7. Another Cinderella Story

Start from the beginning
                                    

"Jangan pernah panggil diriku dengan panggilan Andisa." Aku berjalan meninggalkan si bocah tengil itu. Aku tidak mendengar ada sepatah kata terdengar dari mulut embernya. Sepertinya aku memang sudah memenangkan perang ini. Kalau memang adu debat sepele ini, dianggap sebagai perang dingin.

Hei, aku mungkin memang punya bakat untuk memenangkan lomba debat. Haha.

Andy berteriak, "Kalau kau masih marah tentang kejadian di kelas tadi," Ia menarik nafas panjang, "maaf, oke? Setidaknya ajari aku untuk mendapat nilai B- pada quiz selanjutnya."

Aku menoleh sedikit kearahnya, badanku bergerak untuk berjalan ke dia. Argh, aku harus bisa untuk bersikap dingin kepadanya. Dia telah membuatku malu setengah mati.

"Ayo, cepat. Kapan dimulai?"

<3

Meja nomer 3. Itu tempat yang dipilih Andy belajar tentang 'History Afterworld'. Andy memesanku satu chocolate sundae untukku dan banana split untuknya. Dia lebih sibuk memakan pisangnya ketimbang mendengarkanku.

"Terserah kau, ayahku menjemputku jam 4."

"Aku saja yang antar."

"Tidak usah."

"Oke, itu keputusanmu."KKatanya sambil melahap pisangnya.

Aku memainkan sendok sundae-ku, "Jadi, mana yang kau tidak paham sama History Afterworld?"

Dia menelan es krimnya, "Jadi dulu itu ada orang yang disebut presiden. Presiden itu apa?"

"Jadi, presiden itu pemimpin suatu negara."

Andy menjilat sendoknya, "Tuh, kan. Negara itu apalagi?"

"Ya, Tuhan, Andy." Aku menghela nafas, "kau benar-benar tidak pernah membaca bukumu, huh?"

"Sudahlah, jelaskan. Apa guna perempuan cantik sepertimu untuk menjadi tentor untukku kalau aku membaca buku itu?" ucapnya dengan santai yang malah balik bertanya, senyumnya yang super freak itu terbentuk di bibirnya.

Aku memutar bola mataku, "Cukup dengan kata-katamu yang penuh dengan sarkasme."

"Negara itu seperti Mont, Sii, Bij, Phol, dan seterusnya. Presiden itu bagai Capitol Government tapi dia dalam bentuk satu orang yang mengatur satu negara." lanjutku.

"Oh, jadi Presiden seperti Cap-Go, pemimpin dari Negara seperti Mont, Sii, Dezt, dan lain-lain itu." balas Andy sebagai tanda mengerti.

"Benar."

"Tuh, kan. Kalau kamu jadi tentornya, aku cepat paham." Dia tersenyum lebar dan menyandarkan badannya di badan kursi.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Dasar tukang penggoda. Aku membereskan alat tulisku, menata semua bukunya yang berantakan di meja.

Blak!

Aku menoleh ke arah Andy yang membanting handphone-nya. Muka berubah jadi sinis. Dia melanjutkan es krimnya yang mulai leleh. Ada rasa ingin tahu yang bergejolak di dalam diriku. Aku bingung harus bertanya atau tidak.

"Citra itu menjengkelkan, ya?" tanya Andy yang lebih mengarah pada pernyataan bukannya pertanyaan.

Aku melirik ke arah handphone yang ada di sebelahnya. Bergetar. Ada nama 'Citra Setyawan' muncul di layarnya. "Kenapa? Dia menelponmu terus? Citra itu suka kamu."

"Aku tidak peduli dengannya."

"Baiklah." Aku menutup pembicaraan sekaligus tasku.

"Tapi, Andi," katanya, "Ugh, tidak ada laki-laki yang suka dengan perempuan seperti dia."

"Aku dengar-dengar hampir separuh anak kelas menyukainya."

"Mungkin kau menyukainya? Omong-omong, kalian berdua cocok." tambahku.

Cocok? Ya, tentu saja. Mereka berdua menarik, bintang sekolah, dan nyatanya sama-sama menyebalkan. Haha, aku bercanda. Sudah kadratnya, orang sempurna berjodoh dengan sesamanya. Dengan model sepertiku, mungkin aku akan berakhir dengan Marie-Anne, Whiskey Whiskers, Mr. Puckerman, Mrs. Puckerman, Puckerman Jr, dan Madonna. Mereka adalah nama calon kucingku.

Hei, bagaimana bisa ini menjadi tentang diriku?

"Kau bercanda. Ya, sudah. Ayo pulang."

"Aku dijemput ayahku." ucapku sok tenang.

"Memangnya sudah dijemput?"

"Belum."

"Ayolah, aku sedang ingin berdua denganmu."

Apa-apaan?

<3

jangan pernah bosen buat terus baca. palagi baca teenfict ini wkwk.

apaansi galucu aja 'wkwk'.

oke, keep reading and vomments!

s a l a m – s q u a c k

Andi dan AndyWhere stories live. Discover now