16

87 3 0
                                    

"Gia mau kan buat suratnya?" tanya Kemala.

Wajahnya memelas, kedua kelopak matanya tak berhenti berkedip menatap gadis berambut pendek di sampingnya. Digoyangkannya tangan gadis bernama Gia itu berulang kali. "Mau kan?" tanyanya lagi.

Gia menghela napas, menatap langit-langit dan dengan jahat berdoa agar kepengurusannya segera selesai. Sebagai Wakil Sekretaris Umum, tugasnya memang membantu Kemala membuat surat –jika Kemala sedang tidak bisa untuk alasan terntu- meski ia lebih condong pada pengarsipan surat.

Dicubitnya lengan Kemala dengan gemas, ia mau-mau saja melakukannya. Tapi alasan Kemala membuatnya ingin melempar gadis itu dari lantai tiga bangunan sekolahnya, malas bertemu Awan. Ia mencubit kembali Kemala yang baru saja mencubitnya balik, begitu seterusnya. Biar saja, biar gadis itu sadar bagaimana rasa sakit dari cubitan. Mungkin saja setelah ini ia lebih peka dengan keadaan.

Ia tak habis pikir dengan pola hubungan yang terjalin antara Awan dan Kemala semenjak mereka berdua terpilih sebagai Kepala Suku sewaktu masih menjadi calon anggota. Mereka berdua terlihat begitu serasi, mengurus teman-teman seangkatan dengan begitu rapi dan cerdik. Hampir sama dengan cara mereka bekerja sebagai Ketua dan Sekretaris, Kemala tak akan pernah berhenti bicara dan begitu cerewet sana-sini. Sementara Awan lebih sering diam mengamati, berbicara seperlunya, dan marah dengan cara yang membuat semua orang akan diam mematuhi.

Tapi lama kelamaan hubungan mereka berubah menjadi aneh, mungkin sama-sama saling menjauh demi menghindari rumor mereka berdua punya hubungan yang super khusus. Baik itu dari Paskib sendiri maupun di luar Paskib. Sebagai wakil dan juga sahabat, Gia harus terjebak dan bersabar dengan semua sikap mereka berdua.

"Gia, tolong tanya Kemala."

"Gia, buat ini,"

"Gia, kasih tahu Kemala,"

"Gia, minta ttdnya Awan ya. Malas nih ketemu dia,"

Gia menghela napas mengingat itu semua, demi apapun dia berniat menghentikan semua aksi kucing-kucingan yang sering terjadi antara Kemala dan Awan. Terutama semenjak mereka berdua sama-sama dekat dengan orang lain.

"Kenapa lagi sama Awan? Perasaan waktu outbound baik-baik aja deh," ucap Gia. Ia mengamati raut wajah Kemala, gadis itu mengerut dan mencebikkan bibirnya.

"Malas ketemu sama orang yang sok-sok ngga kenal," jawabnya.

Gia menatap Kemala lekat-lekat, apalagi ini? Kemala yang sadar ditatap seperti itu oleh Gia akhirnya bercerita, mungkin dengan sedikit kelebayan –sesuai dengan Kemala.

"Nyebelin, kan? Kalau sama orangtuanya terus sok-sok ngga kenal sih aku ngerti. Eh ini malah sama orang lain, cewek lagi," jelasnya. Bibirnya mengerucut, mengerling ke sana ke mari sebelum kembali menggoyangkan lengan Gia. "Pleaseeee," mohonnya.

Gia menarik kedua pipi Kemala. "Iya deeeeeh," ucapnya.

***

Muhammad Awan Arjuna

Jangan lupa surat

AhreumK

Ok

Muhammad Awan Arjuna

Kenapa_- ?

AhreumK

Kenapa apa?

Muhammad Awan Arjuna

Nothing.

Awan mendengus begitu melihat kata Baca muncul di layar ponselnya, ia melempar asal ponselnya di atas tempat tidur. Menaikkan volume dari speaker miliknya yang memutar There's No Solution dari SUM 41, salah satu band yang digemari olehnya dan juga Ayahnya.

Perhaps.जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें