Part 9

1.5K 15 1
                                    

Fara dan Haneul tiba di Bbang Club. Sebuah club yang menawarkan suasana cozy, dengan lampu yang memang dibuat sedikit temaram, ornament yang kebanyakan dibuat dari bahan dasar kayu yang menampilkan kesan menyatu dengan alam ini sungguh membuat pengunjung merasa betah berlama-lama di club ini sekedar  untuk melepas penat. Ditambah lagi club ini memiliki keistimewaan yang lebih dari club lainnya. Di club ini, pengunjung selalu dimanjakan dengan penampilan live dari band-band indie yang memukau setiap harinya. Mereka menampilkan berbagai jenis musik, mulai dari folk song, jazz hingga British rock. Tidak seperti club kebanyakan yang mana sering ditemui pengunjung yang mabuk dengan dance ngga jelasnya, asap rokok mengepul dimana-mana, cahaya lampu yang bisa membuat mata pusing hanya dengan melihatnya saja, dll. Disini pengunjung cukup duduk bersantai di meja-meja yang telah tertata rapi namun artistik sambil menikmati cocktail ringan.

Mereka memilih meja yang tak jauh dari stage. Stage yang tidak terlalu besar namun cukup leluasa untuk sebuah band menampilkan performance-nya secara maksimal. Dengan ditambahkan beberapa lampu-lampu sorot kecil sebagai penghias tambahan pada stage, dan adanya kain motif polkadot yang digerai di dinding sebagai latar dan juga penempatan beberapa alat-alat musik yang telah diatur sedemikian rupa hingga menghasilkan tata panggung layaknya sebuah showcase yang sebenarnya.

Pengunjung club yang berdatangan cukup banyak mengingat adanya penampilan dari salah satu band indie ternama -Pink Elephant- yang cukup banyak digemari oleh kalangan muda di kota ini.

“Wah… Sepertinya kita sedang beruntung datang kesini malam ini ya?”, ucap Haneul.

“Iya. Rame sekali pengunjungnya.”, jawab Fara yang juga mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang mana pengunjung memang bisa dikatakan hampir penuh.

“Jelas saja. Ternyata Pink Elephant akan tampil. Auh~ senangnya hehe… Bersenang-senang yang sebenarnya ini. Aku berharap mereka akan menyanyikan Romantic Tutu.”, jelas Haneul dengan mata berbinar-binar yang memang menyukai band indie itu.

“Ung. Ah~ geundae (tapi) Haneul-ah, kalo kita pulang terlalu malam, bisa-bisa supermarketnya keburu tutup dong.” Ucap Fara mengingatkan.

“Ah… Geokjeonghajimalgo (jangan khawatir). Kan masih banyak yang buka 24 jam?”, jawab Haneul sambil mengerlingkan sebelah matanya.

“Aish~ hey… Besok kita masih masuk kantor. Andai weekend, aku juga tidak keberatan kalo kita begadang semalam suntuk.”, dengus Fara sebal.

“Hihi.. iya ya hehe.. Yah kalo gitu, kita nikmati aja 2 ato 3 lagu lalu pulang dan berbelanja. Eottae (gimana)?”

“Um… Ok. It just because I love you. That’s why I let you do what you want this time. Mmuaacch.”, jawab Fara genit, yang membuat Haneul menjadi bergidik ngeri melihatnya.

“Hey… Don’t you love me too, honey?”, Tanya Fara yang sengaja menggoda Haneul ditambah dengan aksinya menjulurkan tangan untuk membelai pipinya mesra.

Haneul yang mendapatkan perlakuan seperti itu, berusaha menampik dan melepaskan tangan Fara dari pipinya. Sementara Fara, dia ingin tertawa sekeras-kerasnya atas tingkah Haneul itu, namun sebisa mungkin dia tahan karena dia masih ingin menggodanya.

“Ya! Lepaskan tanganmu, Fala-ya!”, ucap Haneul mendesis.

Wae (kenapa)? Aku kan ingin membelaimu.”, ucapnya sambil menahan tawa.

“Aish! Michyeosseo (apa kau sudah gila)?! Kau kena setan dari mana sih?” ucapnya sambil memukul-mukul tangan Fara dan berusaha untuk tidak membiarkan Fara menyentuh wajahnya lagi.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang