Dua Belas

3.1K 484 47
                                    

"Hai, Michael." sapa Luke.

Michael langsung melihat ke arah Luke setelah namanya disebut. Dia hanya mengangguk dan tersenyum pada Luke. Dia memang terlihat antara bingung dan tidak percaya saat ini.

Luke merangkulku dan mengecup pipiku. "Kita bertemu lagi saat jam istirahat."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya. Setelah Luke berlalu, aku melihat ke arah Michael. Dia sudah menatapku dan menggelengkan kepalanya. "Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja aku saksikan. Kau berhutang penjelasan padaku."

Aku menghela napas, lalu membuka pintu lokerku dan mengambil beberapa buku. "Terlalu banyak yang harus dijelaskan."

"Intinya saja kalau begitu,"

Aku menutup pintu lokerku dan menatap Michael. "Intinya dia menginap di rumahku dan kemarin dia bilang dia suka padaku."

"Lalu kau percaya saja dia suka padamu?" tanya Michael.

Aku menggangguk. "Ya. Dia terlihat serius saat mengatakan itu. Dan dia juga... menciumku."

"Oh, baiklah," ucap Michael, "selamat kalau begitu."

***

Author's POV

Lana baru saja duduk di bangku meja di kafetaria bersama makan siangnya. Dia melihat ke sekitar ruangan kafetaria untuk kedua kalinya bermaksud untuk mencari Luke. Tapi dia tetap tidak menemukan batang hidungnya. Akhirnya dia memutuskan untuk memakan makan siangnya sendirian. Dia tidak ingin berpikiran yang aneh-aneh dulu kenapa Luke belum juga terlihat saat ini.

Saat Lana menyendokkan makan siang ke dalam mulutnya untuk yang ketiga kali, tiba-tiba seorang laki-laki duduk di hadapannya sambil menyimpan nampan makan siangnya di atas meja. "Maaf sudah menunggu."

Lana tersenyum pada seorang laki-laki itu yang ternyata Luke. Dia merasa lega karena Luke akhirnya datang dan menemuinya juga.

"Michael tidak bersamamu?" tanya Luke, lalu menyendokkan makan siang ke dalam mulutnya.

Lana menggeleng. "Aku tidak tahu dia dimana sekarang. Aku sudah mengirim pesan padanya. Tapi dia belum membalasnya sampai detik ini."

Luke menggangguk. "Setidaknya kau tidak makan siang sendirian sekarang."

Lana hanya tersenyum, lalu menyendok makan siangnya kembali. Lana memang merasa beruntung sekarang karena saat dia sendirian, kini Luke akan ada bersamanya. Di sisi lain, dia merasa takut jika pertemanannya dengan Michael akan merenggang. Dia sebenarnya sudah menduga jika Michael tidak ingin mengganggunya dengan Luke. Jadi dia menghilang dan tidak memberitahu keberadaannya pada Lana.

"Luke," panggil Lana setelah menelan makan siangnya.

Luke menatap Lana. "Apa?"

Lana menaruh sendoknya di atas piring. "Soal alasan kau menginap di rumahku itu... kapan kau akan memberitahunya? Kurasa waktunya sudah tepat."

Luke tersenyum miring dan menaruh sendoknya juga di atas piring. "Kau masih saja ingat soal itu,"

"Tentu saja aku ingat." ucap Lana. "Apa... kau ada masalah dengan keluargamu dan kabur dari rumah?"

Luke terlihat agak terkejut setelah Lana menanyakan itu. "Apa yang membuatmu berasumsi seperti itu?"

"Aku tidak tahu. Aku hanya menebaknya. Maaf jika aku salah,"

Luke menghela napas, lalu menggenggam tangan kanan Lana. "Pertama, aku tidak ada masalah dengan keluargaku dan aku tidak kabur dari rumah. Kedua, aku memohon padamu untuk melupakan soal itu. Dan ketiga, aku tahu kau mencemaskan aku, tapi aku benar-benar baik-baik saja."

Lana terus menatap kedua mata Luke bermaksud untuk menemukan kebohongan dari perkataannya tadi. Tapi Lana tidak menemukannya. Luke benar-benar berkata jujur.

"Dan ingatlah, aku benar-benar sayang padamu." ucap Luke tersenyum.

Lana menggangguk kecil dan tersenyum tipis. "Aku percaya padamu."

***

"Kemana kau tadi saat makan siang?" tanya Lana setelah menutup pintu lokernya.

"Aku makan siang bersama Ben di taman sekolah tadi," jawab Michael yang sejak tadi menunggu Lana menyimpan bukunya di loker. Ben adalah teman satu kelas Michael dan Lana di kelas Sejarah. Lana tidak begitu mengenal Ben. Tapi Lana tahu jika Ben berteman baik dengan Michael.

"Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Mungkin karena aku takut mengganggumu dengan Luke," jawab Michael sambil menggidikkan bahunya.

"Michael," Lana menghela napas, "aku mengerti kau bermaksud baik. Tapi aku ingin kita tidak menjadi menjauh karena Luke-"

Lana berhenti berbicara saat ada seseorang yang merangkulnya. Dia menoleh ke arah orang itu. Terlihat Luke yang menatap dan tersenyum padanya. Kemudian Luke mengecup bibir Lana.

Michael yang sejak tadi memperhatikan Lana dan Luke berdeham. "Baiklah, aku harus pulang sekarang. Sampai ketemu besok."

Michael menatap Luke dan Lana bergantian. Luke menatapnya, lalu mengangguk dan tersenyum. Lana hanya memberi tatapan, "Ingat kata-kataku tadi.". Michael hanya mengangguk kecil dan mulai melangkah meninggalkan mereka berdua.

"Sebaiknya kita pulang juga." ucap Luke yang masih merangkul Lana.

Lana hanya tersenyum tipis dan mengangguk sambil menatap Luke.

"Tapi aku tidak bisa mengantarmu ke rumah karena kau tahu, aku tidak membawa minivan-ku." tambah Luke dengan nada sedih sambil melepas rangkulannya.

"Tidak apa, Luke. Aku bisa naik bus." ucap Lana.

Luke hanya tersenyum, lalu mereka berdua mulai melangkah untuk meninggalkan gedung sekolah.

****

Pen dong punya pacar kek Luke :')

Maap part ini pendek wkwk tapi belum selesai kok ceritanya tenang ae

Maap part ini pendek wkwk tapi belum selesai kok ceritanya tenang ae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andika kangen band, is that u?

But asdfhjkklll rambutnya kok kek fetus gitu anj

But asdfhjkklll rambutnya kok kek fetus gitu anj

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Michael unyu bat main keyboard

Gakuku gue

Dah ah bye

3 Days // lrhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang