25

59 4 2
                                    

Awan diam itu wajar, tapi Kemala yang diam itu sama sekali tidak wajar. Gadis itu hanya sibuk membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan di rumah Awan, sepenuhnya tidak mengeluarkan sepatah kata semenjak mereka berada di dalam mobil.

Awan menggeleng, bukan sejak berada di dalam mobil. Kemala sudah seperti ini semenjak ia bertemu dengan Kemala yang duduk di ruang keluarganya, meminum milkshake rasa vanilla buatan Mama dengan aura yang berbeda. Bahkan tatapan mata Mama pun berbeda, sayangnya Awan tak bisa menebak apa yang terjadi.

Apakah Kemala marah karena mereka baru akan jalan-jalan besok dan bukannya hari ini? Tidak mungkin, sebelum ke rumah Awan mereka memang sudah sepakat untuk melakukannya besok. Lalu apa yang membuat Kemala diam? Biasanya, Awan tidak perlu memutar musik untuk membuat mobilnya terasa ramai jika Kemala ada. Tapi hari ini gadis itu berbeda, mungkin –meskipun terpaksa- sebaiknya Awan memutar lagu K-Pop saja. Beruntung sekali Mama dengan sengaja memasukkan lagu-lagu itu.

Semoga saja Kemala mau bersuara begitu mendengarkannya. Tepat saja seperti harapannya, Kemala menoleh padanya begitu musik terputar. Meski Awan merutuki dirinya sendiri karena memilih lagu dengan penyanyi perempuan. Kemala terkekeh. "Sejak kapan kau mendengarkan K-Pop? TaeTiSeo?" tanyanya.

Awan hanya tersenyum kecut, terserah apa kata Kemala. Asalkan gadis itu bersuara itu sudah cukup baginya. Kemala meletakkan bukunya, ia memperbesar volume dan menyanyi mengikuti alunan suara Taeyeon, Tiffany, dan Seohyun.

"Kau tahu apa arti lagu ini?" tanya Kemala, lagi.

Awan menggeleng. "Untuk apa aku tahu?" tanyanya balik. Ia memandangi Kemala yang hanya tersenyum secara misterius padanya, kemudian menggeleng lalu kembali membaca bukunya. Tidak, Kemala tidak boleh membaca bukunya. Kemala akan kembali diam jika gadis itu membaca bukunya, Awan tidak ingin ia didiami lagi.

"Aku akan mencari tahu," janjinya.

Kemala menoleh, kembali tersenyum pada Awan.

***

Kemala memandangi langit-langit kamarnya, memeluk bantal dengan gemas sembari berteriak histeris. Saking gemasnya ia bahkan tak sanggup untuk berbicara dengan Awan sepanjang perjalanan tadi, jantungnya menjadi semakin tidak stabil begitu mereka hanya berdua di dalam mobil.

Selama ini juga seperti itu, jantungnya memang tidak pernah bekerja dengan normal jika ada Awan di sekitarnya. Tapi ia sanggup menyembunyikannya, berlagak seakan apa yang selama ini terjadi hanya sebatas 'persaudaraan' semata, tidak lebih ataupun kurang. Ia bisa dengan yakin berkata tidak pada siapapun yang mengatakan dirinya dan Awan memilliki hubungan khusus, meski dalam hati ia mengaminkan semua dugaan tersebut.

Tapi, Kemala tak bisa berkata tidak dengan yakin pada Mama Awan. Mata wanita itu begitu menghanyutkan, hingga Kemala sadar tak ada gunanya untuk berbohong. Hal itu hanya akan menyulitkan dirinya sendiri, karena iya atau tidak Mama Awan sudah tahu jawabannya.

Kemala kembali berteriak histeris, ia tak akan bisa lupa pada apa yang dikatakan Awan tadi. Bahkan bagaimana laki-laki itu memutar Wishper dari TaeTiSeo sudah membuat hatinya merasa berbunga-bunga, walau Awan tidak tahu arti dari Wishper itu sendiri.

"Aku tahu kau suka membaca novel, tapi aku tidak suka jika novel itu membuatmu diam dan mengabaikanku."

Kemala tidak bisa tidak histeris setiap kali ia mengingat ucapan Awan begitu mereka berhenti di depan rumahnya, saat Awan mengambil buku yang sejak tadi dibaca Kemala –untuk mengalihkan perhatiannya dari Awan- dan menatap gadis itu lamat-lamat begitu Kemala menoleh menatapnya.

Kemala ingin membalas ucapan tersebut dengan sarkasme, tapi rasa panas pada wajahnya membuat Kemala tak sanggup untuk berkata-kata. Ia hanya mendengus, kemudian mengambil buku yang ada di tangan Awan sebelum turun dari mobil tersebut. Langkah kakinya berhenti sejenak begitu berdiri di depan pagar, Ia menoleh pada Awan dan memberikan senyumannya, sebelum akhirnya berbalik dan masuk ke dalam rumahnya.

"Ada apa denganku?" Kemala mengacak-acak rambutnya. "Aku seperti diriku yang pertama kali jatuh cinta!" Kemala kembali berteriak histeris, melompat-lompat di atas tempat tidurnya.

"Kau terlihat seperti orang gila, tepatnya," timpal seseorang.

Kemala berhenti melompat demi melihat seseorang yang baru saja mengatainya gila, Kencana! Gadis itu semakin bersemangat melompat-lompat di atas tempat tidurnya dan berteriak sehisteris mungkin melihat Kencana, seakan kakak satu-satunya itu adalah anggota Girls' Generation.

Sayangnya, Kencana tak bisa dianggap sebagai anggota Girls' Generation. Gadis itu malah ikut-ikutan berteriak histeris dan melompat seperti seorang atlet, memeluk adik kesayangannya setelah hampir setahun tidak bertemu.

Mereka berbaring terlentang di atas tempat tidur Kemala. "Kau pacaran dengan Awan?" tanya Kemala. Ia bisa melihat wajah Kemala yang bersemu merah begitu turun dari mobil Awan, hingga tak sadar bahwa dirinya sudah duduk tenang dan memperhatikannya bagaikan macan memperhatikan mangsanya.

Kerutan di kening Kencana terlihat begitu adiknya menggeleng. "Lalu kenapa kau bertingkah seperti seorang gadis kelas satu SMP yang baru saja pacaran?" tanyanya lagi. Ia terlalu suka menginterogasi adiknya begitu mereka bertemu, Skype tidak akan bisa menjawab semua pertanyaannya dan memberitahunya bagaimana perasaan adiknya.

"Karena Aku tidak bertepuk sebelah tangan, karena Awan juga mencintaiku," jawab Kemala. Ia memandangi langit-langit kamarnya, seakan langit-langit kamar tersebut telah terlukis wajah Awan. Kemala menarik selimut dan menutupi wajahnya, ia merasa begitu malu dan gemas pada dirinya sendiri.

***

Awan duduk menatap layar laptopnya yang hanya menampilkan hitam dengan kening mengkerut, dirinya merasa ada yang aneh dengan apa yang terjadi pada Kemala. Ada yang aneh dengan diam dan senyumannya, seakan ada rasa bahagia dan syukur disana. Itu tentunya bukanlah sesuatu yang buruk, hanya saja Awan merasa. . . penasaran.

"Apa kutanyakan pada Mama saja?" tanyanya pada diri sendiri. Tapi, Awan menggeleng setelah mengatakannya. Menanyakannya pada Mama terasa tidak tepat saat ini, Ia yakin wanita yang melahirkannya itu berada di balik diam dan senyuman Kemala hari ini.

Ia merasa frustasi, kenapa diam dan senyuman seseorang harus sebegitu membingungkan bagi dirinya? Ia seperti laki-laki lebay yang hanya bisa menduga-duga dan tenggelam dalam drama yang dibuatnya sendiri, harusnya Awan menanyakannya langsung pada Kemala. Mungkin dengan begitu Ia bisa ikut bahagia bersama Kemala.

"Ya?"

Awan terlonjak kaget begitu mendengarkan suara Kemala, lebih kaget lagi begitu menyadari bahwa dirinya telah memegang ponselnya dan menelepon Kemala dengan layanan Free Call. Padahal dipikirannya Ia hanya berniat untuk mengirim pesan pada gadis itu.

"H-hai!" Sapanya bersemangat, dan Ia menyesal telah melakukan itu.

"Hai?" jawab Kemala, terdengar ragu.

Awan menggaruk-garuk kulit kepalanya, menoleh kesana kemari dan tidak mendapatkan satu kalimat dalam kepalanya yang cocok untuk diucapkan selanjutnya. Oh, Awan ingin bertanya dan seharusnya itu yang dilakukannya.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu," ucapnya.

"Tanyakan saja."

Awan mengerang di dalam hatinya, Kemala sama sekali tidak membantu. Harusnya gadis itu mengomentari cara berbicaranya saat ini, bukannya langsung menjawab seperti ini dan bersikap seakan-akan apa yang Awan lakukan sekarnag adalah hal yang sangat wajar.

"Aku ingin tahu sesuatu." Awan menarik napas panjang-panjang. "Apa yang membuatmu diam saat kuantar pulang tadi? Kenapa kau tersenyum seperti tadi padaku?" tanyanya dalam satu tarikan napas.

"Kau ingin tahu jawabannya?"

Awan mengangguk meski tahu Kemala tidak akan tahu itu.

"Alasannya adalah... CARI TAHU DULU APA ARTI LAGU WISHPER YANG TADI KAU PUTAR DI MOBILMU!"

Awan menganga memandangi layar ponselnya, Free Call dengan Kemala telah terputus.

Seperti Kemala biasanya.

***

Saya tahu ini sangat lama, juga ngegantung. Tapi saya akan tetap tulis ini sampai selesai, mungkin sebelum saya mulai amat-sangat-sibuk dengan Ujian Nasional dkk. Aha. Terima kasih sudah menunggu saya yang ternyata masih (sok) sibuk ini. Ehe.




Perhaps.Where stories live. Discover now