muram. "Berjanjilah padaku untuk tetap kuat dan tegar."

Setelah mendengar itu, jantungku mulai berdebar kencang. Perasaanku bercampur antara bingung, cemas, dan gugup. "Apa maksudmu?"

"Luke..." ucapnya terhenti, lalu menelan ludahnya. "Dia sudah tiada."

Setelah mendengarnya, seketika badanku terasa lemas. Ini pasti tidak mungkin. Michael pasti sedang bercanda.

"Kau pasti bercanda, Michael. Iya, kan? Tolong katakan ini hanya sebuah leluconmu!"

Aku melihat Michael hanya terdiam dan menundukan kepalanya. Aku bisa merasakan air mataku mulai mengalir di pipiku. Ini semua pasti tidak nyata. Pasti aku belum terbangun dari mimpiku tadi.

"Dia mengalami kecelakaan saat menuju sekolah dua hari yang lalu," ucapnya. "Dia meninggal di tempat kejadian."

Aku menutup mulutku dengan tanganku. Air mataku mengalir semakin deras setelah Michael mengatakan itu. Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku tidak menyangka Luke akan pergi secepat ini.

"Ini," ucap Michael memberiku sebuah surat yang terlihat sudah kusut. "Calum memberiku surat ini kemarin."

***

Kilas balik

Michael's POV

Baiklah, hari ini aku harus menanyakan alamat rumah Luke pada Calum. Jujur, aku belum pernah berbicara padanya. Padahal aku satu kelas dengannya di kelas Seni. Aku harap saat aku menanyakan itu, dia bersikap ramah padaku.

Saat ini aku sedang berjalan menuju lorong loker. Entah ini hanya kebetulan atau memang sudah takdirnya, aku melihat Calum--yang sepertinya melihatku juga--saat aku sudah sampai di lorong loker atau lebih tepatnya di depan lokerku. Dan sekarang dia sedang berjalan menuju ke arahku.

"Michael?" panggil Calum saat dia sudah berada di sampingku.

Aku menoleh ke arahnya. "Ya?"

"Kau sahabatnya Lana, kan?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Iya. Ada apa?"

Calum menghela napas. "Ini soal Luke,"

Aku menelan ludahku. Calum terlihat sangat muram saat ini. Pikiranku mulai penuh dengan pertanyaan, "Sebenarnya ada apa dengan Luke?".

"Dia..." ucapnya terhenti. "D-dia mengalami kecelakaan kemarin saat menuju sekolah. Dan dia... meninggal di tempat kejadian."

Aku hanya terdiam dan memberinya tatapan terkejut. Walaupun aku tidak dekat dengan Luke, tapi aku merasa badanku seketika lemas setelah mendengar Calum memberitahu soal Luke yang sudah... tiada. Aku tidak bisa membayangkan jika Lana tahu soal ini.

"Aku tahu kabar ini memang tidak begitu--atau mungkin belum--menyebar di sekolah. Aku mengetahui kabar ini karena aku tetangga Luke. Sebenarnya kami sudah bersahabat sejak kecil. Tapi, kau tahu, persahabatan kami putus begitu saja karena memang salahku juga." lanjutnya. Terdengar nada penyesalan saat dia menjelaskan itu. "Dia akan dimakamkan sore ini."

Aku melihat Calum mengeluarkan sesuatu--yang terlihat seperti sebuah lipatan kertas kusut--dari saku jaket yang ia pakai. "Aku mendapatkan surat ini dari Ibunya Luke. Dia bilang surat ini ada di dalam saku jaketnya. Dia memberiku ini untuk diberikan kepada Lana."

Calum memberiku surat itu. Aku bisa melihat tulisan 'Untuk Lana' di sana saat aku mengambil surat itu.

"Aku tidak tahu bagaimana harus memberi surat ini pada Lana. Aku tidak tega melihat reaksinya nanti saat mengetahui soal ini." ucap Calum yang terlihat seperti menahan rasa sedihnya. "Jadi aku mohon padamu, Michael, berikan surat ini padanya dan juga beritahu soal Luke padanya secepat mungkin."

Aku terdiam sejenak sambil melihat surat itu. "Baiklah. Aku akan memberitahunya."

Calum tersenyum tipis. "Jika kau ada waktu, datanglah ke acara pemakaman Luke sore ini."

Aku menggangguk. "Aku pasti akan datang."

***

Author's POV

"Tolong baca surat ini saat kau sudah berada di rumah." ucap Michael memohon pada Lana saat surat itu sudah berada di tangan Lana. "Sekarang ikutlah denganku."

Setelah mengatakan itu, Michael membuka sabuk pengaman yang ia pakai, lalu membuka pintu mobil. Sedangkan, Lana terlihat hanya terdiam sambil memandangi tulisan 'Untuk Lana' di surat itu. Air matanya masih terus mengalir di pipinya. Dia masih tidak menyangka Luke pergi meninggalkannya begitu cepat. Dia teringat dengan mimpinya semalam saat Luke mengatakan selamat tinggal padanya. Dia baru menyadari jika Luke mendatangi mimpinya untuk mengucapkan kata-kata perpisahan padanya.

Lana mengusap air mata di pipinya dengan lengannya dan memasukkan surat itu ke dalam saku celananya. Kemudian Lana membuka sabuk pengaman yang sejak tadi ia pakai. Dia menoleh ke arah pintu mobil dan melihat Michael yang sejak tadi sudah membukakan pintu mobil untuknya. Kedua kaki Lana terasa lemas saat turun dari mobil Michael. Dia merasa ragu jika dia masih bisa berjalan saat ini.

Setelah Michael menutup pintu mobil, dia mengangguk kepada Lana mengisyaratkan untuk mengikutinya. Lana mulai berjalan perlahan mengikuti Michael. Tak lama, mereka sampai di depan sebuah kuburan yang masih terlihat baru. Sudah terdapat batu nisan dan terukir nama Luke R Hemmings di sana. Lana hanya berdiri dan menatap kuburan itu. Terlihat Michael di sampingnya melakukan hal yang sama. Tidak disadari, Lana mulai meneteskan air matanya kembali. Michael yang menyadari itu, dengan ragu merangkul Lana dan mengusap lengannya.

"Luke..." ucap Lana yang kembali menangis sambil membenamkan wajahnya di dada Michael.

****

GA TEGA ANJIR GUE NGETIK PART INI

MASA YANG PAS LANA SAMA MICHAEL LAGI DI KUBURAN GUE NGEBAYANGIN PILM THE AMAZING SPIDERMAN 2 YANG PETER NYA BERDIRI DI DEPAN KUBURAN GWEN

MENGINSPIRASI BANGET EMANG ITU PILM WQWQ

BTW GA KERASA UDAH MAU ABIS AJA INI FF

MAAP SAD ENDING

ABIS INI EPILOG OK

DAN PLS JANGAN LUPA VOMMENT YHA MAKASIH BAT LOH

3 Days // lrhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang