Part 40

823 31 0
                                    


Sayang aku mau kamu tegar dan tetap berdiri tegak. Tetap semangat dan tersenyum karena senyum kamu pelangi kebahagiaanku. Never forget me sweetheart...I love you so much...!


Layar video itu berubah jadi semut hitam putih yang membuat Prilly makin sesak dan tumpah lagi tangisnya..

¥¥¥

Ceklek...!
Pintu kamar ICU terbuka dan Ny. Resi berdiri di depan pintu itu...

Belum juga air mata yang tertumpah itu diseka, wanita paruh baya itu berdiri tegak didepannya. Dia tidak sendiri, dibelakangnya ada beberapa body guard dan beberapa dokter muda, termasuk...N i k i...

Prilly berdiri dengan perlahan. Tak berapa lama kemudian dr.Tomi, Aiko dan Marco masuk ke dalam ruangan steril itu. Mereka tau kedatangan Ny.Resi dan mereka tau pasti Prilly membutuhkan bantuan mereka.

"Pril, bagaimana keadaan putraku?"

"Ma...maafkan saya ny. Resi. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kak Ali. Tapi...tapi..."

"Sudahlah, kamu tak perlu memberi penjelasan panjang lebar. Keadaan Ali saat ini cukup membuktikan bahwa kamu ngga bisa menjaganya. Kamu NGGA BECUS jadi istri Ali..."

Mendengar perkataan yang cukup pedas itu membuat tubuh Prilly bergetar dan dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Ya, antara menyesal dan tidak terima dengan perkataan mertuanya.

"CUKUP...kami punya harga diri. Anak saya bukan wanita rendahan yang bisa anda hina dan hakimi. Lebih baik anda berkaca dulu. Sudahkah anda menjadi orang tua yang baik untuk Ali putra anda." Dengan spontan papi Prilly menyahut dan memotong pembicaraan Ny. Resi.

"Saya tidak akan panjang lebar. Seperti kalian lihat, saya sudah membawa tim dokter dan Aliando akan saya bawa ke Singapore."

"Anda tidak punya hak untuk itu. Ali adalah suami saya. Saya berhak merawatnya sampai dia bangun kembali." Prilly berteriak histeris. Tangannya diretangkan dan menghalangi siapapun diantara mereka yang mau membawa Aliando pergi dari sana.

Ternyata tak seorangpun diantara mereka yang ada disana mampu menghalangi keinginan Ny.Resi. Bahkan Marco dan dr.Tomi juga tak mampu untuk mencegahnya.

"Saya mohon jangan bawa Kak Ali pergi dari sini...please..." Prilly merendahkan dirinya, bersimpuh di kaki nyonya besar itu.

"Saya akan tetap bawa dia tanpa kamu. Camkan itu."

"Dan kamu...masih untung kamu bisa memilikinya, meskipun Cuma sesaat." Niki berjalan mendekat di samping Ny. Resi dengan tangan bersedakap dan mulai mencemooh Prilly.

Dengan perlahan Prilly berdiri dan mendekati Niki, mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Niki...

"Dan kau...kau bukan apa-apanya. Jadi kau tidak berhak mengeluarkan kata-kata disini." Kata Prilly dengan perlahan dan bibir mengerucut tanda dia mulai tidak suka dengan dokter yang sok kecentilan ini.

~~~

Dr. Teddy menjadi pihak ke tiga yang menengahi mereka dan menyuruh kedua belah pihak mendiskusikan hal ini di meeting roomnya. Namun Prilly menolak, dia tau kelicikan mertuanya ini. Bisa saja saat mereka ada di ruang sana, pasukan Ny. Resi datang dan membawa Ali.

Satuh hal yang tak terduga dilakukan oleh Prilly. Dia berdiri tegak dan menghapus air matanya. Dia teringat akan perkataan suaminya. Ia harus tegar meskipun mertuanya akan membawanya pergi. Seperti yang Ali bilang, itu hanya raganya.

Mata Prilly memandang ke arah suaminya. Ditatapnya lekat lekat. Dadanya sesak menahan tangis yang sepertinya akan meluncur lagi. Lalu Prilly memejamkan mata, menarik nafas panjang dan menghembuskannya, dia menghitung setiap hembusan nafasnya dalam hitungan detik. 'Tenang dan ikhlas...Jangan takut karena masa depan itu sungguh ada' sebuah bisikan di telinga dan hembusan nafas yang dingin namun menyejukkan hati berhasil membuat Prilly tenang. Dengan perlahan, Prilly melihat satu persatu orang yang ada di dalam ruangan itu.

ITU AKU DULU (completed with 2 missing parts)Where stories live. Discover now