01 (revisi)

Mulai dari awal
                                    

"Freak! Apa kau sengaja terlambat untuk menghindari kami?" bisa dikatakan cukup normal untuk seukuran orang cupu sebelum beberapa manusia berkepala ular, sebut saja mereka Medusa menjahiliku.

Aku tidak menjawabnya, dialah Sesil bersama teman-teman segrupnya. Melakukan bullying berkelanjutan pada orang-orang yang mereka rasa 'pantas' mendapatkannya. Beginilah kehidupan ku selama di sekolah yang terkenal 'favorit' ini. Ditindas, dibully, di caci, di kerjai, semuanya telah aku rasakan. Bukan hanya aku, tapi semua orang penyandang gelar 'cupu' pasti merasakannya.

Aku berpikir, ternyata begini rasanya di bully, ternyata sakit saat ditindas. Awalnya juga aku tak terima, tapi kelamaan aku terbiasa. Mengapa aku menutupinya? Karena aku ingin terbiasa.

Aku menatap Sesil bersama 'tikus tikus-nya' yang setia nempel dipunggung gadis gila itu. Apa bagusnya dia? Mengapa mereka selalu mengikuti gadis gila itu kemanapun.

"Kau berani mengacuhkanku?!!" Bentaknya. Dia kira aku takut begitu? Apa dia kira aku bisa mati ditangannya?

Aku menatap Sesil menantang tanpa minat, rasanya ingin segera mencekik wanita ular ini sekarang juga.

"Sekarang kau masuk dan kerjakan tugas-tugas kami!" Bentaknya lagi, tapi aku hanya menggelang tegas. Gampang sekali dia memerintahku, aku mati matian untuk memecahkan semua soal itu dan dia dengan tenang nya malah minta jawaban? Kau ingin segera digorok wanita ular!

"Kau berani menolak perintahku?!! Kau tau tidak–"

Tidak! Potong ku dalam hati.

"–perintahku itu mutlak!" Setelah itu tangan Sesil melayang ke udara dan sebentar lagi akan bersarang di pipi ku. Segera aku memalingkan wajah dan menutup kedua mata ku. Aku tidak ingin gegabah dan langsung mengahajarnya atau identitasku sebenarnya terbongkar saat itu juga.

Beberapa detik berlalu dan aku tidak merasakan sakit maupun nyeri disekitar wajahku.

Aku pun perlahan membuka kedua mata ku dan segera mundur selangkah karena kaget. Di hadapan ku telah berada seseorang berbadan tegap menahan tangan Sesil yang hampir hinggap diwajahku.

"Sudah kubilang! Tak satupun dari kalian bisa menyentuh tubuhnya barang seujung kuku pun! Atau kau tau sendiri akibatnya!" Sesil langsung ketakutan setelah mendengar ancaman dari kembaran ku, Ravito. Ravito memang termasuk siswa populer yang begitu berpengaruh disekolah, tak ada yang berani melawannya, bukan hanya karena dia tampan namun dia adalah pemilik sekolah ini. Melawannya sekali saja maka kau akan dikeluarkan saat itu juga.

"Jangan melupakanku! Habis kau ditanganku bersama curutmu!" tambah Mario mendesis tajam. Ravito menghempaskan tangan Sesil kuat membuat gadis yang sebenarnya cantik namun aku tak mau mengakuinya meringis sakit.

"Kalian berdua kenapa sebenarnya?! Apa bagusnya wanita aneh ini hingga kalian selalu bersamanya dan membelanya?!" Sesil terlihat berapi, tak terima pujaan hatinya membela ku. Ah... Aku juga bingung kenapa kakak-kakak ku begitu digilai disekolah ini. Mereka tidak terlalu tampan—maksudku, masih banyak lelaki tampan lainnya disini— tapi mengapa mereka begitu tergila-gila hanya pada kedua kakakku.

"Tentu aku membelanya karena dia itu–" belum sempat Mario menjawab ucapan Sesil, aku langsung menarik tangan kanan Mario dan menarik tangan kiri Ravito untuk menjauh. Menyeret kedua makhluk menyebalkan namun kusayang itu ketempat yang kebih sunyi.

"Kau kenapa sih?! Selalu saja berdiam diri dihadapan wanita ular itu?!" Belum sempat aku mengatakan sesuatu aku telah kena omelan Ravito. Dia ini memang benar-benar banyak omong. Kelebihan mulut atau dia memang kamus kosa kata.

"Ada kalanya kau harus melawan, Za" Ujar Mario lembut, aku hanya mengangguk tanpa menunjukkan ekspresi yang berarti. Mengapa dia menjadi sok baik seperti ini.

"Hah... Untunglah tadi kami sempat" Ravito menghela nafas lega.

"Kalau ada apa apa, katakan pada kami. Telpon kalau perlu sesuatu jadilah gadis manis, bye bye Arza" ujar Mario sebelum melenggang pergi bersama Ravito. Kalian sadar? Ucapannya sudah seperti lelaki berumur saja.


.

.

'Ada kalanya kesabaran ku selama ini habis, dan saat itulah kalian semua tau. Kalian telah bermain api tanpa kalian sadari dan membakar habis semuanya tanpa sisa, saat itulah kalian akan menyesali perbuatan kalian, sungguh menjijikan. Lihat saja nanti'

Next Chap ~~

Iya, ini direvisi..

Kenapa?

Ya karena saya rasa agak aneh aja katanya jadi kecanpur aduk. Baku ama non baku.

Dan saya putuskan, bahasanya diubah baku karena latarnya kan diluar negeri. 

Jadi revisinya berjadwal, seminggu sekali saya revisi langsung dua chapter.. Terimakasih perhatiannya.

Salam hangat,  💕

Tertanda

Author

TBS [1] : Cold Girl [COMPLETED] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang