MDH - Chapter 12

Zacznij od początku
                                    

"Tidak ada yang perlu aku jelas, Mel. Kau sudah memaafkan ku semalam, dan aku tidak mau bertengkar denganmu jika kau terus memancing aku mengatakan sesuatu." Tidak ada bentakan atau penekanan saat dia berbicara. Benar-benar berbeda.

Aku merasa sangat nyaman saat tangan besarnya membelai rambutku lembut. "Tapi—" ucapan ku terhenti dan aku tertegun saat Raga menarik daguku kemudian menempelkan bibirnya pada bibirku.

Dia mencium ku?

Aku tidak melakukan apapun, bahkan ketika bibirnya bergerak membasahi milikku. Aku masih merasa sangat terkejut. Hingga, dia menggigit bibir bawahku, membuatku refleks mengaduh dan membuka mulutku.

"Aku tidak suka bermain sendiri," gumamnya. Aku tersenyum malu. Lalu ia kembali mencium ku. Hanya saja saat ini aku membalasnya. Membalas sebisaku, karena jujur ini adalah yang pertama kali.

Kami terengah-engah saat ia melepaskan untuk yang pertama kali, ia tahu aku kehabisan napas. "Baiklah kita akhiri ini, atau aku tidak akan membiarkanmu turun dari tempat tidur hingga besok pagi!" ucapnya seraya menarik diri dan turun dari tempat tidur.

Kurasa aku tidak peduli kalau harus berada di atas tempat tidur hingga besok pagi hanya untuk mendapatkan sentuhannya.

Sial! Rupanya ciuman itu mampu membuat pikiranku kotor, dan aku bisa gila jika di lain waktu dia akan melakukan hal seperti tadi. Menghentikan dengan tiba-tiba.

"Kau mau kemana?" Pandanganku mengikuti dirinya yang berjalan ke arah kamar mandi

"Aku harus mandi."

"Tapi lukamu... kau akan pergi bekerja?"

Ia menghentikan langkahnya setelah hendak membuka pintu kamar mandi. Aku bangkit dan menatapnya yang menatapku dalam diam.

Tapi tak lama kulihat sudut bibirnya berkedut, meninggalkan jejak senyum, dan aku bernapas lega, karena aku kira ia akan kembali marah dan membentakku.

"Tidak, jika kau tak menginginkannya."

Aku menyibak selimutku dan merangkak turun dari tempat tidurku dengan senyum lebar di wajahku.

"Dan aku tidak menginginkan kau pergi bekerja."

"Setuju." Kelewat senang aku sedikit berlari ke arahnya dan menubruk tubuhnya besarnya. Ia merespon, langsung membungkus ku dengan kedua lengan besarnya. "Kita akan habisakan waktu bersama hari ini."

Aku mengangguk dan mendongak. "Kita akan melakukan apa?"

Ia memutar bola matanya ke atas, tampak sedang berpikir. "Kita lihat saja nanti, apa yang bisa kita lakukan bersama," jawabnya kemudian dengan senyum yang tidak pudar. Raga menarik diri dariku, tangannya memegang bahuku. "Baiklah, sekarang aku mandi dulu. Badanku sudah sangat lengket."

Aku mengangguk sesaat sebelum Raga menghilang di balik pintu kamar mandi.

Aku berbalik dan bergegas membereskan tempat tidur hingga rapi kembali. Kemudian menyiapkan baju dan obat untuknya.

Setelah beberapa lama ia telah selesai dengan acara mandinya, pria itu berdiri di sana sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Tapi bukan itu... bukan itu yang membuatku tertegun. Otot-otot pada tubuhnya lah yang membuatku terpesona. Oh, untuk apa Tuhan menciptakan manusia yang begitu indah di muka bumi ini? Dia begitu indah dan menganggumkan. Dan aku beruntung karena telah memilikinya. Ya, dia milikku dan hanya milikku sejak dia memutuskan untuk menjadikanku Istrinya.

Persetan dengan ucapannya dua hari lalu saat dia mengatakan dia bukanlah milikku. Dia salah, karena dia sudah menjadi milikku saat dia mengucapkan janji suci di hadapan pendeta dan semua orang. Mulai detik ini aku tidak akan membiarkan dia... suamiku di klaim oleh wanita lain lagi seperti wanita jalang yang dulu sempat ia bawa ke rumah.

icon lock

Okaż wsparcie dla demimoy i kontynuuj czytanie opowiadania

autorstwa @demimoy
@demimoy
Melody harus merelakan sisa hidupnya terampas karena dijadikan jamina...
Odblokuj tę część lub całe dzieło. Tak czy siak, twoje Monety pozwalają twórcom zarabiać na opowiadaniach, które kochasz.

W tej opowieści zostało jeszcze 37 części

Zobacz jak Monety wspierają twoich ulubionych pisarzy, takich jak @demimoy.
My Devil HusbandOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz