Part 6

1.6K 13 2
                                    

Setelah kepergian Richard, Edo menatap kearah teman yang ada didepannya saat ini.

“Sebenarnya ada apa? Apa maksud dari perkataan Richard tadi, Dhi? Bisa lo jelasin?”, ucap Edo menuntut kejelasan akan apa yang baru saja dia dengarkan dari Richard. Sedangkan Ardhi menggeleng, dan mengarahkan kedua tangannya untuk memijit pelipisnya yang terasa nyut-nyutan. Yah kepalanya tiba-tiba berdenyut, sakit.

“Gue juga ga ngerti Do, gue bingung!” ungkap Ardhi jujur. “Menurut lo, dari ucapannya Richard tadi, dia mengenal Fara? Karena kalo ngga, ngapain dia bisa berubah kaya gitu tadi setelah mendengar tentang Fara?”

“Gue rasa emang dia mengenalnya, dan apa yang lo bilang tadi emang masuk akal juga”, jawab Edo membenarkan apa yang dipikirkan dan dikatakan oleh Ardhi. “Memangnya, apa yang udah lo lakuin sama si Fara itu Dhi?”

“Dia itu cewek itu, Do….. Sahabatku waktu SMU dulu yang udah gue…………” Ardhi seakan tak mampu melanjutkan kata-katanya. “Gue memang bodoh! Mungkin ini juga salah satu hukuman gue dari apa yang udah gue lakuin ke dia”

“Jadi cewek itu Fara? Oh gosh! Jadi tuh cewek ada disini? Apa yang akan lo lakuin sekarang?”

“Entahlah, Do”, ucap Ardhi lesu, tubuhnya serasa lemas. “Dan lo denger apa yang udah Richard bilang tadi? Dia nyebut Fara sebagai gadis kecilnya? Apa hubungan dia dengan Fara?”

“Gue juga ngga ngerti, Dhi. Meskipun dia tetangga gue dan sering hangout bareng, tapi kita jarang ngomongin hal pribadi. Kalo pacar, seingatku namanya bukan Fara dech. Dan memang ada beberapa gadis yang biasa masuk apartemennya dia. Tapi yang paling sering yah pacarnya itu sepertinya.”, ucap Edo ragu-ragu. “Hm, Dhi…. Lo baik-baik aja? Wajah lo pucet gitu Dhi. Sekarang gue anter lo pulang aja yah”.

“Iya, Do. Thanks yah? Sepertinya gue emang harus pulang nie”

---------

Pagi-pagi sekali aku udah bangun, dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya aku langsung keluar dari kamar Haneul untuk melakukan panggilan internasional ke kampung halamanku. Aah betapa aku sangat merindukan suasana di sana. Tak ada hal yang lebih indah selain berkumpul dengan keluarga. Meskipun disini aku juga tidak kekurangan kasih sayang dari orang-orang sekitarku, tapi tetap saja kasih sayang keluarga terasa jauh lebih indah dari segala-galanya. Betapa aku sangat merindukan masakan ibuku yang super duper lezat itu. Pepes ikan dan sayur asemnya terasa lebih nikmat dari makanan junk-food hehe (perbandingan yang berat sebelah karena ini hanya ibarat).

Aku langsung mencari sebuah nama di phonebook-ku dan memencet tombol berwarna hijau itu. Sekali dering, dua kali…………, dan pada dering ketiga, terdengar sebuah suara dari seberang sana yang sangat sangat aku rindukan.

“Hallo….”, jawab suara itu.

“Hallo… Bunda!”, yah si empunya suara itu adalah ibuku tercinta.

“Oh.. Hei, Ra. Gimana kabarmu nak?” ucapnya dengan suara lembut dan menenangkan, menyiratkan kasih sayang dalam setiap pertanyaannya.

“Baik, Bun. Fara sehat. Bunda sendiri pa kabarnya? Fara kangen bunda.”

“Sukurlah kalo kamu baik nak, bunda juga kangen sama kamu. Semuanya juga kangen kamu. Bunda selalu berdoa supaya kamu baik-baik aja disana. Semuanya sehat kok sayang, jangan khawatir.”  Jawab ibu Fara. Dan hal itu membuat Fara seakan ingin menangis keras, tangisan kerinduan seorang anak pada bundanya dan orang-orang terkasihnya, padahal saat ini airmata telah menggantung di matanya. Tapi sebisa mungkin dia tahan karena dia tidak ingin membuat ibunya khawatir.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang