Enam

3.8K 550 15
                                    

"Baiklah. Aku berjanji." ucapnya mengangkat jari kelingkingnya.

Tanpa pikir panjang, aku melingkarkan jari kelingkingku di jari kelingkingnya. Setelah melepaskannya, aku baru tersadar jika aku baru saja melingkarkan jariku di jarinya. Oh Ya Tuhan.

"Jadi," katanya sambil membuka ritsleting jaketnya, "bolehkah aku meminjam kamar mandi?"

Dia melirik ke ruang keluarga dan melangkah menuju ke arah sofa. Aku mengikutinya di belakang.

"Kau suka Fall Out Boy?" ucapnya saat mendengar lagu Immortals yang mulai mengalun dari pengeras suara.

Aku bahkan lupa jika aku sedang menyalakan Tape saat ini.

"Ya. Sebenarnya Ashton yang membeli CD-nya. Karena dia sering menyetelnya, aku jadi menyukai lagu-lagu mereka," jelasku.

Dia hanya mengangguk sambil melepas tas ranselnya, dan menaruhnya di sofa. Lalu dia membuka jaketnya dan meletakkannya di sandaran sofa. Kini terlihat kaus lengan pendek berwarna hitam yang ia kenakan. Kemudian dia duduk di sofa--begitu juga aku, lalu dia melepas sepatunya. Aku hanya melihatnya--antara terpesona atau memang tidak ada hal lain untuk dilihat selain dia--melakukan itu semua.

"Jadi... kenapa kau memilih rumahku untuk menginap? Kenapa tidak rumah... Calum? Kau dekat dengannya, kan?" tanyaku agak ragu.

Dia tersenyum miring sambil masih melepas sepatu di kaki yang satunya. "Ternyata kau belum tahu, ya? Aku dan Calum sudah tidak berteman lagi."

Apa?

"Kenapa?" tanyaku bingung.

Sepengetahuanku, Luke dan Calum berteman baik sejak kelas satu. Luke memang lumayan populer di sekolah--apalagi setelah dia berkencan dengan Alanis Littlewood dulu. Calum pun bisa dibilang murid populer di sekolah. Kalangan murid populer memang selalu menawan dan rupawan.

"Aku akan jelaskan nanti," jawabnya sambil menyimpan sepatunya di lantai. "Jadi dimana kamar mandinya?"

Aku memberitahu dimana kamar mandinya, dan Luke langsung melangkah menuju kamar mandi. Aku mengambil ponselku dan mulai mengetik pesan baru.

From: You
To: Michael

MICHAEL! LUKE SEKARANG ADA DI RUMAHKU DAN DIA AKAN MENGINAP DI RUMAHKU SAMPAI HARI SENIN! APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?

Aku menyentuh tombol kirim. Aku berharap Michael akan membalasnya secepat yang ia bisa.

Aku melihat jam dinding yang tergantung di dinding di atas TV. Sudah pukul 18:47. Aku memasukkan ponselku ke dalam saku celanaku dan beranjak dari sofa untuk mematikan Tape. Aku mengambil remot TV, lalu menyalakannya. Saat aku baru duduk di sofa, Luke kembali dari kamar mandi dan duduk di sampingku.

Dia menghela napas dan bersandar ke sandaran sofa. "Kau di rumah sendirian?"

"Ya. Orang tuaku merayakan ulang tahun pernikahan mereka di Paris, mungkin sampai hari Senin. Dan Ashton pergi ke acara perkemahan. Jadi aku sendirian di sini," jawabku yang sejak tadi mencari saluran yang bagus untuk ditonton.

"Michael tidak menemanimu?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng. "Dia pasti sibuk bermain video game sekarang,"

"Kalau begitu," ucap Luke, "kau beruntung sekarang karena kau tidak sendirian di rumah."

Ya, memang aku sangat beruntung sekarang karena kau ada di sini, dan aku bahagia sekali.

Aku tersenyum, lalu menyimpan remot TV di atas meja. "Apa kau lapar? Kurasa Ibuku menyimpan pizza di kulkas."

"Apa kau tidak dengar suara perutku meraung-raung sejak tadi?"

Aku menggeleng sambil tersenyum dan beranjak dari sofa untuk menuju dapur. Aku membuka pintu kulkas dan melihat sekotak pizza berukuran kecil di sana. Aku mengambilnya dan menutup kembali pintu kulkas. Kemudian aku memindahkan pizza itu terlebih dahulu ke atas piring lebar dan menaruhnya di dalam microwave.

"Kau bisa memasak?" tanya Luke yang tiba-tiba sudah berada di dapur.

"Sebenarnya tidak. Tapi aku bisa memasak spageti," jawabku sambil mengambil dua gelas yang sudah aku isi dengan air putih dan meletakkannya di atas meja makan. Aku menggeser satu gelas ke arah Luke yang kini sudah duduk di kursi meja makan.

Aku mengambil dua piring dan menaruhnya di atas meja makan. "Bagaimana denganmu?"

"Aku bisa sedikit memasak," ucapnya lalu meneguk air dari gelas yang aku berikan tadi.

Menawan dan rupawan. Pintar Matematika. Bisa sedikit memasak. Apalagi yang kau tidak bisa, Luke?

Suara dari microwave menandakan pizza sudah hangat. Aku mengambil piring yang sudah terdapat pizza di atasnya dari dalam microwave, lalu meletakkannya di atas meja makan. Kemudian aku duduk berhadapan dengan Luke. Kami mulai memakan pizza itu tanpa bersuara sampai selesai.

***

"Kalau perlu sesuatu, panggil aku saja, ya. Kamarku ada di seberang." ucapku kepada Luke.

Luke hanya mengangguk. Aku menutup pintu kamar dan melangkah masuk ke dalam kamarku yang berada di seberang kamar tamu--yang ditempati Luke saat ini. Aku hanya ingin berterima kasih kepada orang yang mendesain rumah ini sekarang. Ya, walaupun pintu kamarnya tertutup, tapi aku senang karena kamarnya tidak terlalu jauh dari kamarku.

Setelah aku berada di dalam kamarku, aku berbaring di tempat tidur dan mengambil ponselku dari dalam saku celana. Aku melihat satu pesan masuk di layar ponsel.

From: Michael
To: You

Ya Tuhan! Apa kau tidak sengaja menyentuh tombol caps lock? Omong-omong, kenapa dia menginap di rumahmu?

From: You
To: Michael

Aku tidak tahu. Dia akan menjelaskannya nanti kalau waktunya sudah tepat. Tapi, kau tahu, aku merasa senang sekali sekarang. Berada satu rumah dengan Luke Robert Hemmings.

Setelah aku menyentuh tombol kirim, tiba-tiba suara petir yang menggelegar membuatku terkejut dan spontan berteriak. Aku menarik selimutku dan meringkuk di dalamnya. Sial. Aku memang takut dengan suara petir--apalagi suaranya yang sampai memekakkan telinga seperti tadi. Maksudku, siapa yang tidak takut dengan petir?

Aku bisa mendengar suara pintu kamarku terbuka. Aku menurunkan selimutku dan melihat Luke sudah berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. "Kau baik-baik saja?"

3 Days // lrhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang