Tujuh

3.4K 564 23
                                    

"Y-ya," ucapku sambil mengubah posisiku menjadi duduk. "Aku baik-baik saja. Aku hanya terkejut dengan suara petir tadi."

"Baiklah," ucap Luke sambil menghela napas. "Mau aku temani?"

Aku membeku setelah mendengar yang dikatakannya tadi. Aku hanya memberinya tatapan, "Apa yang baru saja kau katakan?".

Luke tersenyum miring. "Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Aku hanya ingin menemani. Jujur, aku juga terkejut dengan suara petir tadi."

Dia menutup pintu kamar, lalu melangkah ke arah tempat tidurku. "Geser."

Aku bergeser sedikit. Kemudian dia berbaring di sampingku dan menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya. Aku hanya menelan ludahku, dan, sial, aku tidak menyangka dia akan berbaring di tempat tidurku malam ini. Aku tidak bisa membayangkan respon dari orang tuaku dan Ashton jika mengetahui ada seorang laki-laki berbaring di tempat tidurku. Baiklah. Jangan biarkan mereka tahu hal ini. Lagipula dia hanya berbaring, kan?

Aku masih duduk di sampingnya. Kemudian aku menekuk kedua kakiku dan memeluknya yang masih dibalut dengan selimut. Aku bisa merasakan jantungku berdetak kencang saat ini.

"Hei," Luke buka suara, "bagaimana kalau besok kita pergi ke taman kota, ya, hanya sekedar duduk dan makan es krim atau hotdog?"

Aku menoleh ke arahnya dan berpikir sejenak. Baiklah, itu gagasan yang bagus. Tapi kedengerannya lebih seperti sebuah kencan.

"Aku yang akan bayar es krimnya." tambah Luke yang kini menatapku.

Aku mengangguk pelan. "Setuju."

Dia tersenyum tipis, lalu menatap langit-langit. "Kau tahu, aku minta maaf karena tidak pernah berbicara padamu lagi sejak kelas dua. Alanis memang membutakan semuanya."

Ya, Alanis memang membutakan semua pikiran kaum laki-laki.

"Dan aku senang bisa mengakhiri hubungan dengannya." tambahnya.

"Omong-omong, kenapa kau mengakhiri hubunganmu dengannya?" tanyaku.

"Dia tidak sebaik yang kupikirkan," ucap Luke, lalu menghela napas. "Aku melihatnya berciuman dengan Calum di lorong loker dan saat itu juga aku mengakhiri hubunganku dengannya,"

Aku tidak tahu jika Alanis seperti itu.

"Dan pertemananku dengan Calum berakhir juga." lanjutnya.

"Apa kau tidak mendengarkan penjelasan mereka dulu? Siapa tahu-"

"Penjelasan?" Luke mendecak. "Omong kosong. Sudah jelas mereka berciuman dengan mesranya di lorong loker. Pacar macam apa dia."

Mendengar nada berbicara Luke yang agak kesal, aku hanya terdiam dan tidak melanjutkan pertanyaanku yang selanjutnya. Ya, setidaknya sekarang aku tahu alasan Luke dan Alanis mengakhiri hubungan mereka.

"Maaf." ucap Luke tiba-tiba.

"Kau sudah tiga kali meminta maaf padaku hari ini, Luke." ucapku.

"Meminta maaf itu baik, kan?"

"Ya, ya, aku tahu." ucapku sambil menguap. Obrolan ini membuatku mulai merasa ngantuk.

Aku meletakkan ponselku yang sejak tadi aku genggam di atas meja di samping tempat tidur, lalu berbaring memunggungi Luke dan menarik selimutku sampai bahu. Saat aku baru saja menutup kedua mataku, Luke berkata, "Kau tahu, ada yang kedinginan di sini."

Benarkah, Luke?

"Kau bisa mengambil selimut di kamar tamu." ucapku dengan suara ngantuk.

"Tapi aku sudah terlanjur malas untuk bangun." ucapnya pelan yang terdengar hampir berbisik.

Suaranya tadi terdengar seperti berada tepat di atas telingaku, dan aku bisa merasakan hembusan napas menggelitik telingaku. Akhirnya aku menoleh dan melihatnya yang sedang menatapku--kepalanya menumpu pada sebelah tangannya, dan, sial, jarak wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Mengetahui itu, aku memejamkan mataku dan bergumam, "Sial."

Aku berbagi selimutku padanya. Untungnya, selimutku cukup lebar, jadi bisa dipakai untuk berdua--atau bahkan bertiga. Aku bisa merasakan dia menarik sedikit selimutnya dan tidur memunggungiku.

"Selamat malam, Lana."

***

Aku terbangun saat ada kepala menyentuh punggungku. Aku menoleh ke belakang dan melihat Luke yang tidur meringkuk seperti bayi dalam kandungan. Aku sempat mengira jika dia akan kembali ke kamar tamu setelah aku sudah terlelap tidur. Ternyata dia benar-benar tidur di sini.

Aku menggapai ponselku untuk melihat pukul berapa sekarang. Baiklah, sekarang pukul 08:16. Setidaknya hari ini bukan hari sekolah jadi aku bisa tidur kembali. Dan aku baru menyadari jika Michael belum--atau mungkin tidak--membalas pesanku.

Aku menaruh ponselku kembali di atas meja di samping tempat tidur dan mencoba untuk tidur kembali, tapi, sialnya, tidak bisa. Kepala Luke bergerak dan menyentuh punggungku lagi--yang rasanya memang geli karena rambutnya. Aku berbalik untuk melihat Luke yang masih tidur. Aku baru tahu jika dia tidur seperti ini. Meringkuk seperti bayi dalam kandungan. Jujur, saat dia tidur, dia terlihat sangat cute.

Tubuh Luke mulai bergerak dan kurasa dia sudah terbangun. Aku memejamkan mataku dan pura-pura tidur. Tak lama, aku bisa merasakan tubuhku diselimuti sampai bahu, dan sebuah tangan menyingkirkan rambutku ke belakang dengan lembut. Apa tadi benar-benar Luke yang melakukannya?

Setelah mendengar suara pintu kamar tertutup, aku membuka mataku dan mengedip beberapa kali. Aku menghela napas, dan, ya, hal yang dilakukan Luke tadi memang manis.

3 Days // lrhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang