Choegeune pappeungabwa, unnie~ (Tampaknya kamu sibuk akhir-akhir ini ya kak)” ucap Harin sambil menghela Fara menuju ke meja kosong yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Ung. Geurigo~ doni eobseo (Iya. Dan~ aku tidak punya uang).” Jawab Fara dengan cengiran lebar saat mereka telah duduk berhadapan.

Aigoo~ haha.. ada-ada aja kakak ini. Sekalipun tidak punya uang, kan kakak bisa juga datang dan membaca buku-buku disini. Uh alasan yang kurang logis aku rasa.” Kata Harin. “Ada banyak buku baru yang seru dan menarik loh kak.” Tambahnya lagi dengan kerlingan mata yang memang dia sengaja agar membuat Fara penasaran.

“Benarkah? Whoa! Kau harus memberikanku rekomendasi seperti biasa.”

“Ok. Tentu saja!” ucapnya antusias. “Ah~ aku tinggal dulu sebentar ya. Kakak juga perlu waktu untuk mencari buku kan? Dan apakah kakak juga ingin dibuatkan menu seperti biasanya? ” ucapnya lagi sambil  berdiri dari tempat duduknya.

Harin pun pergi meninggalkan Fara dan membantu pekerja lain untuk melayani pelanggan setelah mendapat anggukan dari Fara.

Fara memandang rak-rak buku yang berjejer seolah berpikir di rak mana dia mulai mencari buku yang sekiranya dia inginkan. Kemudian beranjaklah dia ke rak yang ada di depannya. Setelah beberapa lama melihat-lihat beberapa buku, akhirnya ditemukanlah buku yang menarik dan membuatnya penasaran akan isi ceritanya. Dibawanya buku itu ke tempat semula dia duduk dan meletakkan tasnya.

Cukup lama dia terpekur seolah asyik dengan dunianya sendiri. Dengan pandangan mata yang tak lepas dari buku meskipun sesekali dia juga menyuapkan potongan-potongan wafel kedalam mulutnya. Namun suasana café dengan pengunjung yang datang silih berganti sudah tidak dia hiraukan lagi.

Tiba-tiba sebuah suara tak asing menyapanya.

“Fara….”

Fara mendongakkan kepala untuk menatap suara laki-laki yang telah menyapanya dan terkejut. “Oh.. A..ardhi.” ucapnya terbata.

“Sendirian saja?” tanyanya dengan senyum yang mengembang dibibirnya. “Boleh aku duduk disini?” ucapnya lagi meminta persetujuan dengan menunjuk pada kursi kosong yang ada di depan Fara.

“Tentu. Silahkan.” Ucap Fara pada akhirnya dengan senyum tipis.

Mereka terlihat masih canggung satu sama lain. Meskipun mereka telah sepakat untuk berteman lagi, namun pertemuan kali ini adalah yang pertama bagi mereka berdua setelah pertemuan terakhir mereka waktu itu -di apartemen Fara-.

Baik Ardhi maupun Fara sama-sama belum menghubungi satu sama lain dan mengobrol santai layaknya yang sering mereka lakukan sebelum masalah yang mendera mereka 7 tahun yang lalu.

Untuk menghilangkan rasa canggung diantara mereka, Ardhi memutuskan untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu.

“Baru pulang kerja?” Tanya pada Fara saat dilihatnya pakaian gadis itu terlihat tampak seperti pakaian yang memang lebih cocok dipakai di tempat kerja.

Fara terkejut dan memandang Ardhi, “Eh.. iya.” Kata Fara singkat dan kembali tertunduk menatap dan mengaduk-aduk milk shake-nya.

“Kau masih takut padaku? Kenapa terlihat gugup seperti itu, Ra. Santai saja.”

Ucapan Ardhi itu membuat Fara tertegun. Dia memang sedikit gugup. Entah karena apa. Hanya saja dia berpikir bahwa mungkin karena mereka telah lama tidak saling bicara sehingga tidak tahu lagi apa yang harus dibicarakan.

“Tidak kok.” Ucapnya. Namun begitu dia masih terlihat canggung dan gugup.

Meski Fara sudah berkata tidak, Ardhi masih belum bisa percaya sepenuhnya karena sikap Fara masih tampak bertolak belakang dengan apa yang dia ucapkan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2013 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

True LoveWhere stories live. Discover now